Tangis Saron tidak berhenti sejak tadi, tisu bekas yang ia gunakan untuk mengusap air matanya berserakan di mana-mana. Kamar mewahnya seperti baru saja dihujani tisu.
Beberapa bantal dan boneka dilempar ke lantai, lalu make up dan pajangan pecah ruah di atas lantai. Saron benar-benar kesal dan tidak terima dengan kenyataan bahwa Deon adalah ayah dari bayi yang dikandung Brill.
"Saron! Apa yang kau lakukan di kamar seharian?"
Papa Albert membuka pintu kamar putrinya dan menatap heran pada sang putri yang tidur tengkurap sambil menangis. Kamar yang terlihat seperti kapal pecah menambah keheranan Albert.
"Kau kenapa? Sehabis wisuda bukannya senang justru menangis," tanya Albert. Lelaki itu memungut beberapa boneka dan menaruhnya di sofa.
"Kenapa kamarmu bisa berantakan seperti ini, Saron?"
"Deon, Pa!" adu Saron. "Aku ingin menikah dengan Deon secepatnya."
Albert menaikkan sebelah alisnya, bingung. "Mendadak sekali? Mamanya masih belum sembuh total, sayang."
Saron menggeleng kuat. "Aku ingin segera memilikinya."
***
Brill tidak mengerti, kenapa Deon tiba-tiba datang dan mengacaukan tidurnya. Ketika ia tidak sengaja melihat jam di dinding, waktu menunjukkan pukul satu dini hari.
"Deon, kau sedang apa?" tanya Brill heran.
Pasalnya Deon sedang memasukkan semua pakaian Brill ke dalam koper besar. Lelaki itu tampak terburu-buru untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Kita akan pergi Brill," ucap Deon tanpa menoleh. "Kita sudah tidak punya waktu."
Brill bingung. "Kau ini berkata apa?"
Deon berdecak, menutup resleting koper dengan sekali entak, lalu menghampiri Brill dan berlutut di depan gadis itu.
Dari bawah lampu tidur yang temaram, Brill dapat melihat wajah tampan Deon tampak membiru di beberapa bagian dan bibirnya terdapat lelehan darah yang sudah mengering.
"Deon, kau kenapa?" Brill meraba pipi lebam Deon hingga membuat lelaki itu meringis. "Siapa yang melakukan ini padamu?"
Deon justru menarik kedua tangan Brill, ia mencium punggung tangan gadis itu bergantian, sebelum mendongak untuk menatap mata Brill yang berkaca-kaca.
"Jangan menangis, sayang. Aku tidak apa-apa." Deon tersenyum.
"Kau terluka, sangat banyak."
"Tidak apa-apa, asal masih bisa bersamamu," ucap Deon serak.
Lelaki itu memeluk tubuh Brill, mencium perut besar gadisnya dengan air mata yang tiba-tiba turun. "Kau mencintaiku, kan, Brill?"
Brill tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi ia tetap mengangguk ketika Deon menanyakan cintanya.
"Kau akan bersamaku terus?"
"Pasti Deon, aku akan bersamamu."
Deon menarik napas dalam. "Hanya kau yang kupunya sekarang, keluargaku sudah tidak menganggapku lagi karena aku melanggar pertunangan itu."
"Bahkan Papaku sendiri mengatakan aku bukan lagi anaknya." Deon mengatakan itu dengan rahangnya yang mulai mengeras, seperti tak terima dengan pernyataan sang Papa.
"Aku akan buktikan pada mereka, kita bisa bahagia selamanya, Brill."
Brill mengangguk.
"Kau harus ikut aku pergi sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden RelationShit!
Romance☆Versi lengkap dan detail ada di FIZZO☆ Ini tentang Brilliana, yang harus sabar menjadi seorang wanita simpanan. Karena sebuah insiden, ia hamil anak Deon-kekasih gelapnya. Apa yang akan dilakukan Deon? Mempertahankan, atau menggugurkan? ***** "Baga...