Two:: Tetaplah Berjuang

64 12 5
                                    

Seorang anak SMP kerap kali tertangkap basah sedang mengamati Alffy. Bagi pemuda normal yang taat, Alffy jelas saja malu dan risi. Terlebih yang mengamatinya seorang perempuan, meski masih bocah.

Alffy sedikit kesulitan untuk berhusnudzon kepada anak SMP itu.

Seusai rapatnya ditutup, si anak SMP itu mengikis jarak dengan Alffy, menciptakan posisi duduk bersampingan.

“Aku ingin tahu perjalanan kakak menjadi seorang aktivis muda.”

Ha? Pemuda itu melongo beberapa saat. Ketakutan yang tadi itu hanya bayangan. Berburuk sangka benar-benar membuat kita tidak nyaman. “Gimana, ya?” Alffy menggaruk belakang lehernya seraya tersenyum kaku. “Aktif kali, ya,” jawabnya asal.

“Aku bertanya serius loh, Kak.”

“Jadi seperti ini…,” ungkapnya menggantungkan kalimat.

“Kak!” Anak bersurai lurus agak kecokelatan di ujung menampakkan ekspresi kesal.

“Kakak pun tidak tahu mulainya dari mana. Sejak dulu kakak suka berbaur, bertukar pikiran, dan ingin mengenal banyak orang. Rasa ingin jadi orang bermanfaat dan menginspirasi orang lain tumbuh begitu saja, tertanam banget di hati. Sejak SMP tidak pernah terlepas dari yang namanya organisasi dan komunitas. Jadi ya begitu. Kamu bisa menyimpulkan sendiri. Kakak ada di titik ini berkat keluarga, sekolah, dan organisasi atau komunitas yang kakak ikuti.”

Anak itu termenung sejenak, mencerna jawaban Alffy yang mungkin sedikit asal-asalan. Namun, sereceh apa pun orang cerdas menjawab, ucapan mereka itu tetap keren. Dengan banyak alasan anak itu mengidolakan Alffy, ucapan-ucapannya selalu tentang inspirasi, anak muda yang sungguh sulit sekali ditemukan di zaman sekarang.

“Boleh tahu….”

“Nama kamu….”

Mereka sama-sama terdiam karena suaranya keluar di detik yang sama. Canggung mengusai mereka selama beberapa saat.

“Nama kamu siapa?” tanya Alffy.

“Gung Cania Haninda Putri Ayu. Panggil Cania saja.”

“Orang Bali?”

“Ya. Lahir dan dibesarkan di sana. Dua tahun yang lalu pindah ke Jakarta.” Cania membenarkan letak kacamatanya. “Boleh tahu nggak organisasi apa yang berpengaruh sekali untuk kakak?”

“Semuanya berpengaruh. Setiap detik ilmu yang kakak dapatkan membawa perjalanan kakak selangkah lebih maju.”

Obrolan antar orang cerdas mengalir begitu saja diselingi tawa. Alffy bangga dengan anak bangsa. Usianya masih kecil, pikirannya masih labil, tetapi imajinya sudah seluas angkasa. Mereka sama-sama belajar dari lawan bicara karena obrolannya berkualitas. Ketika dua insan yang haus ilmu disatukan, mereka akan lupa dengan waktu.

Alffy membahas cintanya kepada sesama manusia, kepada alam, dan semua yang ada di sekelilingnya. Cania melihat betapa dasyatnya cinta yang ada di dalam dada Alffy. Tidak salah pilih dalam mencari idola. Alffy memang pantas untuk diidolakan.

“Sejauh apa pun itu tetap pakai skateboard?” tanya Cania tidak percaya. Alffy tidak menyukai kendaraan yang memakai bahan bakar dan mengeluarkan polusi. Bukti cintanya Alffy terhadap alam sangat keren, bukan?

Allah Sedang Mengajari Aku #FJSTheWWG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang