09. Deon, Aku Hamil!

6.7K 165 8
                                    

Dua bulan kemudian ....

Brill menarik napas panjang, saat melihat dua garis biru di testpack yang sengaja ia beli kemarin. Dua hari belakangan ini, Brill mengalami muntah-muntah saat mencium beberapa bau makanan yang kuat. Ditambah lagi, ia begitu manja pada Anette dan sering meminta wanita itu untuk membelikan sesuatu yang benar-benar Brill inginkan.

"Bagaimana, Brill?" tanya Anette, ia menunggu di depan kamar mandi.

Brill meremas tepian wastafel, ia menatap wajahnya sendiri. Tidak percaya, bahwa kenyataan pahit ini akan benar-benar terjadi. Bagaimana caranya mengatakan pada Mama dan Papa, bahkan setelah penolakan Brill untuk bertunangan, ia sudah tidak pernah mendengar kabar Mama dan Papa.

Keluar dari kamar mandi, Brill dapat melihat Anette yang menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya. Tanpa sadar, tangan Brill bergerak untuk mengusap perutnya yang datar. Itu sudah cukup menjadi jawaban bagi Anette.

"Lalu?"

"Mari kita minum, malam ini," ucap Brill, datar.

"Jangan gila, Brill!"

Brill menghela napas. "Kalau begitu, aku akan pergi ke praktik abor—"

"Brill!" cegah Anette, ia tidak ingin mendengar kalimat lengkap yang ingin Brill katakan. Itu begitu mengerikan untuk didengar.

Janin ini tidak bersalah, ia ada karena cinta, bukan semena-mena hanya nafsu belaka. Menghilangkannya bukan hal yang tepat, menurut Anette.

"Aku harus bagaimana?" Brill berjalan menuju jendela kaca yang sengaja ia buka, menampilkan bangunan pencakar langit dan jalanan Amerika pada siang ini.

"Kau harus memberitahu Deon."

Brill dengan cepat menggeleng. "Dia sudah bersama Saron."

Brill sudah berhenti bertukar kabar dengan Deon setelah kejadian itu. Brill dengar, Deon sedang pergi ke Korea untuk melihat bisnis keluarga Saron di sana. Deon pasti bertunangan di sana juga, mengingat tanggal itu, di mana pertunangan diadakan satu bulan yang lalu.

"Kau tidak tahu, pertunangan mereka di batalkan. Karena Mama Saron mengalami serangan jantung dan stroke berat."

Kini, Brill sangat terkejut. "Kau jangan berbohong hanya untuk membuatku berharap lebih."

"Siapa yang berbohong." Anette mengedikkan bahunya.

Apakah benar begitu?

***

Telat makan dan maag kambuh saja sudah sangat menyakitkan untuk Brill. Dua hari ini ia justru tidak nafsu makan, dan mual saat mencium semua aroma makanan yang ia buat sendiri.

Padahal, saat melihat makanan yang muncul di laman instagram, terlihat menggiurkan. Tapi saat Brill membelinya, ia tidak bisa makan.

Dua hari ini, Brill hanya minum air putih dan obat maag. Ia menahan rasa sakitnya, setidaknya sampai ujian selesai.

Siang ini, Brill menidurkan kepalanya di meja kantin sambil menunggu Anette yang sedang ingin makan siang.

"Kau yakin hanya memesan air mineral?" tanya Anette.

Brill mengangguk, lemah.

"Kondisimu begitu mengenaskan, Brill. Kau pucat sekali seperti hantu."

Brill mendengkus, tidak memedulikan ucapan Anette yang sepertinya memang benar. Dia seperti hantu sekarang.

"Sudah memeriksakan dia?" Anette melirik perut Brill yang masih rata.

Ini sudah seminggu lebih, Brill mengandung. Tapi, ia sama sekali belum berminat pergi ke dokter, ia tidak ingin ditanya sudah menikah atau belum. Hamil diluar nikah begitu sangat memalukan.

Forbidden RelationShit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang