the antagonist

655 147 110
                                    

Jika dikategorikan, hari ini akan masuk ke dalam top ten hari terbaik Soka. Tak percaya? Mari kita daftar.

Pertama, dia berhasil berangkat bersama gebetan yang jelas ini sangat jarang terjadi. Kedua, dia bisa melihat wajah kesal dari Arumi secara live, ketiga tugasnya sebagai asisten mahasiswa IUT mendapat pujian dari dosen, keempat hari ini dia mendapat transferan dari kakaknya, kelima sekarang dia diajak makan oleh Renjana. Bukankah ini hal yang begitu menggembirakan?

"Tadi telat?" tanya Renjana begitu makanan mereka sudah sampai di depan mata.

"Nggak, aku nggak telat." Bagaimana bisa telat jika kegiatan itu nyatanya tak pernah ada.

"Syukur deh kalo gitu." Renjana hanya tersenyum, tapi bukannya membalas senyum itu Soka malah terpesona.

"Udah musim layangan ya ternyata," kata Soka mengalihkan diri dari pesona Renjana sebelum Renjana sadar bahwa dia menyukainya.

"Iya. Seru banget kayaknya." Renjana bukannya melihat ke arah empat anak kecil yang tengah menerbangkan layangan, tetapi tertuju kepada Soka.

"Dulu aku sering banget main layangan sama Mas Aksa waktu kecil. Jadi, kangen." Tanpa sadar Soka menyuarakan keinginannya untuk menerbangkan layangan.

"Mau main layangan abis makan? Aku juga kangen main layangan." Soka beralih menatap Renjana yang sejak awal memang hanya menatap Soka seorang.

"Serius?" Renjana mengangguk dibumbui senyum kesukaan Soka. Jika seperti ini Soka akan terjatuh lebih dalam pada pesona Renjana.

Kediaman sempat menyelimuti mereka, tapi bukan sesuatu yang membosankan karena diam-diam keduanya saling mengamati, memberikan kesempatan pada matanya untuk mengagumi manusia yang diam-diam memenuhi hati mereka. Hingga akhirnya Soka teringat bahwa ia perlu melakukan sebuah serangan Arumi sekaligus mengorfirmasi hubungan Arumi dengan Renjana.

"Potongan Mas Ren bagus. Kenapa tiba-tiba potong rambut? Arumi yang nyuruh ya?" tanya Soka yang kini harap-harap cemas dengan jawaban dari Renjana.

"Bukan. Aku potong karena udah gerah aja. Sama takut dikira cewek. Nggak ada hubungannya sama Arumi." Renjana tentu tak mengatakan bahwa ia potong rambut karena ingin meniru Langit yang dekat dengan Soka.

"Oh ya? Aku pikir karena Arumi, soalnya kalian ke salon bareng." Soka kembali melempar kailnya, menunggu jawaban Renjana apa akan menyenangkan atau menenggelamkannya.

"Nggak lah, tapi kamu tau dari mana kalo dia ke salon yang sama?" tanya Renjana bingung dan kini saatnya Soka melempar bom.

"Ini." Soka memperlihatkan chat dari Arumi tentang Renjana yang pergi ke salon untuk potong rambut.

"Ka, ini nggak bener. Aku sama sekali nggak pacaran sama dia! Sumpah demi Tuhan, nggak!"

Renjana dengan panik menjelaskannya pada Soka, kini dia mengingat tentang perkataan teman-temannya yang mengatakan  bahwa hubungannya dnegan Arumi bisa membuat orang berpikir  yang macam-macam. 

"Tapi, kalian bareng terus." Renjana menghela napas kemudian mencondongkan dirinya pada Soka dan mulai mengeja tiap kata untuk menegaskan bahwa ia tak suka Arumi.

"Aku ... nggak ... pacaran ... ataupun ... dekat ... dengan ... Arumi." Soka mati-matian menahan senyuman ketika Renjana mengatakan itu. Dia menang dari Arumi.

"Serius?" Renjana mengangguk mantap.

"Kalo gitu aku percaya sama Mas Ren."

"Kalo gitu mau main layangan?" tanya Renjana, tapi Soka menolak. Ia tak ingin menyelesaikan date-nya untuk hari ini saja. Dia akan membuat ada agenda lain di lain hari.

Girl Like HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang