Sebelum kalian baca lebih lanjut aku minta waktu sebentar buat kirim doa untuk saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah. Baik yang di Semeru ataupun yang di NTT. Semoga semuanya baik-baik aja dan alam mulai membaik khususnya di Indonesia.
Amin.
.
.
.
.
."Ini apa?" tanya Soka sambil menunjuk mobil kesayangan Renjana.
"Mobil. Kenapa?" Tentu saja Renjana bingung dengan pertanyaan Soka, tak mungkin gadis itu tak tahu bahwa si hitam beroda empat itu adalah mobil.
"Kita mau main layangan 'kan?" tanya Soka memastikan sekaligus berharap bahwa Renjana akan mengajaknya ke tempat lain mengingat lelaki itu membawa mobil.
"Iya Soka, kita main layangan."
Soka masih memperhatikan mobil dan Renjana bergantian. Gadis itu sedang menilai penampilan Renjana yang bisa dibilang extraordinary untuk sekedar main layangan. Celana jeans, sepatu vans, kaos putih serta kemeja biru langit tak tampak seperti outfit orang yang mau menerbangkan layangan ditambah dengan rambut yang tertata rapi. Soka pikir Renjana akan memakai topi.
"Kok bawa mobil?" Renjana tampak berpikir keras, ia panik. Apa sekarang dia terlalu memperlihatkan bahwa ia ingin berkencan dengan Soka? Bagaimana jika Soka merasa terbebani?
"Buat naro layangan." Entah alasan apa yang digunakan oleh Renjana.
"Aku bisa bawa Mas."
"Nggak safety, nanti kamu pegang layangannya nggak pegang aku." Soka sedang menelaah ucapan Renjana. Ini Renjana sedang khawatir tentang keadaannya atau sedang khawatir Soka memegang layangan dibanding dia?
"Maksudnya nggak aman. Nanti kamu jatuh kalo nggak pegangan. Gitu." Soka mengangguk masuk akal, meskipun gadis itu berharap Renjana akan mengatakan bahwa ia ingin Soka memegangnya.
"Ayo." Soka lagi-lagi mengangguk dan mengikuti Renjana yang membuka pintu untuknya. Tak hanya itu, Renjana pun menempatkan tangannya beberapa senti di atas kepala Soka untuk menjaga agar kepala gadisnya tak terantuk. Tak salah jika Soka menyukai Renjana.
Begitu Renjana masuk ke dalam mobil ada gemuruh di dalam diri Renjana sekarang. Dia sedang bertanya-tanya haruskah ia mengatakan apa yang dilatihnya semalaman atau dia saja? Namun, jika dia diam saja Soka mungkin bosan.
"Mas/Ka." Suasana menjadi canggung sementara karena keduanya saling memanggil bersamaan.
"Mas dulu." Renjana meneguk ludahnya sebelum mengatakan hal yang diajarkan Pasha secara kilat semalam.
"Aku belum sarapan, kalo kamu nggak keberatan mau makan bareng nggak?" Renjana tersenyum bangga, ia berhasil mengajak Soka makan secara natural.
"Boleh. Aku juga laper. Mas mau makan apa?" Bohong kamu Soka, kamu bohong. Pagi tadi dia sudah makan nasi uduk dan segelas susu.
"Bubur ayam, gimana?" tanya Renjana. Sejujurnya dia diwanti-wanti oleh Pasha untuk tegas mau makan apa karena biasanya jika bertanya pada wanita apa yang ingin dimakan maka akan terjadi perang terserah.
"Oke. Sound good." Renjana patut bersyukur karena Soka bukan pemilih dalam hal makan.
"Kalo gitu kita cari bubur ayam dulu ya."
"Oke." Renjana melirik Soka sekali lagi, gadis itu tampak begitu berbeda dari biasanya. Cantik.
"Ada apa Mas? Ada sesuatu di muka aku?" tanya Soka yang agak sedikit takut jika dandanannya terlihat aneh di hadapan Renjana.
