"WHAT THE HELL?!"
"Aku tidak punya waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sekarang. Aku akan membawa kalian ke markas N.I.A.. Aku sudah mengirimkan koordinatnya pada pilot Cedric. Aku juga sudah menyuruh orang di markas untuk memberi kalian akses masuk begitu tiba. Kalian aman di sana. Apa pun yang terjadi, jangan ada yang keluar. Paham?"
Keenam sahabatku saling pandang dengan ekspresi gusar.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Mark bertanya.
"Aku akan bersama pasukan N.I.A., melawan mereka. Inggris adalah harga mati. Kami tidak akan membiarkan musuh menyerang kandang kami."
Sementara keenam sahabatku masih dilanda ketakutan, aku bersiap. Aku kembali memasang segala peralatanku di 'baju dinas'. Termasuk senapan besar yang sebelumnya kubawa saat pertempuran di Venesia. Kuletakkan senapan itu di punggung.
Aku kembali mengenakan kain hitam untuk menutup sebagian wajahku, menyisakan bagian matanya saja. Aku terus mengaktifkan alat komunikasi dengan Jasmine untuk memantau keadaan di Inggris sementara jet pribadi Keluarga Ziv melesat cepat di udara membawa kami ke sana.
Aku menatap keenam sahabatku satu persatu.
"Aku sudah mengirim orang untuk mengevakuasi keluarga kalian ke tempat yang aman. Jangan khawatir," ucapku.
Mark terlihat menghela napas pelan. Rashad, Hugo, dan Cedric masih pucat pasi. Mereka terlihat bingung harus merasa lega atau bagaimana. Sementara Jay sibuk menenangkan Jill. Di antara kami bertujuh, Si Bungsu itu memang memiliki level kecemasan yang tinggi alias mudah merasa cemas.
Aku tersenyum getir. "Aku minta maaf telah membawa kalian dalam situasi berbahaya."
"Kau tidak perlu minta maaf," Jay berkata pelan. "Kami yang seharusnya minta maaf karena tidak bisa membantu."
Aku menggeleng. "Aku tidak akan membiarkan kalian membantuku. Kalian tidak seharusnya terlibat dalam hal ini. Aku akan mengutuk diriku sendiri kalau sampai kalian kenapa-kenapa."
Jay terdiam. Dia tidak tahu bagaimana membalas ucapanku.
"Senjata yang kalian miliki, aku harap kalian dapat menggunakannya dengan bijak. Walaupun aku lebih berharap tidak akan ada satu pun senjata yang diangkat." Aku tersenyum tipis.
"Posisi tepat di belakangmu, Agen Al."
Aku menekan alat komunikasi di telingaku. "Baik. Aku akan keluar sekarang."
Aku menoleh ke Cedric. Anak itu mengangguk, paham akan kode yang kuberikan. Cedric beranjak berdiri dan memberitahu pilotnya supaya menerbangkan jet lebih rendah. Cedric lalu menekan tombol di dekat pintu jet. Suara mendesing terdengar. Pintu jet terbuka. Dalam keadaan masih berada di udara, angin kencang langsung mendesak masuk.
Dari ambang pintu jet bisa kulihat ada sebuah helikopter terbang mendekat. Helikopter itu kini terbang bersisian dengan jet pribadi Keluarga Ziv. Aku bisa melihat Jasmine yang duduk di bangku penumpang bersama dengan satu anak buahnya yang duduk di bangku kemudi. Pintu helikopter yang berhadapan dengan pintu jet merekah terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIGHT SERIES | #1 ROOFTOP FIGHT
Fanfikce⚠ CERITA INI DIBUAT UNTUK MENGHIBUR PEMBACA YA BUKAN UNTUK DICURI! :D ⚠ BAHASA BAKU ⚠ IT'S JUST FANFIC, BE A SMART READER GUYS! ⚠ SERIOUS WARNING FOR SOME CHAPTERS DUE TO VIOLENT CONTENT • Ini bukan tentang kisah royal charming yang mampu membuatmu...