Penculikan Berencana

133 10 1
                                    

Puntennnnn akak-akakk, sebelum baca bintangnya kak, bintangnya jangan lupa🌟...

Gratis tidak dipungud biyaya kok😆
Yuk komen jugaaaa, ramein lapak ini...

😈😈😈

Satu jam sudah berlalu, tapi keheningan tetap mendominasi di antara dua manusia berbeda jenis ini. Yang satu tampak biasa saja, seolah tidak merasa bersalah sedikit pun. Sedangkan yang satu lagi, ah, lebih tepatnya si perempuan, tampak terus-terusan menggerutu dan menyumpah serapahi seseorang yang ada dibalik kejadian saat ini. Mulutnya bahkan mengerucut. Maju beberapa senti dari tempat yang seharusnya. Matanya memincing, menatap tajam pengendara lain melalui balik kaca mobil.

Entah apa yang sedang direncanakan oleh pria lebih tua beberapa tahun darinya itu, yang jelas, ia merasa akan terjadi sesuatu kesialan jika terus-terus bersama pria menyebalkan ini.

Pasalnya, sudah satu jam lebih mobil penuh dengan warna pink ini—baik di body luar, maupun seisi-isinya—tidak kunjung sampai pada tujuan. Elena yang malas beradu mulut dengan Damon, lebih memilih untuk bungkam. Ia terlalu malas.

Dan juga lelah.

Apa tidak cukup kekacauan yang ditimbulkan oleh Damon tadi di sekolah, sekarang pria itu justru kembali menambahi kesialan Elena hari ini.

Ngidam apa maknya Ian sampe punya anak kayak begini modelannya.

Dan yang lebih menambah mood Elena semakin anjlok saja rasaya, yaitu saat tahu salah satu sahabatnya, di duga menjadi dalang persengkongkolan penculikan berencana dengan pria bernama Damon ini!

Sungguh, Elena merasa dihianati oleh sahabatnya sendiri!

“Mampir bentar ya,” pria dengan setelan kaos hitam polos v-neck pada bagian leher yang dipadukan dengan jaket kulit itu tampak melirik sekilas, tepat dimana cewek remaja yang masih dengan seragam lengkap melekat di tubuhnya itu berada.

“Terserah!”  balas Elena, acuh tak acuh.

Damon lebih memilih diam. Ia tahu Elena sedang marah dengannya. Damon bahkan baru saja mengetahui dari Caroline, cewek berambut pirang yang diketahui sebagai salah satu teman dekat Elena itu sudah mengomeli Damon panjang kali lebar tadi siang, saat tidak sengaja melihat Damon sedang berdiri tepat di seberang gerbang sekolahnya. Gara-gara pertemuannya dengan cewek itu juga lah, Damon dan Elena bisa berdua seperti sekarang.

Setelah mematikan mesin mobil, Damon sedikit memutar tubuhnya, menghadap Elena yang masih tampak malas dengan bersandar pada kaca mobil. Damon tahu, mungkin Elena berpikir jika ia tidak perlu repot-repot untuk turun dari mobil jika itu bukan urusannya. Yang paling aneh sekaligus lucunya lagi, bagaimana bisa cewek bertubuh kecil ini tidak menyadari dimana mereka sekarang. Bagaimana bisa warga +62 ini menolak keberadaan ayam bertepung yang sudah melengenda!

“Turun sendiri atau mau gue gendong sampe dalem?” seketika tatapan kebencian mulai mengobar di mata Elena.

Apaan sih!

Ia menatap Damon lebih tajam dari sebelumnya. Meskipun begitu, Damon juga tidak merasa terancam sama sekali dengan tatapan itu. Malah ia semakin merasa lucu dengan Elena.

Dengan sekali sentak, Elena bergegas keluar dari dalam mobil penuh dengan warna pink yang membawa mereka ke tempat ini. Entah kemana api kemarahan yang berkobar di mata cewek berseragam itu, dalam hitungan detik pun tatapan itu lenyap di gantikan tatapan antusias saat melihat gedung berlantai dua yang ikonik dengan warna merah itu.

Mereka ada di KFC!

KFC!

KFC!

Elena langsung menyapukan pandangannya ke sekeliling parkiran. Memastikan jika mereka memang sedang berada di KFC. Elena bahkan sangat mengenali tempat ini. Ini adalah salah satu cabang yang tidak jauh dari sekolahnya. Yang membuat Elena kembali kesal adalah, buat apa berputar-putar mengelilingi kota Jakarta dari ujung timur ke barat, utara ke selatan jika ujung-ujungnya akan kembali lagi ke KFC berjarak 3 kilometer dari sekolahnya!

I Love You, Damon! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang