02_Musibah yang di takdirkan

125 96 17
                                    

"Cobain ini!" Jino mendekatkan bakpau nya ke Fellin.

Fellin membuka mulut dan memakan sedikit bakpau Jino.

"Enak?" Jino mengangkat kedua alis nya.

"Hmmm." Jawab Fellin mengangguk tersenyum tipis.

"Fellin, Lo nginep di rumah gue ya?" Ucapan Jino membuat Fellin tersenyum remeh.

Masa iya Fellin nginap di rumah cowok. Yah walau sahabat nya dari kecil tetap akan aneh rasa nya. Apalagi usia mereka sudah remaja sekarang.

"Ya kali Jino." Ketus Fellin.

Jino tersenyum manis "Kita nggak satu kamar juga, lagian kan biasa nya gue nginep di rumah lo gak papa tuh."

Fellin menyentil perut Jino "Beda konsep ogeb."

Jino memanyunkan mulut nya beberapa senti. Dia sedikit kesal dengan Fellin.

Fellin sedikit badas. Andai saja Fellin tidak mendapatkan musibah kala mereka kelas 9 Smp mungkin saja Fellin tidak sejudes ini.

Fellin kehilangan kakak nya sewaktu kelas 9 Smp. Kakak yang benar benar ia sayangi. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Mereka di pisahkan oleh takdir yang sudah di tentukan. Walau Fellin tak pernah kengucapkan atau menampilkan kesedihan nya. Fellin begitu terpukul atas kematian kakak nya Digta. Di tambah, setelah kehilangan Digta bunda dan papa nya malah lebih sering berkerja. Melupakan kehadiran Fellin.

"Sekali aja!" Pinta Jino dengan puppy eyes.

"Gak." Dengan satu kata itu Fellin bangun. Dan meninggalkan Jino.

"Eh kemana?" Teriak Jino.

"Pulang."

"Tungguin gue!!" Jino dengan segera mengejar Fellin yang langkah nya sudah sedikit jauh.

Brukkk

Tak sengaja Jino tertabrak cewek cantik.

"Sorry, sorry." Ujar nya dengan sedikit melirik Jino.

"Gue yang seharus nya minta ma--

belum selesai Jino berbicara cewek itu langsung berlari setelah menatap ke belakang.

Jino terheran, sekian detik mengangkat bahu nya acuh. Cewek cantik itu seakan di kejar kejar saja. Pikir Jino.

Jino kembali melihat Fellin dan mengejar nya. "Fellin.." koar Jino.

"Berhenti dong!!" Koar lagi dengan nafas ngos ngosan. Jino berhenti sebentar. Jika tidak karena cewek tadi mungkin diri Jino tak tertinggal jauh.

Fellin mengindahkan panggilan Jino dia menyebarangi jalan. Sebelum nya, Fellin tengok kanan kiri memastikan jalanan sepi.

Tap tap tap..

"FELLIIIN." Panggil Jino.

"ARGHHH.." Teriak Fellin.

BRUKKK..
Suara hentupan yang sangat kencang begitu menggelegar di telinga Jino. Jino sedikit tidak percaya dengan kejadian ini. Apa kali dia akan kehilangan sahabat nya?

Jantung Jino berdegub kencang. Segera Jino berlari menyusul Fellin melihat keadaan Fellin. Tapi, Fellin menghilang itu membingungkan Jino. Sementara itu, banyak orang yang menggorombongi mobil yang sangat mengenaskan karena tertabrak pohon besar.

"Jino." Suara ini terdengar jelas. Suara milik sahabat dingin nya? Jino yakini itu memang suara Fellin.

Jino menengok ke belakang. Betapa bersyukur nya ia melihat Fellin masih bisa berdiri.

Revandra Said (On Going)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang