Calon Pembalap

677 168 72
                                    

Asoka benci panas, bukan karena sinarnya membuat kulit pucatnya memerah, ataupun mengeluarkan keringat melainkan karena kepalanya akan merasa pusing jika matahari terlalu terik. Seperti sekarang ini, matahari sedang terik-teriknya dan dia harus mengawasi anak semester dua yang sedang melakukan praktikum IUT sebagai seorang asisten mahasiswa.

Hal itu harusnya bukan masalah jika Soka tak melupakan topi putih milihnya. Sekarang Soka harus berperang dengan kemungkinan buruk-pingsan-itu untuk mengawasi juniornya itu.

"Panas ya, Mbak." Soka mengangguk sambil memeriksa absen kelompok A-3.

"Salah kalian kenapa nggak tadi pagi aja." Soka heran kenapa juniornya itu memilih untuk mulai dari siang bukan dari pagi saja.

"Ada kuis mekban Mbak, kalo nggak ikut kosong katanya. Bahkan yang ikut praktikum mekflu juga disuruh ikut, Mbak." Soka hanya bisa memaklumi, dia tau siapa dosen yang tak berperikemahasiswaan itu karena dulu ia sempat mengalaminya.

"Bu Frida ya?" tanya Soka.

"Iya, Mbak."

"Ya udah ayo cepet mulai biar nggak makin panas."

"Ada cara nggak sih mbak biar kita nggak kepanasan?" Soka menaikkan sebelah alisnya, sepertinya juniornya ini tidak tau kegunaan payung dan topi.

"Ada," jawab Soka asal.

"Apa mbak?"

"Kamu suruh matahari minum parasetamol biar nggak panas."

"Mbak!!!" rengek mereka yang sebenarnya memberi kode agar Soka bisa berbaik hati mengijinkan mereka mulai ketika sore nanti.

"Udah, mana temen kalian yang lain? Jangan kesorean nanti nggak ada matahari kalian yang susah. Mbak juga ada kuliah sore nanti jadi cuma bisa ngawasin sampai jam 2."

"Sebenernya nggak diawasin nggak apa-apa sih Mbak. Lagian cuma buat absen doang kan?" Soka melotot ke arah Tari.

"Kalian yakin tanpa diawasin poligonnya bisa nutup nggak kayak dua kelompok sebelum kalian?" Mereka langsung diam. Asoka memang tampak tak berbahaya, tapi siapa yang tahu bahwa mulut gadis itu berbisa.

"Gimana? Kenapa diam?"

"Maaf Mbak." Soka mengambil napas, begini jika berurusab dengan maba yang masih berpikir kuliah hanya untuk absen.

"Udah sekarang mana teman kalian yang lain?" tanya Soka. Dengan takut anak asuhan Soka menunjuk ke arah dua orang gadis yang tengah bicara dengan seseorang yang tak lain adalah Langit.

Jika sudah berhubungan dengan langit pasti akan lama. Jadi, Soka mengambil keputusan untuk mendatangi mereka.

"Biar aku yang manggil, kalian tanda tangan absen dulu sama kalo udah langsung atur waterpassnya." Soka memberikan lembar absen kemudian pergi meninggalkan empat orang di sana menuju dua gadis yang mungkin sedang digoda oleh Langit.

Benar dugaan Soka, Langit memang sedang menggoda dua gadis itu yang jelas rak lain tak bukan untuk modal kontennya. Benar-benar lelaki kardus.

"Langit!" panggil Soka.

"Hei, ngapain di sini?" tanya Langit sembari tersenyum lebar melihat sumber adsennya mendekat.

"Kamu yang ngapain? Godain mereka?" tanya Soka malah terdengar seperti memarahi pacarnya yang menggoda gadis lain.

"Gue nggak godain mereka, itu cuma konten. Jangan cemburu dong, Sayang." Langit suka melihat ekspresi terganggu dari Soka yang begitu menggemaskan tak seperti adiknya yang jika merasa terganggu beruang jadi beruang madu.

Girl Like HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang