Lian mengikuti cowok bermata tajam itu dengan cemas. Pertama, dia takut kalau cowok itu jahat. Kedua, dia penampilannya menyeramkan. Ketiga, dia hanya diam saja dari tadi.
Ia hanya diam sambil terus menarik tangan Lian menuju belakang sekolah. Dimana tentu saja Lian menjadi sorotan. Terlebih saat melintasi lapangan sekolah yang sedang dipakai untuk bermain sepak bola.
Salah satu cowok yang sedang berlari mengejar bola tersebut berhenti, ia menendang bola asal lalu segera menyusul perginya Lian.
"Lo siapa? Lepasin gue." Lian memberontak saat mereka sudah berada di belakang sekolah.
Sebenarnya Lian daritadi sudah memberontak, tetapi karena cowok itu terus menariknya dengan kecepatan tinggi ia hanya bisa mengikuti karena takut terjungkal.
"Gue Xiaojun, panggil aja Jun."
Cowok bernama Xiaojun itu melepaskan genggamannya. Kali ini ia meraih bahu Lian lantas menatapnya dalam. "Bantu gue please."
Lian hanya menatap bingung Xiaojun, dia kini benar-benar bingung dengan maksud dan tujuan cowok itu. "Bantu gimana?"
"Jadi pacar gue! Ramalan bilang kalo misal gue jadian sama cewek yang hari ini baru pindah, keajaiban bakal terjadi di hidup gue." ucap Xiaojun penuh semangat. "Dan kalau misal rencana itu tidak terwujud, ramalan mengatakan kalo gue harus tinggal sama cewek itu sampai dia mau jadi pacar gue."
BUAKK!
Xiaojun sedikit terpental saat sebuah sepatu melayang mengenai kepalanya. Ia mengaduh kesakitan sambil memegangi kepala, matanya menatap tajam ke arah seorang cowok yang berkacak pinggang dengan tatapan datar.
"Buat ulah lagi lo?"
Xiaojun berdecak malas, ia menatap tajam Lian. "Gue butuh jawaban."
JAWABAN APA ANJER. INI MAH PEMAKSAAN
Dan Xiaojun berlalu dari sana. Menyisakan hawa mematikan cowok yang masih menatap datar.
"Keㅡ kenapa?"
"LIAN! LO GAPAPA KAN?!" Chenle berlari cepat menuju ke arah Lian. Ia baru saja mendapat kabar dari Jaemin dkk. Ini keadaan darurat, mengingat Xiaojun yang memang agak gila. "Loh bang Yuta ngapain."
Cowok bernama Yuta itu hanya diam, lalu pergi dari sana dengan sok keren. Lian memandangi punggung Yuta, lalu melirik ke samping kanannya. Sepatu yang sudah sedikit usang tergeletak di sana.
Padahal dia ingin mengembalikan sepatunya.
>> • <<
Lian menenteng plastik hitam berisi sepatu Yuta sembari memasuki ruang kelas. Di sana benar-benar sudah heboh karena Lian yang tiba-tiba diseret keluar dari kelas. Hendery menarik kursi di samping Lian, menopang dagu dengan tangan kiri lalu menatap lamat Lian.
"Nggak di apa-apain kan?" tanyanya, seakan sudah tau sifat Xiaojun.
Lian menggeleng, ia balik menatap lamat Hendery. "Dia emang begitu?"
Hendery menggeleng, "Cuma kalau ramalannya keluar aja. Kalo enggak ya dia santai." melirik sedikit ke plastik yang dibawa Lian, "itu apa?"
"Sepatu kak Yuta. Bisa tolong kasihin?"
Mimik muka Hendery langsung berubah, memucat seketika saat Lian menyebut nama Yuta. Seakan nama itu membawa musibah besar baginya.
"NGGAK NGGAK SINGKIRIN SEPATU BUSUK ITU!"
Lian mengernyit bingung, ia melirik ke arah Haechan untuk meminta penjelasan. Tapi yang dilakukan Haechan hanya mengambil kresek berisi sepatu lalu menyembunyikannya. "Dia phobia sepatu Yuta, dulu pernah ditimpuk sepatu pas ketauan ngerokok di belakang sekolah. Dia anggota OSIS bagian penertib, jadi ati ati sama dia."
Lian mengangguk paham, kini ia mengerti kenapa Xiaojun langsung lari terbirit saat melihat Yuta. Lalu bagaimana dengan sepatu yang tertinggal ini?
Bel pulang sekolah berbunyi, seluruh murid sudah mulai berhamburan keluar kelas. Lian dan Jaemin sudah keluar duluan dari kelas. Ia memang sudah berniat untuk mengembalikan sepatu milik Yuta, dan Jaemin menyanggupi untuk mengantarnya.
Mereka menuruni tangga sambil mengobrol, tetapi kemudian terhenti saat melihat Yuta berada di sana, bersandar ke tangga sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana.
"Pffttt.." Jaemin menahan tawa saat melihat Yuta yang memakai sepatu di sebelah kiri dan selop rohis di bagian kanan. Tapi tak bertahan lama karena dia lebih memilih menghindari tatapan Yuta sambil mati-matian menahan tawa.
"Ini sepatu lo kak. Makasih buat yang tadi." Lian menyodorkan kresek hitam.
Yuta hanya memandangi saja, ia menepis kresek tersebut lalu menggenggam tangan Lian. "Mulai hari ini, lo dalam pengawasan gue."
'Apaan lagi ini anjerrrr. Ga tenang hidup gue.' ㅡLian.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan NCT
FanfictionKata orang, kalo ketemu sama orang ganteng itu berkah. Tapi menurut gue itu keajaiban, apalagi ketemu sama 18 cowok yang semuanya cogan.