Sebelum jalur kuning melengkung
Maka menikung tak apa kan_Revandra Gyrdileen Andrson_
___________________________________Semua murid Gardenia bersorak gembira dengan gemuruh jejak kaki. Fellin menatap seisi koridor yang di penuhi teman, kakak kelas dan adek kelas yang begitu happy.
"Se happy itu mereka?" Gumam Fellin.
"Yaa happy lah Fellin, kan acara ini yang di tunggu tunggu mereka setiap tahun nya, terkhusus nya ya.. buat mereka yang punya gebetan atau yang udah punya pacar." Jelas Jino menjawab Fellin yang tak percaya dengan suasana hari ini.
"Apa istimewa nya?" Ketus Fellin.
Jino tersenyum miring. "Mangka nya sekali kali jatuh cinta biar tau rasa nya gimana berada di hari itu pas punya gebetan." Ejek Jino sambil merangkul pundak Fellin.
"Dih, gak ada urusan nya!" Ketus Fellin lagi.
"Lo aja gak ngerti, maka nya gitu.."
"Dih, paansih gak nyambung lo!" Sarkas Fellin seraya melepaskan rangkulan Jino dengan langkah kaki yang ia besarkan.
"Dasar tukang marah!" Ejek Jino membuat Fellin semakin jengkel saja.
"Gak seru Jino!!" Sengit nya.
Brakkk..
Fellin terhentup dengan seorang laki laki yang tiba tiba datang dari arah tangga samping.
"Eh sorry sorry, apa sakit?" Cemas cowok itu meliat Fellin yang di tabrak nya.
"Gak papa." Sahut Fellin dingin.
"Lo gak papa?" Tanya Jino ke Fellin.
Fellin mengangguk dengan senyuman tipis nya. Jino bersyukur meliat Fellin tidak apa apa. Tapi apakah cowok ini buta. Jika saja tabrakan nya lebih besar bisa saja badan Fellin bersentuhan dengan lantai keramik koridor.
"Sorry sekali lagi! Gue gak sengaja." Cowok itu benar benar merasa bersalah.
"Eh, kalo jalan liat liat dong! Kan ketabrak sahabat gue, untung aja dia gak papa." Sarkas Jino. Sungguh dia di rutuki rasa kesal. Tidak bisa kah seseorang menggunakan mata nya dengan benar.
"Gunain mata di wajah jangan cuma mata yang di kaki doang yang di gunain!"
"Eh," balas cowok itu rada Sarkas dengan menatap Jino tajam.
"Udah gue bilangkan sorry gue gak sengaja."
"Tapi--
"Jino!" Tegas Fellin membuat Jino langsung terdiam. "Gue gak papa yuk pulang!"
Jino berdecak kesal dan menatap tajam cowok itu. Terpaksa dia harus merendam kekesalan nya.
"Fellin.." Panggilan suara yang tak asing di kuping Jino dan Fellin. Fellin dan Jino pun menengok arah suara. Terlihat satu cowok di depan tiga cowok yang sejajar langkah kaki nya.
Kak Revan?. Batin Fellin.
"Hei bro!" Revan mengajukan tos. Jino pun langsung menyambut nya.
Begitu juga Zoe, Gavin, dan Vero. Mereka bertos riang dengan Jino. Lalu menatap Fellin juga menyapa Fellin. Dengan ucapan "Hei Fellin." Terkecuali untuk Zoe. Dia hanya mengangguk untuk Fellin. Fellin menyambut sapaan mereka dengan senyuman tipis nya namun memautkan.
"Lo?" Tunjuk Gavin ke cowok yang baru saja menabrak Fellin.
Cowok itu mengindahkan sapaan Gavin. Ia pun melihat ke arah lain dengan jengkel. Seakan punya dendam pribadi dengan Gavin.
"Woi lo bukan nya senyum malah liat ke arah lain, mau lo kayak dulu lagi?" Ancam Gavin greget.
"Cih," decih cowok itu. "Permisi gue duluan." Ujar nya langsung meninggalkan Fellin, Revan, Jino, Zoe, Gavin dan Vero.
"Dih, tu orang buat kesel mulu." Gerutu Gavin seraya meliat punggung Yazid yang semakin menjauh. Yazid orang yang sempat mereka kurung karena menabrak Digta.
"Dendam amat lu sama dia, " ujar Vero menyenggol Gavin.
"Iya iya lah gue dendam lah diakan--
"Ehem.." Revan berdehem.
Untung saja omongan Gavin sempat di hentikan jika tidak Fellin akan tau siapa orang itu. Dan ini belum waktu nya Fellin mengetahui segala nya.
"Diakan?" Kepo Jino.
"Gak papa, bukan siapa siapa." Ujar Gavin cengengesan.
"Oo.."
"Oh ya, kalian sibuk?" Tanya Revan kepada Jino dan Fellin.
"Gue sih mau ketemu gebetan gue, persiapan buat Ily day , gak tau nih Fellin." Lirik Jino ke Fellin.
"Nasib jomblo." Ujar Vero sambil menggeleng geleng kepala meratapi nasib nya. Gavin tersenyum miring lalu merangkul sahabat nya yang murung itu.
"Gue punya banyak, lo mau satu?" Ujar nya tersenyum dan mengedipkan mata centil nya untuk meyakinkan Vero.
Dah kan jiwa fakboy Gavin mah emang ngeselin banget sumpah. Tapi nguntungin juga ya. Kalo waktu waktu ngenes gini bisa di gunain.
Tapi....
"Gak, makasih!" Tolak Vero dengan songong nya. Yah dia tidak sama dengan Gavin. Bisa di bilang dia ingin di bilang lelaki sejati.
Revan tersenyum miring dan mengajukan tos. Vero yang seotak dengan Revan langsung menyambut tos an Revan. Setelah itu mereka pun melipat tangan mereka masing masing di depan dada. Dengan songong nya mereka menatap Gavin.
"Gak semua orang sebrengsek lo." Zoe menjitak jidad Gavin dengan penuh kegemasan.
"Aw.." rintih Gavin.
"Denger kata leluhur Zoe, gue pria sejati gak akan nyakitin cewek mana pun." Ujar Vero dengan tegas.
"Dih, sok lo!! bilang aja kalo emang gak laku." Ejek Gavin tak terima atas kekalahan nya sekarang.
"Yah dia emang gak laku--
Seketika mata Vero membulat mendengar ucapan Revan.
"Tapi, dia gak suka mainin perempuan." Lanjut Revan membuat Vero semakin songong karena Zoe dan Revan memihak ke diri nya.
"Huh.. Berasa jadi anak tiri gue." Gumam Gavin dengan wajah kesal nya membuat Revan tersenyum puas. Juga Vero dengan muka songong nya dia mengejek Gavin dengan mengeluarkan lidah nya.
"Oh ya Fellin gimana?" Tanya Revan memastikan Fellin yang sedari tadi menyaksikan drama dari keempet sahabat ini.
"Sibuk."
~~~●●●●~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Revandra Said (On Going)✔
Fanfiction"Senja atau langit?" Pertanyaan nya simple. Hanya saja makna nya dalam. Jadi, Senja takkan bertahan lama. Langit akan selalu ada. Apa yang akan di katakan Revandra? Tercatat : Senja, untuk kenangan. Langit, untuk kesetiaan. Hanya sedikit inti dari c...