Bola Dragon Ball

1.1K 201 66
                                    

"Pizzaa! Yang nggak ke sini nggak kebagian!" teriakan ibu-ibu dari lantai satu mampu membuat tiga manusia dengan hobi utama rebahan keluar kamar dengan cara yang agresif.

Ketiganya tampak berlari bahkan saling menarik kaos saudaranya agar bisa mendahului. Begitulah realita kehidupan persaudaraan keluarga Aryama, dimana sekotak pizza mampu mengalahkan suatu ikatan persaudaraan, sungguh miris.

Awan sudah lebih dulu sampai karena kamarnya paling dekat dengan tangga, disusul oleh Mega yang menjadi nomor dua setelah berhasil menjatuhkan Langit di koridor dan juara terakhir ada Langit yang menatap kesal pada adiknya yang memenuhi mulutnya dengan satu slice pizza.

"Lain kali beli tiga aja Ma biar nggak rebutan, badan Langit sakit mulu dijorokin sama Mega," adu Langit sembari mengambil satu slice pizza.

"Kamu beli sendiri aja biar nggak rebutan, katanya youtuber terkenal masa nggak punya duit," sindir mamanya hingga terasa ke paru-parunya.

"Iya nih, katanya youtuber terkenal, pizza aja ikut rebutan." Mega ikut menggoda sang kakak.

"Ih Mama," rengek Langit.

"Udah-udah, makan aja nggak usah ribut." Mamanya selalu menjadi pengendali utama kedamaian di rumah, tak peduli seribut apa anak-anaknya, dia akan selalu yang ditakuti.

"Oh ya Kak, bude nanya kamu bisa promosiin tempat makan dia nggak di Youtube kamu?" tanya Mamanya tiba-tiba.

Sebenarnya selama ini Langit belum pernah menerima endors dari keluarga karena keluarganya kebanyakan adalah kacung korporat yang tak punya usaha sendiri kecuali budenya yang baru buka usaha. Alasan kedua Langit tak sedermawan itu karena kalian tentu tahu bahwa endors usaha keluarga kemungkinan besar ia hanya dibayar dengan ucapan terima kasih, sementara Langit masih sangat menyukai uang.

"Mana mau dia Ma kalo nggak dibayar," seloroh Mega yang kembali mengambil pizza ketiganya diam-diam dia memiliki napsu makan yang tinggi.

"Harus bayar ya? Berapa? Lima puluh ribu cukup?"

"Ma, mana ada yang semurah itu?" Langit protes.

"Ya harga keluarga lho, nanti kamu bisa gratis makan di kafe budemu seumur hidup." Langit tampak berpikir kemudian dia mengangguk. Anggaplah itu investasi jangka panjang.

"Oke deh Ma, nanti Langit schedule-in abis ngelarin video yang kemaren."

"Bukannya udah semingguan lebih kok belum kelar ngeditnya?" tanya Awan yang sangat tahu bahwa biasanya Langit sangat rajin mengedit videonya.

"Gue belum ketemu sama cewek di video gue, jadi gue belum punya ijin buat ngasih liat mukanya."

"Tumben, biasanya kalo nggak diijinin lo buang kalo nggak lo blur." Mega mengumandangkan rasa penasarannya.

"Dia cantik jadi lumayan kalo dijadiin thumbnail. Buat narik penonton."

"Halah! Otak marketing." Langit tertawa kecil, tak apa dipanggil otak marketing yang penting wajah tampan, walaupun sebenarnya tak ada kaitannya, tapi tak apa-apa asal Langit senang.

-o0o-

Alexa terus memperhatikan Soka yang tengah membereskan peralatan kuliah setelah dosen pengendalian bencana keluar. Memang bukan tugas Soka, tapi Reza sang koordinator mata kuliah meminta tolong karena dia harus melakukan praktikum bahasa pemrograman dan sebagai anak baik Soka menyanggupinya.

Alexa menghela napas untuk kesekian kali dan kali ini dia mendapat perhatian dari Soka.

"Ada apa?" tanya Soka, ia yakin sedari tadi Alexa terus memberi kode padanya.

Girl Like HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang