19. Hari Pertama Sekolah

1.4K 208 48
                                    

Lian tersenyum memperhatikan Hendery yang dari tadi memainkan game zuma di ponselnya. Ya, walaupun dari tadi kalah, tetapi ekspresi cowok itu mendapat nilai seratus dari Lian. Bagaimana tidak, eskpresinya terlalu mendramatisir dan sukses membuat Lian terbahak di jam kosong.

Jaemin menatap tajam, tangannya mengepal erat sedangkan bibirnya komat-kamit membaca doa makan. Iya, saat ini Jaemin sedang ingin menikmati mie ayam dalam plastik yang ujungnya di robek---Istirahat tadi dia kabur dengan alasan ke toilet dan membeli mie ayam di gerbang belakang sekolah.

"Udah, tahan dulu aja. Nanti juga Lian nyamperin kita." Kata Haechan berusaha menenangkan, meskipun kaleng di tangannya sudah penyok karena diremas kuat.

Lian menoleh ke arah empat begundal yang menatap tajam ke arahnya. Canggung sekali, sebenarnya Lian sudah mengetahui kalau empat orang tersebut memperhatikannya. Tetapi Lian lebih memilih mengabaikannya karena takut. Tatapan tajam mereka serasa merobek apapun yang ada di hadapannya.

"Gue mau ke perpustakaan dulu ya. Mumpung jamkos, waktunya harus dipergunakan dengan baik." Lian pamit pada Hendery, lantas segera bangkit dan menuju perpustakaan yang tak jauh dari kelasnya.

Diam-diam Lucas, Haechan, Jaemin dan Mark mengikuti dari belakang. Penasaran kemana perginya pujaan hati mereka melangkah.

Udara dingin yang berasal dari dalam perpustakaan membuat mereka berhenti sejenak. Bulu kuduk mereka berdiri, hawa mencekam tersebut benar-benar membuat mereka merinding.

"Shit! Gue alergi perpustakaan." Lucas bergidik seram hanya dengan melihat papan bertuliskan perpustakaan yang tergantung di atas pintu.

"Halah cemen! Gitu aja nggak berani." Haechan dengan berani melangkah maju, tangannya sudah hampir meraih knop pintu tapi segera ditahan oleh Jaemin.

"Jangan! Bahaya! Gue nggak mau lo kenapa-kenapa." Jaemin menatap Haechan memelas.

"Tidak biar aku saja yang maju. Kalian tunggu di sini, kalau terjadi apa-apa padaku, panggil Lian dan minta dia melakukan napas buatan untukku." Mark melangkah maju, menepuk dada dengan bangga.

"Sok banget you!" Lucas sudah siap menendang Mark, tetapi dia berhenti saat melihat sosok yang dikenal memasuki perpustakaan. "Loh, bang Johnny kan itu? Kok di sini."

--

"Loh Jeno, lo di sini juga?" Lian sedikit terkejut saat melihat Jeno yang duduk di pojokan perpustakaan sambil membaca buku biologi.

"Loh Jeno, lo di sini juga?" Lian sedikit terkejut saat melihat Jeno yang duduk di pojokan perpustakaan sambil membaca buku biologi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno terkesiap, segera menyembunyikan buku yang dibacanya tadi lalu mengambil buku yang baru. Iya, yang dibaca Jeno tadi tentang sistem reproduksi. Jeno hanya takut saja Lian berpikir aneh-aneh tentang dirinya.

"Iya, di kelas lagi jamkos, jadi langsung ke sini aja buat baca buku." Ya walau sekalian ngadem sih, mumpung di sini wifi gratis juga hoho. Jeno tersenyum manis, "Yang lainnya juga di sini kok."

"Siapa aja?" Lian memposisikan dirinya di sebelah Jeno, ikut membaca halaman yang sedang dibuka. "Oh, lo suka tentang antariksa ya?"

"Ada Renjun, Winwin sama yang lain sih. Iya gue suka tentang antariksa. Kadang kalo malem cerah gue biasanya liat bintang bareng bang Taeyong di loteng."

"Wahhh beneran? Gue juga suka, kayaknya sih teropong gue masih ada di kamar. Nanti malem mau liat bareng?"

Wah anjir, manis banget ternyata kalo lagi senyum gini. – Jeno yang terpaku.

"Boleh, nanti line gue aja."

"Oh iya, gue minta id line lo ya Jen." Lian mengeluarkan handphone berlogo apel miliknya, lalu diberikan pada Jeno.

Dengan cekatan Jeno segera mengetik id nya. "Nih, ntar chat aja."

"Ok."

Merasa tak ada percakapan, Jeno memilih membaca kembali bukunya. Tetapi napas hangat di bahunya benar-benar mengganggu pikiran. Otak Jeno langsung buyar, manik matanya tak lagi melihat lembaran buku yang dibaca. Melainkan mengarah pada wajah cantik Lian yang berada tepat di sebelahnya. Ikut membaca buku yang dipegangnya.

Duh, Jeno nggak bisa di giniin.

"Anu... Lian."

"Iya?" Lian mendongak, kali ini wajahnya berjarak tak jauh dari Jeno. Mata bulatnya itu menatap berbinar Jeno, sedangkan bibir merah tipis itu menarik perhatian Jeno.

Sial.

"Gue mau ke kamar mandi dulu ya." Jeno langsung beranjak dari sana dengan wajah yang merah padam. Jantungnya berdebar kencang. Sangat terasa saat Jeno menyentuh dadanya sambil mengatur napas.

"Loh, bang Johnny ngapain di sini?" ucap Jeno yang langsung berhenti saat melihat sosok Johnny yang ada di hadapannya.

"Ada deh."

Kacau sudah.[]

Haloooo
Yes
Ok
Hmm

Jadi, aku mau nanya.. Kalian lebih nyaman aku update panjang sekali seminggu atau pendek tapi sering?

Udah gitu aja hehe jawab yaa

Kos-kosan NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang