Akhir pekan yang cerah.
Aku, Rashad, Hugo, dan Jay memutuskan untuk jogging bersama. Jadwal kami sama, hanya ada kelas di sore hari nanti. Paginya kami biasanya memutuskan untuk jalan-jalan bersama.
"Ayo kita jadi bujangan Eropa yang hidup bahagia!" Hugo merentangkan tangannya. Kepalanya mendongak, matanya terpejam. Anak itu menghirup udara pagi di taman sebanyak-banyaknya.
"Daripada masuk ekskul musik, kau sepertinya lebih cocok masuk ekskul teater, Hugo," ujar Rashad sambil membenarkan posisi beanie-nya yang miring.
"Tanpa perlu masuk ekskul teater saja hidupku sudah penuh drama, Rashad. Aku melakukan pertunjukan hebat setiap hari," sahut Hugo.
"Hei, berhenti membahas soal gadis. Kau sendiri, kan, yang bilang bahwa kita akan menjadi bujangan Eropa yang bahagia seharian ini?" timpal Jay.
"Drama bukan hanya soal gadis, Jay. Bahkan jika aku sedang berulah saja kalian sering amnesia dadakan. Mendadak membuat drama, tiba-tiba tidak mengenaliku. Cih, teman macam apa seperti itu?"
Aku tertawa karena Hugo sedang menyindir kami.
Setelah 5 menit mengobrol, kami fokus pada tujuan utama kami, jogging. Aku dan Jay memimpin di depan. Lagi dan lagi aku bersama anak itu. Kami berdua benar-benar seserver. Aku dan Jay tidak akan tahan jika jogging sekaligus mendengarkan ocehan kedua anak itu. Telingaku dan Jay sama-sama tersumpal headphone.
"Kau sudah mengisi angket karyawisata, Jen?" tanya Jay.
Aku mengangguk. "Paket tur Eropa," aku menyebutkan pilihanku.
Jay nyengir. Aku tahu maksudnya. Jay juga memilih pilihan yang sama sepertiku.
Aku bersenandung kecil mengikuti alunan lagu yang mengalun lembut di telingaku. Udara pagi ini terasa segar sekali. Angin sepoi-sepi berembus menerbangkan anak rambutku.
"RASHAD? HEI!"
Aku dan Jay menoleh serempak. Kami mendapati Yolanda tengah berlari ke arah kami. Lebih tepatnya, ke arah Rashad. Anak itu terkejut hingga melotot. Dia tidak pernah menduga akan bertemu Yolanda di sini.
Rashad hendak melarikan diri. Namun naas, temannya Hugo tidak akan membiarkan hidup Rashad tenang. Hugo menahan lengan Rashad yang hendak melompati pot bunga. Rashad yang terkejut pun hilang keseimbangan, berakhir tersungkur di atas trotoar.
Aku, Hugo, dan Jay tak mampu menahan tawa kami. Rashad mendengus sebal. Dia susah payah menahan malu dan sakit bersamaan. Terlebih saat Yolanda kini sudah ada di depannya.
"Kau tidak apa-apa, Rashad?" tanya Yolanda khawatir.
Rashad melotot. Ingin rasanya ia mengusir Yolanda jauh-jauh dari hadapannya. Anak itu masih malu karena ditertawakan, dan kini Yolanda justru menanyakan keadaannya yang jelas-jelas tidak baik-baik saja. Wajah Rashad kini sudah seperti kepiting rebus.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIGHT SERIES | #1 ROOFTOP FIGHT
Fanfic⚠ CERITA INI DIBUAT UNTUK MENGHIBUR PEMBACA YA BUKAN UNTUK DICURI! :D ⚠ BAHASA BAKU ⚠ IT'S JUST FANFIC, BE A SMART READER GUYS! ⚠ SERIOUS WARNING FOR SOME CHAPTERS DUE TO VIOLENT CONTENT • Ini bukan tentang kisah royal charming yang mampu membuatmu...