Kembalinya Kota Raja Lama

44 4 0
                                    


Kuda paksi dan Kebo suro terus berteriak teriak untuk membakar semangat para prajurit Lodoyong.

" bantai semuanya.."

Teriakan teriakan itu membuat nyali prajurit Kahuripan kian menciut, mereka cuma berharap segera datangnya bala bantuan dari para prajurit yang bersama Samarawijaya.

Dyah Tulodong yang melihat semua ini kian yakin, jika para prajuritnya akan mampu menghancurkan para prajurit Kahuripan, dan itu cuma menunggu waktu.

Saat angan akan sebuah kemenangan sudah melambung memenuhi angkasa, senyum kemenangan sudah mengaliri seluruh jiwa.

Matahari sudah berada diatas kepala, tidak ada mendung, dan hari begitu cerah, namun tiba tiba bagai petir yang menggelegar tanpa mendung di kota raja lama.

Teriakan teriakan datang dari atas kota raja yang terasa begitu sangat mengejutkan bagi dyah Tulodong, suara para prajurit Kahuripan itu laksana petir yang menyambar disiang bolong bagi ratu Lodoyong itu.

" ketiwasan...gusti ratu...ketiwasan.."

" ada apa pengawal ? "

" prajurit Kahuripan menyerang dari sisi timur "

Dyah Tulodong seperti orang yang kebingungan, dia tidak mengerti, apa yang harus dilakukannya saat ini.

Otaknya tidak mampu untuk berpikir, cuma ada rasa panik yang mulai merasuki seluruh jiwa dan pikirannya.

" kita pergi gusti ratu "

Tanpa sepatah kata yang sanggup dia ucapkan, dyah Tulodong mengikuti saran yang diucapkan oleh pengawalnya tersebut.

Panah panah mulai berjatuhan dari atas, bagai hujan yang mengguyur bumi, sementara dyah Tulodong berlindung dibawah tameng kayu.

" bagaimana dengan para prajurit yang berperang ? "

" kita menghindar dulu gusti ratu "

Dia terdiam, ditatapnya medan pertempuran yang masih berlangsung, secercah harapan yang tadinya yakin akan datangnya sebuah kemenangan, kini berangsur angsur mulai memudar.

" kita kalah jumlah "

" ayo kita pergi gusti ratu "

Kuda paksi yang sedang bertarung di medan pertempuran mulai panik, para prajurit Kahuripan yang sebelumnya terdesak, kini mulai bangkit.

" hey....orang Lodoyong, ayo hadapi aku "

Kuda paksi cuma diam, sorot matanya tertuju pada orang yang terlihat menantang dirinya.

" bocah ingusan..., siapa kau..? "

Dengan congkaknya, dia menjawab dengan gagang keris ditepukkan pada dadanya.

" aku Mapanji garasakan, putra raja Airlangga "

" oh....., anak Airlangga rupanya, ayo majulah "

Mapanji garasakan langsung melompat menusukkan kerisnya, namun Kuda paksi berhasil menghindarinya.

Keduanya langsung terlibat pertarungan sengit, saling menghunuskan kerisnya, dan saling menghindar.

" aku akui, gerakan pangeran ini sangat cepat, namun aku harus bisa menghabisinya "

Tidak ingin didahului, Kuda paksi langsung menyerang lebih dulu, kerisnya bergerak dengan cepat,

Hal ini cukup mengejutkan Mapanji garasakan, karena keris itu bergerak bagai pedang, menusuk, menyabet dan mengayunkan dimana posisi dia berada.

" aku harus berpikir untuk bisa menghadapi serangannya "

Tiap gerakan Kuda paksi terus dia amati dan pelajari, hingga pada  akhirnya Mapanji garasakan menemukan titik lemah serangan lawannya tersebut.

" oh...., aku tahu sekarang, meskipun ini berbahaya, tapi aku harus mencobanya "

Kuda paksi mengayunkan kerisnya tepat diatas Mapanji garasakan, dia tidak menangkis keris tersebut, namun bergerak menghindarinya dengan cara memutar tubuh, dan usaha ini berhasil.

Ayunan keris Kuda paksi cuma cuma menerpa ruang kosong, dan dia tidak menyadari jika Mapanji garasakan akan menghindari serangan tersebut.

Dengan cepat Mapanji garasakan bergerak ke samping Kuda paksi, dan kerisnya langsung menghujam pinggang lawannya itu.

Kuda paksi terpekik dengan mata terbuka lebar, dan mulutnya menganga, namun tanpa suara.

Saat keris Mapanji garasakan dicabut, dia langsung roboh dan tidak bergerak kembali.

Kahuripan 1009 - 1042  2 Dyah TulodongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang