Kengototan Samarawijaya dan Mapanji garasakan dalam memimpin penyerbuan ke Watan mas, membuat raja Airlangga risau.Kedua putranya itu saling tidak mau mengalah untuk menjadi pimpinan dalam rencana penyerbuan ke Watan mas.
" ayahanda, serahkan padaku, aku pasti bisa mengalahkan para prajurit dyah Tulodong "
" saya yang lebih tua ayahanda, serahkan penyerbuan ini kepada saya"
Pinta Mapanji garasakan yang tidak mau kalah dengan Samarawijaya.
Airlangga berusaha bersikap bijaksana atas kemauan kedua putranya tersebut, namun dia tidak mau langsung memutuskan sebelum mendengar nasehat orang terdekatnya.
" apa yang harus aku lakukan paman Narotama ? "
Mpu Narotama terdiam sejenak, dia tidak ingin buru buru memberi masukan pada raja Airlangga.
Dalam dugaannya, kedua pangeran itu berusaha menjadi yang terbaik, karena menginginkan singgasana Kahuripan.
" mohon maaf sebelumnya gusti prabhu "
" utarakan saja paman "
" alangkah baiknya, jika penyerangan ini dipimpin oleh gusti putri Sanggramawijaya tunggadewi "
Kini justru Airlangga yang balik terdiam, sejenak dia mulai memikirkan usulan mpu Narotama tersebut.
Ada rasa keberatan pada diri Airlangga, namun dia ingin alasan mpu Narotama itu.
Dengan menunjuk Sanggramawijaya tunggadewi sebagai pimpinan prajurit, hal ini dimaksudkan untuk meredam perselisihan Mapanji garasakan dan Samarawijaya.
Airlangga sejenak berpikir, dan Dia merasa jika usulan mpu Narotama ini bisa diterima.
" baiklah paman, ini mungkin bisa diterima oleh kedua putraku "
Samarawijaya dan Mapanji garasakan terdiam mendengar penjelasan ayahandanya, gusti prabhu Airlangga.
Tidak ada bantahan dari mereka berdua, terlihat keduanya memang keberatan, tapi ayahnya sudah menetapkan kakaknya yang akan memimpin penyerangan ke Watan mas.
" saya menghormati keputusan ayahanda gusti prabhu "
Ujar Samarawijaya, meski dengan berat hati.
Begitupula dengan Mapanji garasakan, dia juga menghormati keputusan ayahnya tersebut.
" laksanakan semua perintah kakakmu nantinya "
" sendiko ayahanda gusti prabhu "
Jawab mereka berdua secara serempak.
Sebenarnya ada rasa khawatir pada diri raja Airlangga, menjadikan Sanggramawijaya tunggadewi sebagai pimpinan penyerbuan ke Watan mas merupakan hal yang bertentangan dengan perasaannya.
Namun demi meredam gejolak kedua putranya, dengan berat hati hal itu harus dia lakukan.
Berat, karena Sanggramawijaya tunggadewi adalah perempuan yang lemah lembut, namun hal itu demi meredam perselisihan kedua putranya.
Ribuan prajurit Kahuripan mulai bergerak meninggalkan kota raja,
ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan oleh Sanggramawijaya tunggadewi.Ini adalah perjalanan perang pertama baginya, dan dia tipikal wanita yang tidak bisa melihat sebuah kekerasan, apalagi darah.
Dirinya tidak sama dengan dyah Tulodong, meski sama sama wanita, namun sisi lembutnya lebih besar dari sisi ksatrianya.
" ada apa gusti putri ? "
Tanya bayu aji karena melihat raut wajah Sanggramawijaya tunggadewi tidak seperti biasanya.
" kenapa harus aku yang berangkat ? "
Bayu aji yang bertanya, kini dia malah mendapat pertanyaan balik.
" karena anda calon ratu "
" apakah setiap ratu harus turun di medan perang ? "
" harus gusti putri, anda lihat dyah Tulodong, memimpin prajuritnya saat menyerang kita "
" aku tidak ingin menjadi ratu "
Ucapan yang sangat mengejutkan bayu aji, dia sama sekali tidak menduga, jika Sanggramawijaya tunggadewi akan mengatakan ini.
" apakah anda takut perang ? "
" bukan itu paman bayu aji, tapi aku memang tidak tertarik menjadi ratu "
Bayu aji terdiam, dia merasa heran dengan apa yang menjadi keputusan putri Airlangga tersebut, tiba tiba tanpa dia sadari, mulutnya berucap.
" ini gawat.."
Ucapan ini didengar oleh Sanggramawijaya tunggadewi.
" gawat apanya paman bayu aji ? "
" oh..., tidak gusti putri "
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahuripan 1009 - 1042 2 Dyah Tulodong
Historical Fictionkeinginan Airlangga untuk menguasai pulau jawa seperti para pendahulunya dahulu tidak berlangsung mudah. usai menaklukkan empat kerajaan di blang selatan jawa, Hasin, Wuratan , Lewa dan Wengker. namun masih ada satu kerajaan yang belum bisa dia takl...