02. Undangan Pertunangan

9.1K 152 3
                                    

Pagi begitu cepat datang.

Saat Brill bangun dia sudah tidak menemukan Deon di sampingnya. Lelaki itu pergi sebelum Brill terbangun, ia meninggalkan sarapan di nakas untuk Brill dan juga ucapan selamat pagi yang ditulis di note.

Brill menghela napas, sulit sekali membuat Deon berada di sisinya lebih lama lagi.

Ponsel di nakas bergetar. Panggilan masuk dari Anette—sahabatnya, yang muncul di layar ponsel.

“Kau masuk hari ini?”

“Hm ....”

“Aku dengar, semalam Deon ke apartemenmu lagi?"

Brill mengucek mata. “Iya.”

“Kau melakukannya?”

“Iya, Anette."

Di seberang telepon, Anette menghela napas. “Aku bilang berhenti dari sekarang.”

Dari sekian banyak manusia di kampus, hanya Anette yang tau hubungan terlarang Brill dan Deon. Wanita itu sesekali menasihati Brill jika keputusannya melakukan hal seperti itu adalah salah besar, terlalu banyak risiko yang akan mereka hadapi nantinya.

“Nanti kita bicara, aku ingin mandi dulu.”

Sambungan diputus Brill begitu saja. Ia memperhatikan sekeliling kamar dan menemukan beberapa kekacauan yang dibuatnya bersama Deon semalam.

***
Berita menggemparkan siang ini sukses membuat Brill sampai sakit kepala karena ditanya ini itu oleh teman kampusnya.

“Kau tidak tahu mereka akan bertunangan, Brill?”

“Kau, kan sahabat Deon.”

“Iya, mana mungkin kau tidak tahu Deon dan Saron akan bertunangan.”

Apa sahabat harus selalu tau urusan sahabatnya?

Pertanyaan demi pertanyaan terus saja muncul, Brill merasa sesak napas karena dikerubungi banyak orang yang ingin tau kebenaran dari surat lamaran yang dibagikan Saron untuk bulan depan.

“Aku tidak tau,” pungkas Brill, membuat semua orang di dalam kelas terdiam.

Brill mengambil tasnya dan keluar kelas, rasanya hari ini ia ingin lenyap dari muka bumi agar tidak perlu bertemu Deon si berengsek itu lagi.

Rasanya sesak sekali. Padahal Brill tau dia tidak boleh memberikan perhatian lebih untuk Deon dan berharap terlalu dalam. Karena sejatinya Deon tidak akan bisa sepenuhnya dia miliki. Tidak akan pernah. Perjodohan konyol itu membuat Deon terikat.

“Brill, kau tidak apa-apa?”

Itu suara Anette.

Teman kampusnya ini, selalu mengerti keadaan Brill. Setelah Brill membuka pintu toilet, ia langsung memeluk Anette. “Sakit sekali Anette.”

“Aku tahu perasaanmu.”

Anette dengan sabar menunggu tangis Brill mereda. Lalu ia membawa gadis itu untuk makan di kantin kampus.

“Sudah kukatakan untuk berhenti jauh-jauh hari.”

Brill mengaduk minumannya tanpa minat. “Aku tidak bisa.”

“Kenapa tidak dari dulu saja? Jika sudah seperti ini aku tidak tahu harus berbuat apa.” Anette mendengkus.

Iya, kenapa tidak dari dulu saja Deon menyatakan perasaannya. Tidak bisa dipungkiri, sejak dulu Brill sudah menaruh hati pada Deon. Kenapa, ketika masalahnya sudah serumit ini, Deon ingin menjalin hubungan dengannya? Sama saja Deon menyakiti dua perasaan seorang wanita.

Forbidden RelationShit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang