» 11 • Ballroom

29 11 20
                                    

Aku kembali pamit pada Rashad, Hugo, dan Jay untuk pulang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kembali pamit pada Rashad, Hugo, dan Jay untuk pulang ke rumah. Kali ini aku betulan. Tadi pagi Ayah memang menelponku karena hari ini keluargaku diundang ke acara perjamuan rekan bisnis Ayah. Dalam rangka ulang tahun perusahaan, katanya.

"Hei, Jay, bukankah keluargamu diundang juga?" tanyaku.

Ini adalah fakta umum di antara kami berempat. Kebetulan yang sangat kebetulan. Ayah dan Tuan Matther──Papa Jay──merupakan teman dekat sejak SMP. Ayah dan Tuan Matther juga merupakan rekan bisnis. Mereka selalu dalam relasi yang sama. Jadi, jika Ayah diundang ke sebuah acara atas embel-embel perusahaan temannya, itu berarti Papa Jay juga diundang ke acara tersebut karena mereka 1 relasi.

"Iya, keluargaku diundang juga. Aku baru akan pulang nanti sore. Rumahku tidak terlalu jauh dari kampus jadi tidak masalah. Hati-hati di jalan, Jen!" balas Jay.

Aku melambaikan tangan pada ketiga sahabatnya lalu beranjak keluar dari gedung asrama.

***

Kepala Jasmine terangkat. "Hari ini, malam ini juga."

Aku terkejut. Bahkan mataku sampai melotot. Lucian menunjukkan respon yang sama. Meskipun ekspresinya jauh lebih terkontrol dariku.

"Di mana lokasi batu keenam itu?" tanya Lucian dengan serius. Wajah ramahnya kini tidak ada, berganti dengan keseriusan.

"Ballroom dari The Zho Hotel. Akan ada acara perjamuan di sana nanti malam. Seorang miliarder dari Asia memiliki salah satu permata dari 'The Main Seven'. Dia menyimpannya sejak lama, tapi bisa dipastikan miliarder ini tidak tahu menahu sedikit pun soal permata tersebut. Batu keenam itu digantung di lampu kristal utama yang akan menerangi seisi ruangan."

Aku tertegun. The Zho Hotel? Itu adalah lokasi yang menjadi tempat diselenggarakannya acara ulang tahun perusahaan rekan bisnis Ayah. Aku dan keluargaku akan pergi ke acara itu nanti malam.

"Hei, Jasmine, apakah tempat itu sudah bisa dipastikan seratus persen menjadi titik tempat batu permata keenam berada?" tanyaku. Aku benar-benar waswas sekarang.

"Iya, Jen. Pengintai N.I.A yang bertugas di Inggris sudah mengonfirmasi hal ini."

Wajahku pias.

"Ada apa, Jen?" Lucian menangkap ekspresi gelisahku.

"Acara perjamuan itu adalah acara milik rekan bisnis ayahku, Lucian. Keluargaku, termasuk aku, diundang ke sana nanti malam."

"Sungguh?"

Aku mengangguk.

"Itu berarti putra tunggal Tuan Agen juga akan ada di sana? Jeff Andrew? Ayahmu, kan, Jen?"

THE FIGHT SERIES | #1 ROOFTOP FIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang