» 2 • Package

75 15 8
                                    

Jam makan siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam makan siang.

Aku dan Jane berjalan beriringan menuju kantin setelah kelas kami selesai. Kantin sangat ramai begitu kami tiba di sana. Kami segera mengambil nampan, masuk ke barisan, mulai mengantre.

"Kenapa porsimu sedikit sekali?" Aku bertanya ketika melihat porsi makanan yang diambil Jane.

"Aku masih kenyang, Jen, belum terlalu lapar," jawab Jane sambil menyeringai.

"Tumben kamu tidak bersama sahabat-sahabatmu?" tanya Jane.

Kami telah tiba di salah satu meja yang kosong. Kami duduk berhadapan.

"Aku tidak tahu mereka di mana. Mungkin masih ada kelas, sedang kegiatan praktikum, atau meminta tugas tambahan. Nanti juga batang hidungnya muncul sendiri."

Jane terkekeh mendengar jawabanku.

"Hei, boleh aku bergabung?"

Aku dan Jane menoleh.

"Hei, Scarlett!" Jane menyapa riang. "Tentu saja boleh. Sini duduk di sampingku!"

Orang yang menyapa aku dan Jane adalah Scarlett. Dia adalah teman Jane sejak kecil. Dia sebaya dengan kami. Gadis itu 1 jurusan dengan Jay, Kefuturistikan. Seorang gadis tomboi dengan rambut sebahu yang selalu diikat ringkas.

"Aku tidak mengganggu kalian, kan?" Scarlett bertanya setelah duduk di samping Jane.

"Mengganggu apa coba? Tentu saja tidak," ujar Jane.

"Ya siapa tahu saja kalian merasa terganggu dengan kehadiranku di acara kencan makan siang kalian."

Aku tersedak, terbatuk-batuk. Jane juga demikian. Scarlett tertawa melihat reaksi kami.

Aku mengelap bibir dengan tisu. "Apa kau tahu di mana Jay, Scarlett?" Aku bertanya, berusaha mengalihkan suasana canggung.

"Aku tidak tahu di mana dia sekarang. Tapi tadi sebelum kelas berakhir dia diminta dosen mata kuliah 'Robotik' untuk ikut ke ruangannya. Mungkin dia masih di sana," jawab Scarlett. Nada bicaranya berubah sebal saat membahas Jay.

Aku tersenyum tipis. Lebih tepatnya, aku tahu hubungan Jay dan Scarlett tidak baik. Sejak masa ospek, aku tahu Jay memiliki ketertarikan dengan Scarlett. Anak itu tipikal kepribadian introvert, banyak diamnya, dan kadang random. Tapi dia bisa berubah menjadi sosok yang sangat menjengkelkan jika sudah bertemu Scarlett. Aku tahu itu adalah bentuk ungkapan ketertarikan Jay pada gadis itu. Namun sayangnya Scarlett mudah sekali terpancing untuk berdebat. Dia akan selalu dibuat naik darah jika sudah bertemu sahabatku itu.

Makan siang kami berlanjut. Jane dan Scarlett mendominasi percakapan. Aku lebih banyak diam, memperhatikan, hanya jadi penonton. Sesekali aku ikut nimbrung. Tadi aku sempat melihat sepupuku, Donny, bersama kekasihnya, Sora. Aku mengucapkan selamat pada keduanya atas hubungan mereka. Jane dan Scarlett juga. Aku juga melihat Mark, kakak tingkatku persis yang sama-sama berkuliah di jurusan Seni Otomotif, dan mengobrol dengannya sebentar. Dia masih 1 kabinet kerja dengan Donny di Organisasi Perhimpunan Mahasiswa di kampusku. Kami kenal dekat. Ayahnya adalah sahabat karib ayahku.

THE FIGHT SERIES | #1 ROOFTOP FIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang