Karena suntuk Jino dan Fellin jalan jalan ke mall. Fellin jalan mendahului Jino yang menggandeng gebetan nya. Yah mereka tidak hanya berdua tapi juga ada gebetan Jino yang mendampingi Jino.
jadi nyamuk dah Fellin. Nasib jomblo mau gimana lagi.
"Gue duluan mau beli buku." Fellin mendapat anggukan dari kedua si joli yang ada di belakang nya.
Dengan langkah yang besar Fellin pergi ke toko khusus buku. Memasuki toko itu mata Fellin di suguhi buku buku favorit nya yang tertengker rapi di rak besar.
Fellin memilih milih buku apa yang ingin ia beli. Sekitar 20 menit berkutat dengan buku mana yang akan ia beli akhir nya Fellin menemukan beberapa Novel yang ia cari cari selama ini.
Setelah membeli dan membayar buku nya. Fellin keluar dari toko itu. Fellin mengambil gawai nya di dalam tas. Ia membuka locksreen kemudian beralih mencari kontak Jino. Setelah menemukan nya Fellin langsung menelpon Jino.
"Jino?" Panggil Fellin setelah telpon nya tersambung.
"Lo di mana?" Balas Jino yang di seberang sana.
Seharus nya Fellin yang mengucapkan itu. Baru saja ia ingin mempertanyakan keberadaan Jino. Eh malah keduluan Jino yang nanyain. Tapi sudahlah.
"Gue di depan Gramedia."
"Gue samperin ya?"
"Gak usah." Elak Fellin membuat Jino yang di seberang sana menyerngitkan kening nya.
"Gue mau pulang lo jalan jalan aja sama gebetan lo." Lanjut Fellin.
"Lo yakin?"
"Hmm." Jawaban jitu sikap dingin nya Fellin.
"Tap--
Fellin memutar bola mata nya malas dan segera memutuskan via telpon secara sepihak. Fellin melangkahkan kaki jenjang nya untuk pulang.
Memikirkan Jino, Fellin sangatlah malas menunggu kedua si joli itu bermain main. Ralat, bukan cemburu tapi jenuh karena harus mendengar kemauan cewek rewel yang menjadi gebetan Jino. Yah setiap cewek yang di bawa Jino pastilah cewe matre dan akan menguras uang Jino untuk mengunjungi toko ini toko itu. Dan itu membuat Fellin kesal sendiri, terkadang. Bahkan kadang Fellin juga sering meninggalkan Jino dan pulang sendirian.
Tak terasa kaki jenjang milik Fellin telah membawa nya di depan mall. Fellin memerhatikan sekitar dan kembali melangkahkan kaki jenjang nya untuk mencari taxi.
Selang, hanya perlu waktu sebentar Fellin mendapatkan taxi.
Kini ia dalam perjalanan pulang ke rumah. Fellin menatap gedung gedung yang tinggi dari jendela mobil.
Pikiran Fellin kini larut dalam kenangan bersama Digta. Di mana Digta selalu memperlakukan nya istimewa melebihi siapa pun. Walau usia abang nya itu hanya beda satu tahun setengah dari nya. Namun Digta begitu menyayangi Fellin begitu pula sebalik nya Fellin pun sangat menyayangi Digta.
Sayang, semua kasih sayang abang nya tak bisa Fellin rasakan lagi. Kini dia hanya bisa mengenang. Hari hari nya benar benar terasa sepi setelah kehilangan Digta dengan di tambah orang tua mereka yang melupakan Fellin.
Fellin tersenyum hambar karena mengingat hari hari nya. Pikiran Fellin begitu larut.
Sampai ia mengingat sesuatu.
"Kok bisa nyebut nama Digta?" Fellin mengerutkan dahi nya. Heran, teringat ucapan cowok yang menyalamatkan nyawa nya. Ralat, perantara Tuhan untuk nya. Masalah nyawa mah Tuhan memang sudah mengaturkan untuk nya. Dan kemaren memang sudah takdir bagi Fellin untuk bertemu cowok itu, maybe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revandra Said (On Going)✔
Fanfiction"Senja atau langit?" Pertanyaan nya simple. Hanya saja makna nya dalam. Jadi, Senja takkan bertahan lama. Langit akan selalu ada. Apa yang akan di katakan Revandra? Tercatat : Senja, untuk kenangan. Langit, untuk kesetiaan. Hanya sedikit inti dari c...