Jatuhnya Kota Raja

46 2 0
                                    


" bayu aji, jaga tapal batas kota raja, pastikan keamanan gusti ratu dyah Tulodong "

Suasana pagi yang cerah, dengan lukisan awan yang bergerak perlahan tertiup angin.

Pada awalnya, semuanya terlihat baik baik saja, namun naluri bayu aji menangkap hal yang cukup mengherankan.

Tiba tiba burung burung berterbangan dari segalah arah, dan suara suara monyet saling bersahutan.

" Lembu jaya, ada yang datang dengan jumlah yang sangat besar "

" tentu saja bayu aji, dyah Tulodong bersama para prajuritnya hendak menghadap gusti prabhu Airlangga "

" tapi burung burung ini berterbangan dari segalah arah "

" ah...., burung lagi terbang kau perhatikan "

Lembu jaya mentertawakan dalam hati apa yang bayu aji khawatirkan, baginya itu bukan pertanda apa apa.

Namun perasaan bayu aji juga menangkap adanya hal yang mengkhawatirkan, dia berusaha untuk menepisnya, namun rasa itu sulit hilang dari dirinya.

" ah..., mungkin aku terlalu khawatir "

Seorang prajurit berlari menuju kearah bayu aji, tapi saat melihat prajurit itu, jantungnya berdegup kencang.

" ada apa prajurit ? "

" rombongan dyah Tulodong dari kerajaan Lodoyong sudah dekat "

Terlihat dari kejahuan umbul umbul kerajaan Lodoyong mulai terlihat, jumlah mereka sangat besar.

" ini gila.."

" apanya bayu aji yang gila ?."

" kau lihat Lembu jaya, jumlah mereka sangat banyak "

Kekhawatiran bayu aji kian tak terbendung, dia benar benar tidak mempercayai dengan apa yang dia lihat.

" prajurit..., cegah mereka lebih dahulu "

" kau gila bayi aji "

Lembu jaya tidak sependapat dengan bayu aji, namun lima prajurit tetap berangkat untuk menahan langkah dyah Tulodong memasuki kota raja.

" apa apaan kau bayu aji ? "

" sudahlah Lembu jaya, kita lihat dahulu "

Ada hal yang tidak bisa dijelaskan dengan kata kata oleh bayu aji, namun firasatnya menuntun dirinya untuk merasakan bahaya yang mengancam.

" semoga tidak terjadi apa apa "

Namun apa yang bayu aji khawatirkan menjadi kenyataan, saat kelima prajurit Kahuripan itu mendekati rombongan dyah Tulodong, tiba tiba mereka diserang dan langsung dibunuh.

" mundur.......,"

Teriak bayu aji, karena para prajurit Lodoyong terlihat melepaskan anak panah kearah mereka.

" Lembu jaya..., pergilah ke istana "

Dengan cepat Lembu jaya langsung memacu kudanya menuju istana, dan sepanjang perjalanan menuju istana dia berteriak teriak.

" pukul kentongan tanda bahaya, kita diserang "

Dia ucapkan itu berulang ulang saat berpapasan dengan setiap orang.

Lembu jaya langsung melompat dari kudanya, saat dirinya tiba di pendopo istana, ternyata dia tidak sendiri, ada tiga orang prajurit yang juga melaporkan hal yang sama pada gusti prabhu Airlangga.

Raja Airlangga benar benar tidak menyangka akan datangnya serangan ini, dia ingin menyambut kedatangan dyah Tulodong dengan baik, tapi kenyataannya harus sebaliknya.

" kumpulkan semua prajurit..."

" kita tidak ada waktu untuk mengumpulkan prajurit gusti prabhu"

" kenapa paman Narotama ? "

" musuh sudah memasuki kota raja "

" paman Narotama, pergilah ke timur, Lembu jaya pergilah ke utara, aku dan Mapanji tumanggala kearah barat"

Suasana kota raja Kahuripan telah terkepung dari segalah arah, kemanapun kaki melangkah, maka musuh sudah berdiri didepan mata.

Para prajurit Kahuripan bergerak kesana kemari, mencoba untuk menghadang setiap pergerakan musuh yang secara perlahan mulai memasuki kota raja.

Satu demi satu para prajurit Kahuripan mulai bergelimpangan, mereka kian terdesak oleh serangan prajurit Lodoyong.

Asap hitam terlihat dibeberapa titik kota raja, para prajurit Kahuripan mulai dilanda kepanikan.

Seolah olah perlawanan mereka sudah tidak ada artinya bagi prajurit Lodoyong.

Patih Narotama yang melihat kota raja sisi timur sudah dikuasai oleh para prajurit Lodoyong, memilih langsung berbalik arah.

Kahuripan 1009 - 1042  2 Dyah TulodongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang