Masa Pelarian

40 2 0
                                    


Kobaran api masih terlihat dibeberapa sudut kota raja, dan jalanan masih banyak jasad jasad para prajurit yang sudah tidak bernyawa.

Dengan senyum tipis namun penuh rasa bahagia, dyah Tulodong berdiri didepan singgasana raja Airlangga.

" akhirnya aku berhasil mengalahkanmu Airlangga "

Dengan langkah yang cukup pelan, dyah Tulodong menghampiri singgasana tersebut, dan mendudukinya, saat itu juga, para abdi setianya langsung duduk bersilah, dan menghaturkan hormat pada ratu tersebut.

" sendiko gusti ratu "

" ada apa Jalak suto ? "

" kami tidak menemukan Airlangga di kota raja "

" kejar keluar kota raja, dan siapa saja yang kalian temui dari kalangan kerajaan Kahuripan, tangkap "

" sendiko gusti ratu "

Nawangsih mulai merasakan sakit dalam perutnya, dia mencoba untuk sebisa mungkin menahan rasa sakit itu.

Kepulan asap dari kota raja masih terlihat, air matanya mulai jatuh menetes di pipi, dia teringat akan suaminya bayu aji.

" semoga kau selamat suamiku "

Seiring perjalanan mereka, ternyata satu demi satu mereka jumpai para keluarga abdi kerajaan yang lain, karena bingung tidak tahu arah tujuan, akhirnya mereka bergabung dengan Kinanti dan Nawangsih.

" sebentar lagi malam akan tiba, kita cari perkampungan untuk beristirahat disana "

Ucap kinanti,

Sejenak kemudian, kinanti mulai merasa khawatir dengan keadaan Nawangsih, wanita itu terlihat memegangi perutnya yang membuncit itu.

" kau tidak apa apa Nawangsih ? "

" tidak kinanti, aku tidak apa apa "

Terlihat keringat mulai mengucur dari wajah Nawangsih, sontak hal ini membuat kinanti sangat khawatir dengan bayi yang dikandung oleh istri bayu aji tersebut.

" tahan....Nawangsih, tahan, aku akan segera cari dukun bayi untukmu "

Kinanti langsung memacu kudanya menuju kampung terdekat.

Merasa tidak kuat dengan rasa sakit yang dia alami, Nawangsih langsung turun dari kudanya.

Dia langsung merintih kesakitan dengan kedua tangan mendekap perutnya bagian bawah.

" aduh....aduh...."

Keluhnya berulang ulang, sementara beberapa orang yang bersamanya mulai kebingungan tidak tahu harus berbuat apa.

" Nawangsih....Nawangsih "

Seru Kinanti dengan penuh ketakutan, karena Nawangsih terlihat pucat dan lemas.

" bertahanlah Nawangsih, aku membawa dukun bayi "

Hal ini membuat para wanita tergerak untuk mendekati Nawangsih, dan memberinya semangat, untuk kelahiran putra pertamanya.

Pada saat Nawangsih berjuang untuk melahirkan jabang bayinya, muncul para prajurit kerajaan Lodoyong yang mengejar mereka.

Hal ini membuat mereka sangat ketakutan, dan lari berhamburan meninggalkan Nawangsih, dan dukun bayi.

" mau apa kalian ? "

" pertanyaan bodoh, tentu saja menangkap kalian "

" lewati mayatku terlebih dahulu "

" keparat ..., siapa kau berani melawan kami ? "

" aku kinanti "

" hey .., kau habisi dia, aku malas membunuh wanita "

Ucap prajurit tersebut kepada temannya yang berdiri de belakangnya.

" mati kau...."

Teriak prajurit tersebut dengan mengayunkan pedangnya.

" dasar prajurit bodoh "

Balas kinanti dengan sedikit gerakan untuk menghindari sabetan pedang lawannya.

Pada saat itu juga, keris cakra sukma langsung dia cabut, dan mendarat pada prajurit itu.

Seketika itu pula, prajurit tersebut langsung roboh tidak bernyawa.

" ayo..., majulah kalian semua "

Tantang kinanti, dan saat itu juga, beberapa prajurit Lodoyong langsung bergerak mengurungnya.

Kahuripan 1009 - 1042  2 Dyah TulodongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang