06_Kok bisa dia?

83 83 5
                                    

Akhirnya Fellin membuka mata setelah pingsan lumayan lama. Ia menatap langit rumah, ralat? Langit kamar nya? Iya, Fellin mengenali langit yang terjejer banyak bintang yang menempel lekat. Hanya kamar nya lah yang mempunyai langit berbintang. Itu semua karena Digta pelaku nya.

Fellin menyerngitkan kening nya.

"Akhir nya bangun juga!"

Suara itu? Fellin dengan perlahan melihat siapa pemilik suara itu. Dan ternyata..

"Kok lo?"

"Ngapain lo di sini?"

Alih alih menjawab Revan malah bersedekap dada sambil mendekati Fellin yang duduk di atas Queen Size nya. Jarak memgikis. "Menurut lo?"

Revan menyeringai dan menatap liar sekujur tubuh Fellin.

Fellin bergidik ngeri melihat tatapan Revan yang seakan lapar.

"Sinting!!" Sengit Fellin.

"Pfttt..konyol." Revan tertawa kecil. Revan suka sekali menjadi orang jail.

Tokk tokk tokk..

Bi Jiah datang membawa nampan berisi segelas susu dan segelas teh manis.

"Masuk bi!" Ujar Revan sambil tak berhenti menatap Fellin yang juga menatap nya tajam.

Bi jiah masuk dengan perlahan mendekati Fellin. Baru saja Fellin ingin mengambil segelas susu--

"Ambil teh!" Revan mengambilkan teh ke Fellin.

"Loh kok?--

"Teh manis bagus buat orang baru siuman! Mau nya jus tapi buah nya abis kata Bi Jiah."

"Iya non." Bi Jiah membenarkan Revan sambil mangut mangut.

Fellin mendengus kesal.

Cowok ini siapa sih, baru kenal doang. Semena nya udah minta ampun. Gerutu Fellin membatin.

Fellin meminum teh..

"Aah.." rintih Fellin karena air yang ia minum panas.

Revan terkekeh "Hati hati dong."

"Jangan desah," lanjut Revan membuat mata Fellin melotot sempurna.

"Gue kan gak sengaja." Ketus Fellin.

Revan menyeringai. Gemas melihat tingkah Fellin.

Ternyata adek lo beda jauh sama lo. Revan membatin lagi seakan berbicara dengan Digta.

"Ini nak Revan." Bi Jiah menyerahkan segelas susu ke Revan.

"Bi Jiah, Fellin mau su--

"Jangan bikinin bi, Bibi turun aja."

Lah siapakah Revan? Seenak jidad memerintah Art Fellin.

.....

Segelas susu telah habis Revan tengak. Sementara itu Fellin sudah risih dengan kehadiran Revan.

"Kapan lo pulang?" Celutus Fellin sudah tak tahan.

"Gue nginep!" Ujar Revan dengan santai nya seakan tuan rumah telah akrab dengan nya.

Fellin tak menyangka kenapa diri nya bisa bertemu Revan. Fellin kira Revan orang yang baik ternyata memang baik. Eh canda lebih tepat nya baik tapi suka rese plus ngeselin.

"Siapa yang ngizinin lo nginep? Gue gak terima tamu ya!!" Sarkas Fellin.

"Ya udah!" Revan membawa tas nya dan berlalu pergi.

Fellin membuka mulut nya dengan mata yang membulat sempurna. Heran saja dengan sikap Revan. Cowok itu tak bisa di terka sikap nya. Anehnya Fellin malah mengira jawaban Revan bersi keras untuk menginap ternyata malah sebalik nya.

♢♢♢♢

Fellin menarikan sendok nya di atas piring yang di isi dengan nasi dan lauk.

Bi Jiah yang memandangi terkekeh. "Di makan atuh non jangan di udek udek aja." Ucap Bi Jiah lembut.


"Hmm, Bi?" Fellin menghentikan aktifitas gabut nya dan beralih menumpu dagu menatap bi Jiah lekat.


"Iya non?"

Fellin menggigit bibir bawah nya ragu untuk melanjutkan apa yang ingin di ucapkan.

"Non?"

"Itu bi, kok.. cowok tadi bisa--

"Oowh dia ya non?" Belum tuntas omongan Fellin bi jiah sudah paham apa yang ingin Fellin tanyakan.

"Tadi kan non, Bi Jiah keluar terus liat non udah rebahan di sofa. Awal nya Bi Jiah kira tidur eh pas di bangunin gak bangun bangun. Bi jiah panik atuh terus Bi Jiah pinjem handphone non Fellin. Ada nomor telpon paling atas tulisan nya tuh..

"Orang tampan?"

Jangan kira Fellin yang menamai nomor Revan orang tampan. Tapi Revan sendiri lah yang memberi nama nya. Dengan meminjam handphone Fellin paksa.

"Jadi dia yang ngangkat Fellin? Dan Bi Jiah yang nyuruh dia?" Simpul Fellin.

Bi Jiah mengangguk mengiyakan Fellin. Akhir akhir ini Fellin memang begitu lelah mungkin karena itu dia bisa pingsan.

♡♡♡

Di waktu yang bersamaan Revan berdiri di balkon kamar. Menatap langit lekat.

"Gimana kabar lo bro?" Revan menatap langit yang di penuhi bintang yang cerah.

Sekian detik ia tersenyum kecut menyadari takkan ada jawaban dari sahabat nya itu. Ya sahabat yang telah pergi dan takkan pernah kembali itu mungkin bisa saja melihat dan mendengar Revan. Tapi mana mungkin dia bisa menjawab. Andai bisa menjawab pun Revan akan terkejut karena pasti nya itu adalah sesosok ruh yang di panggil orang sebagai hantu.

Mengingat Digta ia bermimpi Digta tak lama ini. Kembali ia tersenyum entah apa yang di pikirkan Revan. Tapi, senyuman itu terlihat tulus.

♢♢♢

Revandra Said (On Going)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang