Prelude: Asoka

4.4K 326 40
                                    

Soka memasuki wilayah kosannya dengan tenang, masih bersikap layaknya anak manusia beradab dengan mengucapkan salam kemudian berjalan dengan dua kaki bukan dengan cara kayang. Dia juga masih tenang saat melihat ada segerombol anak kos yang sedang adu bacot atau bahasa halusnya berdebat dengan cara aesthetic.

Soka sama sekali tak ingin ikut campur, karena mottonya adalah hindari adu bacot apalagi adu otot. Dan lagi Soka adalah manusia yang suka menghemat baterai kehidupan, jadi ketika ada kegiatan unfaedah seperti adu bacot dia skip saja, lebih baik nonton drama.

Namun, keinginan Soka harus menghilang saat Ratna memanggilnya.

"Mbak Soka! Lo bantuin mbak Ika dong. Gue takut." Soka melirik ke arah Ika yang sedang adu bacot dan mungkin sebentar lagi akan ada adu jambak.

"Hak gue lah, pacar-pacar gue, kalo hamil juga gue. Lagian gue juga bayar. Bilang aja lo sirik karena nggak punya pacar." Ika tampak ingin mencakar wajah Andin, tapi Soka langsung menariknya.

"Udah lah Mbak, itu hak dia."

Bagi Andin ia merasa bahwa Soka sedang membelanya dan mendapat pembelaan dari Soka sama saja mendapat pembelaan dari presiden karena Soka dekat dengan anak ibu kosan.

"Tapi—" Ika ingin protes, tapi soka mendahului.

"Mbak Andin, Mbak udah ditunggu pacarnya di bawah." Andin langsung pergi setelah menyambar tasnya.

"Lo apaan sih Ka, dia tuh—"

"ASOO!" Itu adalah panggilan khusus dari anak ibu kosan kepada Soka.

"Nih gue bawain yang rasa stroberi." Alexa menunjukkan satu bungkus kondom rasa stroberi.

Tentu hal itu membuat banyak orang kaget kenapa Alexa membawa kondom ke kosan. Namun, mereka memilih kembali ke kamar karena berurusan dengan Alexa akan sangat melelahkan.

"Kuncinya?" tanya Soka.

"Bawa dong." Alexa

"Oh my god, kita nggak perlu beli kondom Ka, udah ada banyak." Alexa menunjuk ke arah tempat sampah.

"Ya udah nggak usah kalo gitu. Kamu bisa simpen."

"Dih ogah." Alexa menaruh bungkus itu di nakas Andin lalu pergi dan mengunci pintu.

"Sebenernya kalian mau ngapain sih?" tanya Ika. Soka tersenyum kecil.

"Mbak, ada mamanya Mbak Andin." Ratna menghampiri Ika yang kini menoleh pada Soka yang sudah tersenyum manis seolah sudah menyangka itu akan terjadi.

"Cepet juga ya, padahal lo nelpon tadi pagi, kan?" tanya Alexa.

"Lo manggil mamanya Andini?" Soka menolehkan kepalanya ke arah Ika yang kaget.

"Iya, aku khawatir soalnya kalo malem Mbak Andin suka teriak kayak kesakitan gitu tadi malem, takutnya sakit parah."

Tidak, Soka tidak sepolos itu untuk tak tahu kenapa Andin teriak tiap malam. Dia hanya pura-pura lugu dengan begitu orang tak akan tahu betapa berbahayanya dia.

Lihat saja bagaimana dia menghampiri mamanya Andini yang tampak khawatir. Diikuti oleh Alexa di belakangnya.

"Tante, kok dateng? Padahal Soka cuma ngasih kabar ke tante. Tante pasti khawatir banget. Maaf ya harusnya Soka nggak ngasih tau Tante." Alexa hanya bisa bertepuk tangan dalam hati dengan apa yang dilakukan oleh Soka.

"Nggak kok, kamu udah bener. Anak itu emang kadang nggak mau ngasih tau mamanya kalo sakit. Sok kuat. Soalnya takut mamanya khawatir." Soka mengangguk.

"Iya, Mbak Andin perhatian banget sama Tante. Kuat lagi, tadi aja dia tetep ke kampus padahal masih keliatan capek." Mama Andin tampak begitu bangga saat Soka memuji anaknya.

"Ehm Tante kayaknya capek banget. Mau istirahat dulu? Tapi, kamar Soka lagi penuh tugas jadi nggak ada tempat. Gimana ya?" tanyanya.

"Kalo kamar Andin kamu punya kuncinya?" tanya Mama Andini.

"Nggak Tante. Eh, tapi kebetulan ini ada anaknya bu kos, kayaknya dia bawa kunci duplikat." Soka langsung menarik Alexa dan Alexa dengan senang hati menyapa mama Andini.

"Mari Tante, kebetulan saya bawa kuncinya." Alexa mengajak mama Andini menyusuri koridor kosan kemudian berhenti di depan kamar Andini dan membukanya.

Begitu mama Andini masuk ke kamar wajahnya langsung murka saat maniknya menyapa bungkusan Dur*x rasa stroberi di atas nakas.

"Tante istirahat dulu, nanti Mbak Andini biasanya pulang jam sebelasan." Soka sengaja memberikan TMI pada mama Andini.

"Jam sebelas?"

"Iya Tante, Mbak Andini biasanya jam segituan, kan Mbak Andini rajin, jadi suka ngerjain tugas sampai jam segitu. Tapi, tenang aja, nanti pacarnya pasti nganterin sampai kamar kok. Jadi aman."

Soka tersenyum terlihat tak terganggu dengan mimik mama Andin yang seperti ingin memakan orang.

"Kalo gitu Soka tinggal ya, Tante." Soka pergi dari sana dan menutup pintu. Namun, gadis itu masih berada di balik pintu untuk mendengarkan mama Andini yang menelpon Andini agar pulang ke kos. Dan jelas setelahnya nasib anak itu akan berakhir mengenaskan. Entah dicoret dari KK atau mungkin akan digebuk mamanya tak ada yang tahu.

"Ka," panggil Ika sedikit syok dengan jalur pikir Soka.

"Anggep aja balesan. Mbak Andin bikin aku nggak bisa tidur soalnya." Ika masih speechless, ia tak tahu bahwa Soka bisa berbahaya itu.

"Mbak Ika jangan ngadu ya, soalnya aku nggak suka." Bisa-bisanya dia mengancam dengan senyuman.

"ASO! Ayo pergi!"

-o0o-

Asoka Fauntina Antari

"Aku protagonis? Well, think again

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku protagonis? Well, think again."

-o0o-

Cerita baru, bodo amat aku keluarin sebelum ada yang tamat huff dasar aku.

Peringatan aja, disini kalian mungkin bakal liat karakter Rose yang agak beda dari biasanya.

Girl Like HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang