10. Cemburu

4.5K 147 0
                                    

Brill selalu memahami dan mengerti, bagaimana kondisi dan posisi Deon. Ia selalu memaklumi saat Deon tidak bisa datang ke apartemennya atau lelaki itu yang tidak bisa memenuhi kemauan mengidamnya.

Yang Brill tahu, sudah dua bulan ini Deon menjadi karyawan tetap di salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pakaian. Lelaki itu selalu menyisihkan uang untuk Brill dan membelikan apa pun kebutuhan Brill.

Menghela napas, Brill mengeratkan jaket musim panas yang ia kenakan, mencoba menutupi perutnya yang sudah menonjol meski tak terlalu kentara. Hari ini ia akan menyerahkan bab skripsi terakhir dan berkonsultasi untuk sidang dua minggu lagi.

Ia berharap bab terakhirnya disetujui agar sidang tidak terhambat. Kehamilan Brill yang sudah memasuki bulan ke tiga, membuatnya was-was jika teman di kampus menyadari perubahan tubuhnya.

Brill merahasiakannya pada siapa pun, kecuali Deon dan Anette. Ia tidak mengabari orang tuanya atau pun pulang, sudah hampir enam bulan ini.

"Brill!!"

Brill berhenti berjalan, ia menoleh ke belakang dan menemukan Saron yang melambai padanya. Sebenarnya ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu Saron, mengingat Brill akan check kandungan hari ini, dia sudah ditunggu Deon.

"Iya?"

"Kau buru-buru tidak?"

"Tidak."

"Boleh aku minta bantuanmu?" tanya Saron, senyum manisnya mengembang.

"Bantuan apa?"

Tidak mengatakan apa-apa, Brill justru ditarik agak keras untuk mengikuti langkah Saron. Ia dibawa ke tempat parkir.

"Ada apa Saron?"

"Tunggu sebentar."

Saron terlihat membuka bagasi mobil mewahnya dan menunjukkan dua buah helm fullface yang biasa digunakan laki-laki untuk naik motor. Dilihat dari bungkusnya yang masih terpasang, bisa disimpulkan bahwa helm itu masih baru.

Di sana, kedua helm memiliki perbedaan dari bentuk dan juga warna. Brill sama sekali tidak mengerti, kenapa Saron menunjukkan benda itu padanya.

"Kau, kan sudah lama berteman dengan Deon, menurutmu dia cocok menggunakan helm yang mana?" tanya Saron, antusias.

Brill menghela napas. "Dia suka warna hitam," jawab Brill sekenanya.

Seketika, wajah Saron berubah menjadi masam. Pasalnya, kedua helm yang dia perlihatkan pada Brill tidak ada yang hitam. Satunya warna hijau neon, dan satunya berwarna merah.

"Tapi, jika kau ingin memberikan salah satu dari helm ini, aku sarankan yang hijau saja."

Saron mengangguk.

Brill tanpa sadar mengusap perutnya sendiri karena kakinya sudah terlalu pegal untuk terus berdiri. Dia membuang napas, malas. Menunggu Saron yang sibuk dengan ponselnya.

"Lalu, apakah menurutmu helm itu cocok dengan motor ini?" Saron menunjukkan sebuah foto motor laki-laki keluaran terbaru.

Brill tersenyum kecut. Rupanya Saron ingin memberikan sebuah motor pada Deon. "Bagus."

"Wah, saranmu membantu. Aku akan segera mengajak Deon bertemu kalau begitu, terima kasih ya, Brill." Saron menepuk bahu Brill.

Brill hanya menanggapinya dengan senyuman.

Mereka berbincang sebelum akhirnya sosok yang Brill pikirkan melewati tempat dirinya dan Saron.

"Deon!!" Panggil Saron begitu antusias.

Forbidden RelationShit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang