"Jadi, kamu lulusan Universitas Harvard?"
Damon menganggukkan kepala, dengam tersenyum hangat. "bisa dibilang begitu, Tan. Takut dikira sombong aja." sesekali melirik El, ingin tahu saja bagaimana reaksi cewek itu.
Selama kegiatan makan malam berlangsung, sesekali Alana meminta Damon untuk sedikit bercerita tentang kehidupan kuliahnya yang jauh dari kedua orang tua. Mulai dari pilihan hidupnya untuk menimba ilmu di negara orang, tentang pendidikan yang harus ia perjuangkan hingga susah-senangnya hidup di negara orang.
Berbeda dengan Elena, Alana terlihat sangat menyukai kehadiran lelaki tampan yang duduk disampingnya. Bukan El tidak menyukai Damon, Ia hanya belum terbiasa dengan kehadiran Damon yang beberapa hari ini berhasil mengusik pikirannya—hingga melebihi bayangan Ian yang sudah lebih lama bersarang di pikiran dan hati Elena.
Eak!
Buktinya, baru beberapa hari saja Damon hadir di hidup Elena, lelaki itu sudah berani muncul dan menghilang tiba-tiba. Sudah seperti jalangkung saja, datang tak diundang, pulang tak di antar.
Mana pake sok-kenal-sok-dekat juga sama Mama!
Elena dan kedua sahabatnya hanya mampu menyimak pembicaraan antara Alana dan Damon yang terlihat sangat seru tanpa mau menyela ataupun memotong pembicaraan mereka, terkadang beberapa kali Elena, Rose dan Caroline menjawab pertanyaan dari Alana jika beliau bertanya.
"Makasih ya, tan," ucap Rose sambil tersenyum.
Caroline mengangguk, antusias. "Iya, Te. Makasih buwanget!"
Alana beralih menatap kedua gadis cantik yang sudah ia anggap sebagai putri setelah El—Rose dan Caro—kemudian tersenyum hangat sebelum menyaksikan ketiga putrinya itu melesat menuju kamar Elena yang terletak di lantai dua.
"Tante kok kayak gak asing sama wajah kamu ya, nak Damon?" Yang ditanya justru tertawa terbahak-bahak.
"Ah tante bisa aja, kan saya emang sering muncul di tipi."
Alana terkejut mendengarnya, "lho? Beneran muncul di tipi?"
Makin menjadi-jadi lah tawa Damon saat melihat kepolosan mamak dan anak ini.
"Ya ampun tante, Damon becanda tante. Masa iya, muka ganteng kayak Damon bisa muncul di tipi," Jelas Damon.
"Mungkin?"
"Enggak lah, Tante, kasian nanti kalo makin banyak yang sayang sama Damon, nanti Elena cemburu."
"Lho, kalian pacaran?"
Tuh kan! Emang mamak dan anak ini pada lucu, hahaha.
Damon mencium telapak tangan Alana, kemudian tersenyum lagi, entah sudah ke berapa kali laki-laki itu menebar senyuman yang mampu membuat siapa saja klepek-klepek melihatnya.
"Mohon doa restu, Tante, Damon sedang berusaha."
"Damon pamit tante, Assalamu'alaikum!" lanjutnya
😈😈😈
"Hai, cantiks."
El terperanjat kaget saat mendengar sapaan dari seorang laki-laki di balik gerbang sekolahnya, dia Damon.
Damon berdiri, menyandarkan punggungnya pada tembok sembari melipat tangan di depan dada bidangnya, lalu berucap, "Pulang bareng, yuk!" Ia mengedipkan satu matanya, genit.
Apa sih, kayak orang lagi sakit mata aja!
"Gak bisa, gue pulang bareng Rose dan Caro." El berkata cuek. Sudah jelas ia tidak mau berurusan dengan Damon lagi. Bahkan semua cewek-cewek SMA Radana 3 sedang menatap Damon dengan pandangan memuja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Damon!
Teen FictionDamon itu pria menyebalkan, pengganggu, dan sedikit Gila. Elena benci Damon. pertemuannya dengan Elena pada saat ulangtahun Caroline juga tanpa unsur kesengajaan. Damon adalah kakak dari Rian Salvazze, cowok yang paling Elena sukai sejak awal masuk...