Entah apa yang mendorong Alffy ingin pulang ke Jakarta. Hatinya benar-benar merindukan suara lembut bundanya, nasihat-nasihat ayahnya, dan kecerewatan adiknya. Dia sampai tergesa-gesa membereskan barang seusai berjamaah subuh. Tiba di Jakarta pagi hari, tanpa ada seorang pun yang tahu akan kepulangannya.
Dia melangkahkan kaki melewati halaman rumahnya. Rumah yang berdiri di depannya telah banyak menampung cerita. Pemuda itu berdiri di depan pintu, mengetuk dan menunggu dibukakan pintu. Sambutan hangat dari sang bunda secerah siang hari tanpa awan. Menenangkan. Alffy langsung memasuki pelukan bundanya tanpa aba-aba.
"Terima kasih Alffy udah pulang. Bunda selalu rindu sama kamu."
"Aku juga, Bun."
"Anak bunda ada yang udah jadi penulis. Pulang-pulang semakin pintar dan ganteng, ya?" selidik Ratu seraya mengambil tangan putranya. "Bunda sangat bangga memiliki kamu. Bunda nggak pernah berhentinya bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahkan hadiah terbaik. Tetap jadi Alffy yang seperti ini, ya? Jadi penyejuk untuk hati ayah dan bunda di mana pun kamu berada."
"Iya, Bunda."
"Giva sama ayah lagi di taman belakang. Mereka belum tahu kamu pulang."
Alffy tersenyum lalu mengangguk, paham dengan bahasa bundanya. "Aku ke sana dulu."
Giva sangat antusias melihat kakaknya pulang. Terlihat banyak perubahan dari sang adik, yang paling menonjol adalah fisik. Giva sekarang tidak sekering dulu, pipinya mulai tumbuh tembam, pergelangan tangannya lumayan berisi, ketika Alffy angkat untuk digendong rasanya encok.
Perubahan ini yang Alffy tunggu sejak dulu. Melihat adiknya sehat dan ceria adalah suatu kebahagian untuk keluarganya.
"Kenapa tidak bilang mau pulang? Kalau bilang kan ayah bisa jemput ke stasiun."
"Kejutan," jawab Alffy.
"Ya sudah. Kita ke dalam yuk!" Fikar berjalan lebih dahulu, dikuti istrinya. Berbeda sama Alffy dan Giva yang malah saling pandang lalu tertawa dengan sendirinya. Tak ada alasan apa pun di balik tawanya, mereka hanya sedang melepas kerinduan yang besar.
"Kak, kenapa ya Giva pernah mimpi Kak Api pergi jauh, nggak pulang, Kak Api nggak mau diajak pulang?"
Pemuda itu memicingkan mata menanggapi adiknya bercerita ketika berjalan memasuki rumah. "Pergi ke mana sih?"
"Nggak tahu. Kata Kak Api, Kak Api nggak bisa pulang, kalau Giva mau bertemu Kak Api lagi, Giva harus jadi anak baik dan taat. Nanti kita ketemu. Tapi kan hari ini Giva ketemua sama Kak Alffy. Aneh ya mimpi itu?"
Alffy mengacak rambut adiknya gemas. Bicara apa sih adiknya. "Jangan dipikirin."
∏∏∏
Dinginnya malam begitu menusuk. Alffy sampai menggigil dibuatnya. Tidak, ini bukan dingin seperti biasanya, lebih dari itu. Fikar yang tidak sengaja melintas di depan kamar putranya langsung memburu Alffy yang tengah menahan kesakitan.
Di situasi mencengkam seperti ini. Satu yang pemuda itu ingat. "Ayah, aku mau Quran...," ujarnya dengan suara bergemeletuk.
Fikar memenuhi perintah putranya, cekatan mengambil mushaf Quran di atas rekal. Alffy memeluknya erat, berusaha mengambil posisi duduk dibantu oleh ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah Sedang Mengajari Aku #FJSTheWWG ✔
SpiritualLight from the dark side Kehadirannya adalah kedamaian. Dia sangat sempurna berperan dalam kehidupan. Sang penebar harapan. Dia sangat mencintai dan dicintai. Namun, di balik itu, ada beberapa hal yang tertutup rapat. Sosoknya tegap gagah di tengah...