⚠ CERITA INI DIBUAT UNTUK MENGHIBUR PEMBACA YA BUKAN UNTUK DICURI! :D
⚠ BAHASA BAKU
⚠ IT'S JUST FANFIC, BE A SMART READER GUYS!
⚠ SERIOUS WARNING FOR SOME CHAPTERS DUE TO VIOLENT CONTENT
•
Ini bukan tentang kisah royal charming yang mampu membuatmu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sorry I'm late!" Aku tergopoh-gopoh menghampiri ketiga sahabatku.
"Oh, thanks God! Kukira kau diculik tadi," ujar Hugo setelah aku tiba di depan mereka.
"Diculik?"
"Iya."
"Ada orang berpakaian serba hitam seperti saat di ballroom waktu itu, Jen. Dia menyelinap di antara rombongan, hendak menarik salah satu mahasiswi. Tapi untung kami melihatnya," ucap Jay menjawab pertanyaanku dengan lebih baik.
"Tapi mahasiswi itu tidak apa-apa, kan? Ke mana orang itu pergi?" tanyaku.
"Mahasiswi itu baik-baik saja, kecuali wajah tegang karena hendak diculik. Dan aku tidak tahu ke mana perginya orang itu. Jejaknya hilang di keramaian museum."
Aku menghela napas. Berarti kabar bahwa pengintai N.I.A menemukan jejak para anak buah Saduju di sekitar Musée d'Orsay benar adanya. Merujuk pada informasi dari ketiga sahabatku, mereka positif sedang berada di Paris saat ini.
Aku segera mengatur ekspresi wajahku untuk terlihat ceria. "Ayo kita berkeliling!"
Rashad, Hugo, dan Jay mengangguk setuju.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Musée d'Orsay merupakan museum seni. Dulunya tempat ini adalah stasiun kereta api. Museum ini mempunyai berbagai koleksi seni yang luar biasa, seperti lukisan, patung, dan furnitur. Karya lukisan dari Monet, Degas, dan Renoir, juga seniman terkenal lainnya, disimpan di sini.
Bangunan ini memiliki arsitektur yang menakjubkan. Begitu melihat ke luar, pengunjung akan disuguhkan pemandangan Sungai Seine dan Sacre Coeur dari jauh. Museum ini juga menawarkan restoran di lantai bagian bawah.
Musée d'Orsay ini adalah museum seni. Aku mulai paham kenapa para anak buah Saduju berkeliaran di sini. Museum seni biasanya menyimpan berbagai macam benda-benda berharga yang jika diuangkan akan menghasilkan nominal yang fantastis. Mereka mungkin mengira batu permata terakhir itu tersimpan di sini, tapi nihil. Tidak ada apa-apa di sini. Tadi aku sudah memindai seluruh ruangan begitu tiba di sini.
Hugo tiba-tiba merangkulku. "Apakah kau terpikirkan sebuah program, Jen?"