18. Pertanda Buruk

1K 29 1
                                    

"Kau menyukainya?"

Brill tersenyum kecil ketika mendapatkan hadiah ciuman dari Deon berkali-kali.

Malam ini, Deon sengaja membuat kejutan kecil untuk Brill. Sebuah makan malam sederhana dengan pemandangan laut lepas dan hadiah kecil yang disematkan pada jari manis wanita itu.

"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot melakukan ini." Brill melingkarkan kedua tangannya pada leher kokoh Deon.

Brill menganggapnya sebagai permintaan maaf, karena tiga hari ini Deon sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin ini cara Deon untuk membuat Brill percaya dia tidak akan lagi diabaikan.

"Kau cantik sekali, Brill," bisik Deon, memeluk pinggang Brill posesif.

Mereka sama-sama terhanyut dalam suasana, hingga berciuman. Tangan Deon bergerak untuk mengusap belakang kepala Brill dengan sayang.

Kening mereka bersatu, sambil sesekali tersenyum pada sela-sela ciuman mereka. Brill membiarkan Deon memberi tanda pada setiap inci wajahnya, bahkan turun sampai ke leher.

Sensasi ini seperti hal yang teramat Brill rindukan, hingga ia menikmati dengan mata tertutup dan bibir yang sedikit terbuka.

"Ehm ...."

Deon berhenti ketika merasakan sebuah tendangan kecil pada perutnya. "Dia menendang, ya?" Deon terkekeh.

Bayi dalam perut Brill tidak suka diabaikan, mungkin. Hingga menendang ketika Deon hampir menarik resleting gaun belakang Brill.

"Deon ...." panggil Brill, lebih mirip seperti desahan.

Genggaman erat pada kerah leher lelaki itu, membuat Deon menaikkan sebelah alis. Brill menatapnya dengan tatapan memohon.

"Malam ini, ya..." Akhirnya kalimat yang tertahan, diucapkan juga oleh Brill.

Pipinya bersemu merah karena Deon sadar akan sinyal yang diberikan Brill.

"Kau menginginkan lebih rupanya?" Deon mengusap pipi Brill dengan lembut. Menyapukan jemarinya pada pipi hingga leher mulus sang kekasih.

"Tapi bagaimana dengan ini?" tanya Deon, melirik perut bulat sempurna Brill yang sangat indah dengan balutan gaun.

"Dia sudah hampir lahir, Deon. Itu tidak akan berpengaruh jika kau melakukannya perlahan."

*****

Setelah kencan romantis di pantai.

Deon dan Brill kembali ke vila.

Seprai dan selimut sudah acak-acakan, beberapa pakaian sudah teronggok di lantai. Suara desahan memenuhi ruangan tempat mereka berdua melepas apa yang mereka tahan.

Brill memejamkan mata ketika tangan kekar Deon menarik tubuhnya sedikit ke atas dengan panggul yang tanpa berhenti bergerak menghujam lebih dalam.

"Ehhh ...." Brill menggigit bibir bawahnya. Ia dapat merasakan sensasi panas dan sesuatu yang juga bergerak dalam perutnya.

"Ohh Deon ...." Brill berusaha tetap tenang, meski sebenarnya ia ingin lebih cepat lagi.

"Bersama Sayang...."

Deon menyeka keringat di pelipis Brill. Jemarinya menyapu dagu hingga dada Brill dengan erotis. Membuat sang kekasih kembali mengangkat tubuhnya karena merasa sangat merinding.

"Kau menikmatinya?"

Brill mengangguk.

Seketika Brill membuka mata, saat Deon berhenti menghentak panggulnya. Lelaki itu hanya diam saja menatap wajah Brill yang tampak kecewa.

Forbidden RelationShit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang