06. Kabar Buruk

3.5K 110 1
                                    

Presentasi berjalan lancar meski Brill harus menahan rasa sakit pada perutnya karena dia terlambat makan. Ia tidak sempat sarapan karena terburu-buru tadi pagi.

Di kantin kampus, ia meminum obat maag setelah menghabiskan spageti. Ditemani Anette, Brill mencoba menunggu sampai sakit perutnya agak mendingan.

"Bagaimana kabar Revan?"

"Terakhir kali aku menemuinya, dia sudah lebih baik," jawab Brill, memoles liptin pada bibirnya yang pucat.

"Bagus kalau begitu, kau ingin mengunjunginya lagi?"

"Setelah ini, aku dengar dia akan keluar rumah sakit hari ini."

Anette mengangguk.

***

Di lain tempat.

Deon sedang mencoba untuk tidak menjambak seseorang di depannya yang tengah menangis hanya karena membaca pesan chatnya bersama Brill yang namanya ia ganti menjadi Grace.

"Kau jahat sekali, Deon!"

Deon hampir saja menguap, bosan. Tapi lagi-lagi ia harus menahan. Yang ia lakukan hanya menepuk-nepuk bahu Saron sambil meminta maaf.

"Siapa Grace? Aku ingin bertemu dengannya."

"Dia ada di Korea, tidak di Amerika."

"Kau bohong bukan?" Saron menelisik raut wajah Deon.

Deon menghela napas. "Untuk apa aku bohong, Saron?" tanya Deon.

Suasana mendadak jadi menyeramkan, saat Saron mulai memicingkan mata. "Lalu, apa hubunganmu dengannya Deon?"

"Itu hanya rekan bisnisku yang—"

"Rekan bisnis? Perhatian sekali kau dengan rekan bisnismu." Saron terkekeh, mengusap kasar air matanya. "Sampai mengingatkan makan juga?"

"Itu karena aku ingin mendapatkan hatinya agar bisnisku disetujui," kilah Deon.

"Benarkah?"

Deon menghela napas, menjawab pertanyaan Saron agar wanita itu tidak curiga memang harus dengan kesabaran ekstra. Jangan sampai ia dihajar oleh sang Ayah jika tahu Saron marah bahkan berpikir akan memutuskan pertunangan. Bisa dipenggal habis-habisan dengan oleh orang tuanya.

"Sekali lagi kutegaskan, untuk apa aku berbohong padamu."

Saron langsung saja memeluk erat Deon. "Aku hanya khawatir kau akan meninggalkanku."

"Tidak akan sayang, kau percaya padaku." Deon mengusap punggung Saron dengan sayang.

***

Nyatanya, Brill luluh dengan keinginan Mama yang memintanya menemui Papa. Ia menyingkirkan ego, demi mencari tahu apa yang sebenarnya membuat Papa ingin sekali bertemu dengannya.

Maka, setelah kuliahnya selesai Brill mencari taksi untuk pergi menuju rumah sakit. Sampai di sana ia bertemu Mama yang sedang duduk di depan ruang rawat inap Papa.

"Ma," panggil Brill, ikut duduk di sebelah Mama.

"Akhirnya kau datang juga kemari." Mama tersenyum begitu hangat.

Brill membalasnya dengan memeluk sang Mama. "Kenapa tidak masuk ke dalam, Ma?"

"Papa sedang tertidur."

Brill mengangguk, mengerti. Mungkin Mama tidak ingin mengganggu istirahat Papa di dalam, atau dia baru saja mencari udara segar.

"Kau masuklah, dia sudah menunggumu."

Forbidden RelationShit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang