Deon menggulung lengan kemejanya dan bergegas mencuci piring yang tadi digunakan untuk makan malam. Akhir pekan pun datang. Setelah lima hari ia disibukkan dengan meeting dan beberapa urusan kantor, dia bisa kembali ke apartemen Brill dan membantu wanita itu.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehidupannya bersama Brill lebih mirip seperti kehidupan rumah tangga. Meski mereka belum terikat, Deon bertindak layaknya suami siaga yang siap untuk melakukan apa pun jika Brill sedang membutuhkan.
Tapi, Brill justru merasa terbebani oleh hal ini. Dia memang sudah menerima keadaan di mana dirinya hamil dan menjaga kandungannya sebaik mungkin. Ia hanya terbebani oleh sikap Deon yang tidak mau bertemu keluarganya bahkan selalu mengabaikan Saron yang masih berstatus sebagai calon tunangannya.
"Aku sibuk," suara Deon membuat Saron berhenti mengoceh.
Brill yang memegang ponsel Deon sampai meringis mendengar suara ketus Deon yang terlalu berlebihan. Jika seperti itu, Saron bisa saja curiga.
"Kau berselingkuh, ya?"
Baru saja Brill berpikir Saron akan mengatakan itu di lain waktu, ternyata sekarang.
"Terserah kau saja Saron, aku malas berdebat."
"Kau selalu mengabaikan aku beberapa hari ini, Deon. Kau berubah!"
Deon menaruh piring setengah membanting, menyambar ponselnya dari tangan Brill, lalu menatap wanita itu dengan mata teduh. Deon bergerak maju, memeluk tubuh Brill, dan menaruh dagunya pada puncak kepala wanita itu.
"Aku sedang lembur bekerja, memangnya kau mau punya lelaki pengangguran yang tidak menghasilkan uang?" tanya Deon.
"Tidak."
"Ya sudah, tolong mengertilah sebentar. Aku sedang sibuk mencari uang untuk pernikahanku beberapa bulan lagi." Deon merunduk untuk menatap Brill yang bersandar di dada Deon.
Brill sendiri terkejut, meski sebentar. Ia berpikir, maksud Deon menikahi siapa? Dia atau Saron?
"Kita akan bertunangan dua bulan lagi Deon, dan kau ingin segera menikah denganku?" tanya Saron, terdengar begitu senang.
"Terlalu percaya diri."
Brill mencubit perut Deon, ia mendongak untuk melihat Deon yang justru terkekeh tanpa suara. Untung saja Saron tidak mendengar ucapan Deon baru.
"Ya, Saron. Aku tutup dulu, Bos besar sedang menungguku."
Deon mematikan ponsel, ia menatap Brill yang masih setia memeluknya. "Bos besar sedang menunggu, rupanya." Deon menangkup pipi Brill.
"Aku bukan bos besar."
Mata Deon bergerak, menelisik tubuh Brill yang terlihat berbeda pada kehamilannya yang memasuki usia 4 bulan lebih sepuluh hari.
"Kau mau bilang aku gendut?" tantang Brill.
"Bos besar mengamuk?"
"Deon!" kesal Brill.
Deon tertawa begitu keras hingga membuat Brill langsung pergi. Wanita itu duduk di sofa dan meninggalkan Deon dengan tawanya.
Hampir dua puluh menit, Brill tidak menemukan Deon menyusulnya yang sudah bosan menonton televisi. Lalu tiba-tiba, Deon datang dan menidurkan kepalanya di paha Brill. Lelaki itu begitu wangi, setelah mandi dan berganti pakaian.
Deon beringsut, menghadapkan dirinya pada perut Brill yang sudah terlihat lebih menonjol dari satu bulan lalu. Ia mengusapkan hidungnya di sana, membuat Brill geli, tapi ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden RelationShit!
Dragoste☆Versi lengkap dan detail ada di FIZZO☆ Ini tentang Brilliana, yang harus sabar menjadi seorang wanita simpanan. Karena sebuah insiden, ia hamil anak Deon-kekasih gelapnya. Apa yang akan dilakukan Deon? Mempertahankan, atau menggugurkan? ***** "Baga...