"AY, BROO!"
Aku, Rashad, Hugo, dan Jay yang baru saja kembali dari rooftop menoleh ketika sebuah seruan dirasa tertuju untuk kami. Langkah kami terhenti tepat di depan toilet. Seseorang yang familiar di mata kami datang mendekat, berdiri di hadapan kami, ikut nimbrung. Wajah cerahnya menatap kami satu persatu.
"Bolehkah orang tampan ini bergabung dengan kalian?"
Lucas. Sosok kakak tingkat yang aku kenal baik karena merupakan teman akrab Mark. Mereka seangkatan. Pemuda dengan perawakan tinggi besar, tubuh yang atletis, kulit tan yang seksi, dan wajah maskulin idaman semua laki-laki.
Hugo melakukan bro hug dengan Lucas. "Tentu saja, Lu. Memang ke mana teman-temanmu?"
"Biasalah. Semuanya sok sibuk dengan urusannya masing-masing," jawab Lucas jenaka.
"Kenapa kau berkeliaran di koridor, Lucas? Kau tidak ada kelas? Atau bolos?" tanya Rashad berbondong-bondong.
Lucas tertawa. "Apa aku tidak salah dengar? Kau menuduhku bolos, Rashad? TENTU SAJA IYA!"
Aku dan Jay terkekeh sambil geleng-geleng, tak habis pikir dengan pola pokir kakak tingkat kami yang satu itu.
"Permisi, Kakak-kakak."
Kami semua menoleh. Seorang gadis dengan jas almamater menghadap kami. Sepertinya dia mahasiswa baru.
Lucas segera beraksi, "Halo, Manis. Kau hendak pergi ke mana?"
"Eh? Hendak ke kamar mandi, Kak," jawab gadis itu malu-malu. Dia seorang diri tanpa siapa pun menemaninya.
Kami baru sadar bahwa posisi kami menghalangi pintu masuk toilet. Aku menyuruh Rashad, Hugo, Jay, dan Lucas untuk bergeser memberi jalan.
"Terima kasih, Kak. Permisi," ucap gadis itu dengan kepala tertunduk.
"Hati-hati, ya, cantik! Mitosnya, toilet perempuan di akademi ini angker!" seru Lucas dari luar toilet.
"Hei, jangan menakut-nakuti!" tegur Jay. "Temanku hanya bercanda. Tidak ada apa-apa di toilet ini!" lanjutnya seraya berseru supaya adik tingkat tadi mendengarnya dari dalam.
Tidak berselang lama Lucas menemukan target barunya.
"Ay, Princess! Where do you want to go?" tanya Lucas setelah bersiul nakal. Anak itu juga mengerling genit.
Aku menoleh. Aku terkejut saat mengetahui bahwa target Lucas selanjutnya adalah Jane. Gadis itu datang dari sisi kiri koridor, hendak berjalan melewati kami.
"Jangan ganggu yang satu ini, Lu," ujarku memperingati.
"Eh?" Lucas menoleh. "Memangnya kenapa?"
Hugo tertawa. "Dia gadis incarannya Jen, Lu."
Lucas membuka mulutnya sambil mengangguk-angguk mengerti. "Dadah, Tuan Putri! Hati-hati di jalan, ya! Ada titipan salam dari Jen. Katanya 'I love you'!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIGHT SERIES | #1 ROOFTOP FIGHT
Fiksi Penggemar⚠ CERITA INI DIBUAT UNTUK MENGHIBUR PEMBACA YA BUKAN UNTUK DICURI! :D ⚠ BAHASA BAKU ⚠ IT'S JUST FANFIC, BE A SMART READER GUYS! ⚠ SERIOUS WARNING FOR SOME CHAPTERS DUE TO VIOLENT CONTENT • Ini bukan tentang kisah royal charming yang mampu membuatmu...