Cemburu

134 9 0
                                    

Hoihoihoiiii....Update lagi nih😍jangan lupa vote dan spam komen ya💙

😈😈😈

Elena berjalan menyusuri lorong koridor sekolah sendirian. Tidak terlalu ramai, mengingat waktu masih menunjukan pukul 6.15 menit. Sembari menyumpal kedua telinga dengan earphone, Elena memutar playlist musik kesukaannya di ponsel.

Setelah memastikan lagu telah terputar, Elena memasukan kembali ponsel ke dalam saku seragam.

“Tugas matematika lo, udah?” Elena yang baru saja duduk di kursi, lantas menatap Caroline.

“Udah,” jawab Elena seadanya.

“Nyontek dong!”

Teman masa sekolah ya seperti ini. Kalau gak nyontek, gak afdol. Untung saja Elena sudah mengerjakan, coba kalau Elena juga tidak mengerjakan? Siapa lagi yang akan diandalkan oleh teman-temannya.

Menyerahkan buku tulis hasil mengerjakan tugas matematika semalam. Elena melepaskan earphone di telinga dan langsung memasukan benda itu ke dalam tas.

Sembari menunggu Caroline menyalin tugasnya, Elena bercerita dengan Rose. Terkadang Caroline juga menimpali pembicaraan dua temannya itu, sampai guru Matematika masuk ke kelas, diikuti dengan cowok kelas sebelah di belakang guru itu.

“Selamat Pagi, anak-anak,” sapa Bu Vina.

“Pagi, bu!” seru teman-teman satu kelas.

“Terimakasih, Ian. Kamu boleh sudah boleh kembali ke kelas.” setelah mengangguk hormat, Ian pamit undur diri dan keluar kelas.

“Untuk tugas, langsung di kumpulin di setiap barisan.”

Mengikuti perintah Bu Vina. Masing-masing dari mereka mulai beranjak dari duduknya, ada juga yang malas dan hanya menyalurkan buku tulis mereka pada teman-teman yang duduk di depan.

Selama kurang lebih sembilan puluh menit menghabiskan waktu untuk belajar matematika, rasanya atmosfer di dalam kelas XII-2 sudah seperti kamar kos saja. Tidak hanya ruangan yang berubah menjadi gerah dan pengab, otak mereka pun rasanya sudah berlomba-lomba mengepulkan asap di kepala. Sungguh satu kesatuan yang sangat membagongkan!

Bahkan suhu pendingin ruangan saja rasanya sudah tidak berguna lagi.

Karena tidak kuat berlama-lama di dalam kelas, begitu Bu Vina mengakhiri pembelajaran hati ini. Di mata pelajaran jam berikutnya, banyak murid yang bergantian untuk ijin ke toilet. Padahal tujuan asli mereka bukan toilet, tapi kantin. Sekadar minum air mineral dingin rasanya sudah sepadan untuk mendinginkan otak mereka yang sedang kebakaran gara-gara matematika.

“Bu, saya mules. Ijin ke belakang yak!”

“Ibu, saya ijin ke toilet.”

“Saya juga mau ijin ke toilet ya, bu?”

“Bu Vina, apa boleh saya ijin ke toilet?”

Ya kira-kira seperti itulah alasan yang sering digunakan mereka.

Saat istirahat tiba, belum sempat Bu Devi—Guru Biologi—keluar dari dalam kelas, semua murid sudah mengantri di belakang beliau. Semua murid langsung berhamburan dari kelas saat Bu Devi mempersilahkan mereka untuk lewat terlebih dahulu.

Elena, Rose dan Caroline baru saja tiba di kantin. Jam istirahat yang bersamaan dengan kelas lain membuat keadaan kantin begitu ramai dan berdesak-desakan.

Pandangan mata mereka menelisik setiap penjuru kantin, mencari bangku mana yang dapat mereka gunakan untuk makan.

Elena mengeram kesal saat tidak mendapati bangku kosong satu pun. Pun begitu dengan Caroline yang tampak memainkan ujung rambutnya dengan malas. Sedangkan Rose, cewek tomboi yang satu ini sepertinya sudah menemukan calon bangku untuk mereka.

I Love You, Damon! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang