05. Kemarahan Deon

4.5K 117 0
                                    

Brill tidak mengerti, kenapa teman-teman Deon justru menghubunginya ketika lelaki itu sedang mabuk berat di salah satu klub malam.

"Siapa Brill?"

Brill tersenyum kecil, menatap Revan dengan mata teduhnya. Ia kembali menyendok bubur di mangkuk dan menyuapi Revan. Brill tidak berniat untuk membalas pesan tentang Deon, biarkan saja, lagi pula dia masih marah dengan sikap Deon yang memukul Revan tanpa sebab.

Jelas-jelas, Revan adalah lelaki baik, sopan, dan lemah lembut. Deon sendiri yang berengsek.

"Pesan dari Anette, katanya dia akan segera kemari."

Revan mengangguk singkat. Kasihan, Brill bahkan tidak kuasa melihat lelaki itu yang wajahnya lebam di beberapa bagian.

"Aku sudah kenyang, Brill."

"Aku minta maaf ya, Revan. Karena aku kau jadi seperti ini." Brill menunduk, memainkan jemarinya gelisah.

"Tidak apa-apa, lagi pula ini bukan salahmu, Brill."

Revan menggenggam jemari lentik Brill. Ia tersenyum singkat, sebelum akhirnya menarik Brill untuk ia peluk.

"Kepalamu masih sakit?" Brill mendongak.

"Terkadang, tapi sudah lebih baik dari sebelumnya."

Brill mengulurkan tangannya untuk mengusap sudut bibir Revan yang membiru. Revan hanya bisa menahan ringisan karena usapan lembut itu.

"Sekali lagi, aku minta maaf."

"Sudah Brill, kau tidak bersalah. Deon benar, kau tidak seharusnya percaya begitu cepat padaku. Dia hanya mengingatkan, bisa saja aku mempunyai niat jahat."

"Tapi, sebenarnya tidak, kan?"

"Aku sama sekali tidak pernah memikirkan niat jahat padamu Brill," balas Revan.

"Seharusnya dia mengatakan baik-baik Revan, bukan menghakimi seperti ini."

Revan tersenyum, menepuk bahu Brill untuk menenangkan.

***

Brill pulang sekitar pukul sepuluh malam.

Ketika ia sampai di apartemen, ia menemukan beberapa barang dan bahan makanan berserakan di lantai. Setelah Brill telusuri, ia menemukan sosok Deon yang tertidur di lantai sambil menggenggam botol alkohol.

"Deon, kenapa kau ada di sini?" pekik Brill, tidak habis pikir.

Deon menyeringai, ia berdiri dan menghampiri Brill yang mengomel sambil memungut beberapa pakaian dalamnya yang tercecer karena ulah Deon.

"Jalang, sudah pulang?!"

Brill menghela napas, mendorong Deon agar terlepas darinya. Lalu berjalan menuju kamar mandi.

"Jalang!"

"Pergi dari rumahku!" bentak Brill, tidak suka.

"Tidak mau, aku mau di sini, tidur bersama jalang!"

Plak ....

Satu tamparan mendarat di pipi Deon, entah mendapat kekuatan dari mana Brill bisa mengoyak sudut bibir Deon. Deon terkekeh, mengusap sudut bibirnya yang terluka.

"Kau kuat sekali, Brill."

"Pergi!"

Brill memukul dada Deon berkali-kali. Mendengar Deon hanya ingin meniduri jalang sepertinya membuat hati Brill begitu sakit. Bisa-bisanya dengan gampang Deon mengatakan Brill adalah seorang jalang.

"Kau kenapa?" Deon menangkap pergelangan tangan Brill, menelisik wajah wanita itu yang memerah.

"Aku benci padamu, benci sekali," teriak Brill.

Forbidden RelationShit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang