14. Kebenaran

3.9K 148 0
                                    

Hari wisuda itu terjadi dan Brill hanya bisa menikmatinya melalui videocall dari Anette. Ia merasa terharu dengan semua teman-temannya yang bisa mengikuti acara itu, sementara dirinya duduk di sofa, menikmati segelas susu yang tadi disiapkan Deon sebelum dia berangkat kerja.

"Brill, happy graduation," pekik Anette.

"Kau juga, Anette. Kita sudah menjadi sarjana hukum." Brill tersenyum.

Dia tidak iri atau merasa kesal karena tidak bisa ikut. Brill lega dia sudah lulus. Wisuda hanya sebagian kecil rencana yang ia harapkan. Setidaknya dia bisa lulus dengan nilai baik di tahun ini, setelah memusingkan skripsi kemarin.

"Semua teman-teman memberimu selamat Brill, mereka ingin datang ke apartemenmu. Tapi, takut mengganggu kau yang sedang hamil."

Brill tertawa. "Tenang saja, aku tidak merasa terganggu. Jika ingin kemari, bilang dulu ya, agar aku bisa menyiapkan makanan untuk kalian."

"Jangan Brill, kita akan membawa banyak makanan sendiri nanti," tolak Anette. Mana mungkin mereka tega membiarkan Brill yang sedang mengandung menyiapkan makanan.

"Ide bagus."

"Nanti kuhubungi lagi ya, Brill. Aku mencintaimu, daaahhh."

Brill tersenyum, ia menghela napas lega. Setelahnya, Brill memejamkan mata sambil bersandar di sofa. Lalu tak berapa lama, sebuah telepon masuk dari nomor luar.

"Halo?"

"Brilliana."

Brill membeku.

"Ini Mama, Brill. Bagaimana keadaanmu, kau baik-baik saja, sayang?"

Hampir dua bulan, Brill tidak mendengar suara Mama, panggilan sayang dari Mama, dan pertanyaan Mama yang menanyakan mengenai kabarnya.

"Kau terkejut karena aku meneleponmu tiba-tiba, ya. Maafkan Mama, Brill. Mama menghilang seperti ditelan waktu, tidak memberimu kabar bahkan kepastian."

"Bagaimana kandunganmu? Deon meneleponku pagi tadi, dia mengatakan hari ini adalah hari wisudamu, tapi kau tidak bisa pergi. Tidak apa-apa sayang, jangan bersedih, di rumah menjaga bayimu jauh lebih baik."

Kekehan Mama justru membuat Brill menggigit bibir bawahnya yang bergetar.

"Selamat atas kelulusanmu ini, putriku. Aku bangga melihat nilai yang dikirim Deon kemarin, aku bahkan sudah menyiapkan kue untukmu. Mungkin sebentar lagi, kurir datang."

Brill meremas ponselnya lebih erat.

"Ma," panggil Brill lirih.

"Mama masih ada di Amerika Brill, dan hari ini Mama akan terbang ke Korea. Maafkan Mama, tidak pernah menjengukmu lagi, sayang. Mama begitu malu karena insiden kemarin yang dilakukan Papa, Mama merasa bersalah karena hanya diam saat kau dipukuli Papa."

Brill meloloskan satu isakan. Ia sudah tidak tahan lagi, bagaimana pun juga, ia merindukan Mama.

"Jangan menangis Brill, Mama menyayangimu."

Brill semakin menjadi.

"Brilliana, sayang."

"Ma, Brill ingin bertemu," ucap Brill tercekat.

"Kau mau bertemu Mama? bukankah Deon melarangmu pergi?"

"Brill ingin bertemu Mama, sekarang."

***

Deon berjalan tergesa memasuki salah satu restoran yang menjadi tempat Brill dan Mamanya bertemu. Ini sudah memasuki jam makan siang dan dia tidak punya banyak pekerjaan untuk dikerjakan.

Forbidden RelationShit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang