aten.si /atènsi/
n perhatian; minat
"Ann, mumpung baru jam setengah empat, main ke Mall, yuk. Nonton pacar gue," ajak Riqa yang tiba-tiba menghadang Ann di pintu keluar.
Ariqa Fatina, teman akrab Ann di tempat kerja. Hitam manis, kayak gula jawa? Kegemarannya selalu bertentangan dengan Ann. Terutama perihal hobi.
"Skip, lagi nabung buat haji."
"MasyaAllah, Ann emang terbaik. Ke toilet aja lo masih hutang punya gue, anjir."
"Aamiin, kenapa, sih? Lagian sama temen perhitungan banget, kirain dibayarin, eh dihitung utang."
"Ini sih tipe cewek yang kalau diajak jalan pasti cuma disuruh bayar parkir pun langsung bikin postingan si paling split bill."
"Siapa?"
"Yang nanya?"
"Aihhh, sana nonton aja sama pacarmu!"
"Ngambekan. Lagian nggak bisa, Ann, masa gue video call pas nonton? Atau live gitu?"
"Lagian kamu aneh, ngapain gitu pacaran online segala. Ketemu aja belum pernah. Aneh."
"Lo, sih, nggak pernah ngerasain gimana romantisnya orang pacaran, apalagi LDR. Udah gitu cowokku lebih ganteng dari Zayn Malikmu itu," balas Riqa dengan menunjukkan foto kekasihnya yang ia jadikan sebagai lock screen.
"Hati-hati ntar penipu kalau yang kayak gitu haha. Muka ganteng begitu mana ada mau menjalin hubungan secara virtual."
"Dih, mana ada. Awas aja ntar kalau aku udah ketemu mau bikin from this to this. Ah, ngobrol soal cowok sama lo emang selalu kurang seru."
"Lagian kayak nggak ada obrolan lain aja."
"Udah, sih, ayo ntar nonton film biar gue yang bayarin."
"Mauuuuu, terima kasihh, dari tadi kek," Ann memegang pipi Riqa. Uang untuk membayar kos pun selamat.
Ann dan Riqa memutuskan untuk menonton film Habibie dan Ainun 3. Kedatangan keduanya lebih awal dan penuh perjuangan hingga 1000 tahun lamanya mengantre untuk membeli tiket.
Masih ada jeda waktu menunggu film dimulai. Ann dan Riqa berjalan-jalan di Mall sekedar cuci mata. Barangkali ada yang bisa dibegal, lumayan untuk bekal akhir bulan. Enggak, cari udara segar. Di Mall? Iyain aja gitu biar cepat selesai. Jangan, baru dua part :(
"Ann, gimana, dong? Gue disuruh Mama pulang nih, buru-buru katanya ada sesuatu," Riqa terlihat khawatir setelah menerima panggilan telepon dari mamanya. Ada yang tidak beres di rumah.
"It's okay. Pulang, gih, berani sendiri?"
"Nanya berani, nggak kebalik? Tapi ini sayang banget tiketnya, nggak apa-apa kalau lo nonton sendirian?"
"Nggak, sih, lagian udah dibeliin sama kamu, sayang tau."
Tiba-tiba bumi pun menyublim, membeku, menguap, mencair dan menyempit sampai di Mall pun mereka bertemu dengan sosok lelaki yang berinisial Awan. Pria itu sedang membeli minuman dengan membawa beberapa buku di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAKAR
RandomRiuh tawa rengkuh sunyi, demi tutupi luka abadi. Dungu senyumnya setia terpatri pada parasnya meski lebam warnai luka. Jatuh luruh entah ke berapa. Dipermainkan lagi oleh semesta. Menulis sudah seperti obat untuknya. Inginnya teramat sederhana, hin...