Bertahan hidup sendirian tanpa adanya sosok orang tua dikehidupan Yeji, terkadang membuatnya merasakan kesedihan tersendiri. Namun dirinya bersyukur memiliki beberapa orang terdekat yang masih peduli dengan dirinya, walaupun jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Dua minggu setelah kepergian bundanya, Yeji memutuskan untuk bekerja part time di sebuah kedai jus yang terletak diantara kos-kosan dan kampusnya. Hal ini memudahkan dirinya karena tempat kerjanya searah dengan jalan pulangnya ke kosan.
Awalnya Lia tidak ingin pacarnya itu bekerja hanya karena khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan Yeji. Namun ia sadar, kekhawatirannya itu hanya sebuah ke egoisannya semata. Dirinya tidak berhak mengatur keputusan Yeji yang memang sudah menjadi kewajiban untuk Yeji sendiri.
Yeji tidak ingin terus - terusan merepotkan Lia. Rasanya tidak pantas ia menerima kekayaan orang tua Lia yang diberikan oleh Lia sendiri secara cuma-cuma. Yeji sadar, dirinya harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa harus merepotkan orang lain, walaupun orang tersebut tidak merasa direpotkan.
Namun Lia tetaplah Lia. Sampai sekarang Yeji masih tinggal bersama di kosan elit tersebut bersama sang pacar. Hanya itu pemberian Lia yang ia terima dengan senang hati.
"Pulangnya mau dijemput?"
"Gak perlu, biar aku pulang sendiri. Lagian kamu kan harus kerja, ngapain pake nganter aku pulang segala? Buang buang waktu sama tenaga aja"
Yeji tersenyum mendapat omelan dari Lia, "Yaudah kalau gitu."
Yeji kembali memakan sandwichnya yang ia buat tadi pagi. Ya, hal ini bukanlah yang pertama kali untuk Yeji membawa bekal dari rumah. Semasa SMA dirinya selalu membawa bekal dari rumah, namun semenjak masuk kuliah, dirinya berhenti melakukannya dengan alasan dirinya malas, lebih baik membelinya di kantin. Namun siapa sangka sekarang dirinya kembali membawa bekalnya. Hal ini ia lakukan karena tidak ingin jika uang yang sebenarnya untuk membayar uang kuliah tiba-tiba tidak cukup hanya karena dirinya terlalu boros.
Yeji menyodorkan sandwichnya ke mulut Lia dan Lia dengan senang hati menggigitnya walaupun mata dan tangannya masih sibuk dengan tugas di depannya. Sebenarnya sekarang mereka berdua sedang berada di kantin. Setelah mata kuliah kedua selesai, Lia menyuruh Yeji untuk menemaninya mengerjakan tugas dari dosen yang harus selesai hari ini juga. Bukan Lia namanya kalau tidak mengeluh dengan tugasnya,telinga Yeji bahkan sudah kebal dengan umpatan-umpatan yang Lia keluarkan selama mengerjakan tugasnya.
"Ngapain liatin aku kaya gitu?" Lia melirik Yeji yang tengah menopang kepalanya dengan satu tangan sambil menatapnya penuh arti.
Yeji menggeleng. Tanganya terulur ke arah telinga Lia, menyelipkan rambut halus Lia ke belakang telinga tersebut. Lia sedikit menoleh, pipinya bersemu merah namun dirinya langsung kembali menatap tugasnya dengan tatapan kosong. Yeji tak memperdulikan reaksi tersebut, dirinya masih asyik menatap wajah pacarnya yang menjadi salah satu pemandangan yang indah menurutnya.
"Ihhh udah dong jangan diliatin terus.
Aku jadi gak konsen nih ngerjain tugasnya!""Hehehe iya iya, mian." Yeji kembali melahap potongan sandwichnya.
"Kamu kok gak ada tugas sih"
"Hm?" Alis yeji terangkat. Ia menyelesaikan kunyahannya, "Ada, tapi nanti aja di kedai"
"Ada ya orang kerja malah ngerjain tugas"
"Ada nih, aku"
Lia mencubit pipi Yeji tanpa alasan. Dia heran dengan Yeji walaupun selalu menunda pekerjaannya,Yeji tidak pernah telat untuk menyelesaikannya. Padahal, tugas-tugasnya juga bukan tergolong sedikit dan menurutnya susah. Jangan dikira tugas anak seni itu gampang ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake • Yejisu
RomanceApa aku ini salah? Yang ku tahu, mencintaimu adalah kesalahan terbaikku.