NHOENIX-1604 adalah kapal terbang terbesar dan termegah yang N.I.A. miliki. Berupa sebuah kapal tempur dengan bentuk menyerupai tubuh burung phoenix yang menjadi andalan dari divisi kemiliteran. Kapal terbang ini berkapasitas sepuluh ribu orang.
Pasukan N.I.A. sedang dalam perjalanan menyusul pasukan Black Room ke Samudera Hindia sana. Markas sudah dikosongkan. Lokasinya pun sudah dipublikasikan. Hanya soal waktu pasukan Black Room akan menyerangnya.
Di sinilah aku berada sekarang. Ruang Kepala Divisi, ruangan paling penting di dalam NHOENIX-1604. Aku bersama dengan Agen Boo, Agen Ang, dan Agen Mia selaku pimpinan dari tiga divisi yang berangkat menyerbu markas Black Room bersamaan dengan tim elite. Kami memantau banyak hal di sini.
Aku menatap layar hologram yang ada di hadapanku. Layar itu menampilkan situasi di gudang megaraksasa milik Kakek yang ada di Kanada bagian utara. Sejauh ini semua terkendali.
"Agen Al," Agen Boo memanggilku. Aku menoleh. Pimpinan divisi kemiliteran itu menunjuk pada layar hologram di hadapannya.
Senyum miring terbit di wajahku. Sesuai dugaan, markas N.I.A. diserang oleh pasukan Black Room begitu lokasinya dipublikasikan. Aku bisa melihat kekacauan di sekitar Tower Bridge. Ketika mereka sibuk menyerang markas, berusaha merangsek masuk lewat portal terdepan, kapal-kapal terbang pengevakuasi milik N.I.A. diam-diam bergerak menyelamatkan para warga yang ada di sekitar lokasi kejadian. Tidak ada laporan adanya korban dari kalangan warga sipil sejauh ini.
"Kau bisa memastikan markas kita benar-benar sudah kosong, Agen Mia?" tanyaku pada Agen Mia, pimpinan divisi bela diri.
Agen Mia mengangguk. "Aku bisa memastikannya, Agen Al. Markas seratus persen sudah kosong."
Aku mengangguk, berterimakasih.
"Apakah kau mau melepas rudal itu sekarang, Agen Al?" Agen Ang, pimpinan divisi senjata, bertanya.
"Pastikan tempat itu betul-betul sudah kosong, baru kita akan melepasnya."
"Penjaga itu sudah meninggalkan lokasi, sesuai perintahmu, Agen Al. Anak buahku siap menunggu intruksi selanjutnya darimu."
"Agen Boo, tolong tampilkan situasi di sana melalui citra satelit!" titahku. Agen Boo mengangguk.
Layar hologram di hadapan Agen Boo menampilkan sebuah hamparan padang rumput luas di pinggiran suatu kota dengan bangunan tua yang memahkotai di tengahnya. Itu adalah gudang senjata Black Room yang ada di Milan. Dengan bantuan teknologi detektor thermal, kami bisa melihat dengan jelas situasi di sana yang benar-benar sepi dan senyap, sama sekali tidak ada kehidupan.
Aku menoleh ke Agen Ang lalu mengangguk. "Lepaskan rudal itu sekarang!"
Agen Ang mengangguk patuh. Dengan segera ia menghubungi anak buahnya. Aku berdiri di samping Agen Boo, memperhatikan bangunan tua dari gudang senjata milik Black Room lewat tampilan layar hologram. Tak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan detik sejak aku memberi perintah pada Agen Ang, aku bisa melihat siluet cahaya cepat di langit sana yang laksana meteor. Dan──BUM!──suara ledakan terdengar. Gudang itu meledak. Asap tebal membumbung tinggi diiringi dengan kobaran api yang bergerak liar membumihanguskan apa pun yang ada di sekitarnya. Pancaran cahaya keemasan yang ada di layar hologram itu memantul di wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIGHT SERIES | #1 ROOFTOP FIGHT
Fanfikce⚠ CERITA INI DIBUAT UNTUK MENGHIBUR PEMBACA YA BUKAN UNTUK DICURI! :D ⚠ BAHASA BAKU ⚠ IT'S JUST FANFIC, BE A SMART READER GUYS! ⚠ SERIOUS WARNING FOR SOME CHAPTERS DUE TO VIOLENT CONTENT • Ini bukan tentang kisah royal charming yang mampu membuatmu...