01. Party

25.1K 217 0
                                    

"Aku merindukanmu," bisik Deon, tepat di telinga Brill. Suaranya yang terdengar sensual membuat gadis itu bergidik.

Brill terkekeh pelan sambil mengusap rahang Deon yang ditumbuhi bulu halus, sepertinya Deon lupa mencukur. Toilet wanita paling ujung menjadi saksi pertemuan mereka setelah dua bulan tidak bertemu.

"Nanti malam, aku datang."

Brill mengangguk.

Ia dapat merasakan tangan kokoh Deon menarik pinggulnya untuk mendekat. Brill tetap diam saat Deon mulai merunduk dan mendaratkan sebuah kecupan di pipi kiri Brill begitu lama, bahkan ia tidak segan untuk menggigit pipi tembam Brill.

Deon menatap bibir Brill yang sekarang berwarna merah merona. "Kau terlihat menggoda malam ini."

Baru saja ingin menjatuhkan bibirnya pada bibir Brill. Ponsel Deon bergetar, panggilan masuk dari seseorang yang mengganggu aktivitas mereka.

"Sial," umpat Deon.

Sekitar dua menit, Deon menyelesaikan panggilannya. Ia beralih pada Brill yang sekarang sedang menatap kuku lentiknya yang terbalut kuteks warna soft.

"Aku harus kembali ke pesta, sayang."

Brill menghela napas, ia tersenyum paksa. "Pergilah."

"Maafkan aku."

"Tidak apa-apa, sudah biasa."

Deon tak mengindahkan perkataan Brill. Ia membuka pintu toilet dan berjalan was-was meninggalkan Brill di sana sendiri dengan perasaan yang tidak karuan.

***
Siapa wanita yang benar-benar kuat menjalani hubungan terlarang seperti Brill. Ia harus rela melihat pacarnya bercumbu dengan wanita lain yang notabene adalah calon tunangan Deon. Salahkan dirinya yang tidak tahu diri sudah mau menjadi wanita simpanan Deon.

Brill dan Deon sudah lama bersahabat. Brill tau, Deon berpacaran dengan Saron hampir lima tahun, dan entah setan apa yang merasuki Brill hingga ia mau menjadi simpanan Deon selama ini.

Ia harus rela mendapatkan waktu paling singkat ketika bersama Deon, ia harus rela melihat kemesraan Deon dan Saron sebelum gadis itu menghukum Deon di apartemen miliknya.

Seperti saat ini, Brill harus rela menahan gemuruh di dadanya untuk tidak menyiram jus pada Saron yang sekarang tengah bergelayut manja di lengan kokoh Deon. Sesekali wanita itu juga dengan terang-terangan mencium bibir Deon.

"Brill!" seseorang menepuk bahu Brill.

"Edward, kukira kau tidak datang?"

"Aku pasti datang, minuman gratis."

Brill tau, yang dimaksud Edward adalah minuman yang membuat akal sehat tidak terkendali. "Kau tidak pernah berubah."

"Aku apa adanya, Brill."

Siapa yang tidak mengenal Edward, peminum alkohol kelas atas yang selalu nongkrong di beberapa klub malam setiap hari. Bahkan Brill heran dengan dirinya sendiri, kenapa dia bisa berteman dengan pemabuk berat seperti Edward.

"Kau tampak menikmati pesta ini, Brill."

"Lebih tepatnya, aku muak." Jawab Brill, menggoyangkan gelas miliknya sambil tetap mengawasi Deon dan Saron.

Pesta ulang tahun Gabriel tidak seperti apa yang Brill bayangkan, dia kira Deon akan sepenuhnya bersamanya, dan Saron tidak akan datang ke pesta karena dengar-dengar ayahnya sedang sakit. Tapi, ternyata gadis itu tetap datang.

"Mau berdansa tidak?" tanya Edward.

Tumben sekali. "Aku malas bergerak."

"Ayolah, satu kali ini saja."

Forbidden RelationShit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang