Soka adalah tipe manusia yang melakukan apa yang ia katakan, jika ia mengatakan a maka ia akan melakukan a. Oleh karena itu hari ini akan menjadi hari pendekatan Soka kepada Renjana untuk pertama kalinya seumur hidup sesuai dengan ucapannya kemarin kepada Alexa.
Meskipun kemampuan Soka dalam pedekate belum pernah teruji, tapi Soka bukanlah buta asmara yang tak tahu bagaimana cara mendekati pria. Gadis itu sudah mencari referensi dari banyak laman dan memilih mana saja yang bisa ia gunakan untuk menjerat hati Renjana.
Langkah pertama yang akan dipraktekkan oleh Soka adalah menciptakan momen bersama dan pilihan paling awal adalah berangkat kampus bersama. Untuk melancarkan aksinya itu Soka sudah mengempesi ban motornya agar bisa dijadikan alasan. Selanjutnya Soka meninggalkan kosannya dengan helm dalam pelukan menuju rumah Lisa di samping kosannya. Diketuknya pintu rumah Alexa sembari memanggil sang sahabat.
"Pagi, Ka. Tumben pagi-pagi ke sini. Apa perlu apa?" Jelas itu hanya basa-basi busuk Renjana, dia sudah jelas mendengar Soka memanggil Alexa.
"Motor aku mogok Mas. Mau minta tolong Alexa buat anterin ke kampus, ada rapat para asisten mahasiswa soalnya. Alexanya mana Mas?" Raut panik Soka begitu nyata hingga Renjana ikut panik bahkan memanggil Alexa dengan suara ngegas, padahal selama ini Renjana adalah lelaki yang jarang berteriak seperti itu.
"Adek di kamar mandi Mas, perutnya sakit dari tadi bolak-balik kamar mandi," sahut Mamanya dari dalam.
Jika kalian berpikir bahwa itu adalah kebetulan maka jawabannya adalah tidak. Semalam Alexa sudah di-breafing lebih dulu oleh Soka tentang rencana pagi ini dan sebagai partner in crime Alexa melakukannya dengan sangat baik bahkan rela menghabiskan paginya di toilet, untung ia membawa ponsel.
"Gimana ini," gumam Soka dengan suara agak keras agar bisa terdengar oleh Renjana. Gadis itu bahkan menambahkan efek ingin menangis pada aktingnya yang membuat Renjana semakin kasihan. Sungguh luar biasa Soka.
"Aku anter. Bentar aku ambil kunci motor sama helm, tunggu bentar ya." Soka mengangguk dengan hati yang bersorak gembira. Misi pertama sukses.
"Ka," panggil Renjana pada Soka yang sedari tadi menunduk.
"Pakai jaket aku, kamu pasti buru-buru sampai nggak bawa jaket." Renjana mengambil helm dan tas Soka agar gadisnya itu bisa memakai jaket dengan mudah.
"Makasih Mas." Renjana mengangguk kemudian memberikan tas dan helm kepada Soka.
"Ya udah yok," ajak Renjana yang sudah lebih dahulu mendekati motornya dan menurunkan pijakan untuk Soka.
"Ini aku bakal ngebut soalnya kamu bilang udah mepet waktunya jadi pegangan ya." Soka mengangguk kemudian menyusul Renjana naik ke atas motor.
"Aku pegangan di sini nggak apa-apa ya, Mas?" Soka meminta ijin untuk berpegangan pada pinggang Renjana dan tentu jawabannya adalah tak apa-apa. Siapa di dunia ini yang menolak ketika gebetan melakukan hal itu?
"Nggak apa-apa. Udah siap?"
"Udah."
Setelahnya mereka menyusuri jalanan menuju kampus yang tak bisa dikatakan sepi, sepertinya hari Jumat memang hari sibuk. Butuh waktu kurang dari lima belas menit untuk mereka sampai di kampus.
Entah kebetulan atau memang terencana kedatangan Soka dan Renjana bersamaan dengan Arumi yang keluar dari mobil ayahnya. Kesempatan seperti itu tentu tak akan dilewatkan oleh Soka. Gadis itu berpura-pura lemah dalam melepas helmnya padahal biasanya dia gadis kuat yang bisa mengangkat galon kosan, sungguh actress of the year.
"Pelan-pelan, sini aku bukain." Ekor mata Soka melirik ke arah Arumi yang menatap mereka dengan muka masam yang menjadi sumber kebahagiaan Soka pagi ini.