Amunisi

92 62 1
                                    

amu.ni.si2

n ki kiat atau cara

Setidaknya, kita masih punya kita (diri sendiri)

Jejak cagak sudah membawa Gilang tepat berada di pelataran Rumah Terbuka kini. Dwinetranya ragu-ragu arahkan tatap ke dalam sana. Melambung perasaannya tatkala menyadari kalau ia akan berjumpa kembali dengan anak-anak yang menggemaskan. Dalam genggamannya terdapat tas berisi buku mewarnai juga beberapa krayon dan pensil warna sebagai isi. Ia akan memberikannya untuk anak-anak Sekolah Terbuka yang memang senang sekali menggores buku dengan warna.

Esem manis tergurat apik pada wajah ketika Gilang betul-betul sampai di halaman. Dilihatnya banyak anak usia remaja yang tengah terpaku pada buku mereka masing-masing, ada juga yang memilih untuk fokuskan diri membaca buku di rak. Semuanya, indah. Momen seperti ini jelas ia tak lupa mengajak gadis yang selalu suka saat dirinya diizinkan berkunjung ke sana, Ann. Setelah kemarin-kemarin menunda pertemuan karena kesibukannya.

Ada banyak sekali bunga ranum di sini, tak kasat mata. Duri mawarnya adalah perjalanan hidup mereka, sementara harumnya adalah Bunda Lasmi dan seluruh ornamen kebaikan yang ia punya.
️️️️
"Selamat pagi."

Kalimat yang diajukan Ann sontak membuat atensi mereka semua terfokus pada dirinya. Gugup, Ann pasang kembali senyum canggung yang jadi satu kode: dirinya sudah tiba dan siap berbaur dengan mereka.

"Kak, Kak Ann!"

"Pagi, Kak Aaannn!"

"Lihat. Ada bidadari cantik."

"Kak Ann, aku kangeeen."

"Ada Kak Ann! Cantiknya!"

Jelas bohong kalau Ann bilang dirinya tidak tersenyum pun senang akan puja-puji yang dilantunkan tepat kepada sarira. Ann mendekat, lantas menunduk dan berikan usapan kepala dengan gemas pada anak-anak di dekatnya.

"Belajarnya rajin semua, kan?"
️️
Menjadi pertanyaan yang jadi awal konversasi. Ann menaruh tasnya di sisi tubuh ketika netranya tangkap siluet sosok Bunda Lasmi. Ia arahkan sapaan hormat kepada pemilik Sekolah Terbuka.
️️
"Assalamualaikum, Bunda!"

Tangannya melambai di udara bersamaan dengan senyumnya yang semakin lebar begitu wanita yang disapa menyadari kehadirannya.

"Wa'alaikumussalam. Ada gadis cantik berkunjung. Entah keajaiban apa yang akan datang."

Ann tersenyum, betul. Namun kali ini ada selipan miris di sana. Hanya beberapa orang yang katakan hadirnya akan bawa keberuntungan.

"Berkunjung karena aku tuh, Bun." Gilang yang sedari tadi diam tiba-tiba menyambar pernyataan Bunda Lasmi.
️️
"Yeuuu dasar. Bunda, manis betul kata-katanya. Apa sengaja buat saya memerah?"

Yang ditanya hanya menguar satu utas esem. Lantas, dengan cekatan Lasmi ambil posisi berada di sebelah presensi Ann. Betapa lucunya anak-anak Sekolah Terbuka mempersilahkan.

️️"Butuh sesuatu, Nai?"

Rinai menggelengkan jemala, karena memang betul apabila eksistensinya ditemukan di sini, itu adalah pertanda pikirannya tengah kalut. Butuh topangan untuk menyandarkan raga barang sejenak, merebah bersama canda tawa anak-anak.
️️️️
"... Sayang?"

Panggilan dari Bunda Lasmi sontak membuat Ann meremang. Napasnya tersengal karena sesak yang tiba-tiba menyapa.
️️
"Enggak apa-apa, Bunda. Diajak Gilang ke sini, mau main sama teman-teman di sini. Raka sama Nia kemana ya, Bun? Kok saya belum lihat mereka." Ann berusaha mengalihkan pembicaraan.

KELAKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang