Happy reading gais! Hope u enjoy💙
😈😈😈
Elena menatap pasangan sejoli di hadapannya. Matanya memindai satu sama lain, mulai dari si cowok, lalu pindah ke cewek. Yang menjadi pertanyaannya, Kok ada dia? Apa memang hubungan mereka sudah sejauh itu?
“Lagi sama siapa?” tanya si cewek.
Lagi, Elena menatap keduanya secara bergantian. “e, sendiri aja.”
“Mau bareng kita aja?” tawar Ian.
Ya, pasangan sejoli yang sedang ada di hadapan Elena saat ini adalah Ian dan Reina. Mereka pulang bersama. Tentu bukan hanya itu yang menjadi perhatian Elena, tapi hoodie hitam polos bertuliskan salah satu brand ternama yang sedang di gunakan oleh Reina.
Elena sangat mengenali hoodie hitam itu. Pemiliknya pun Elena dekat, tapi tidak cukup dekat hingga bisa mengambil hatinya. Hoodie itu milik Ian. Elena sudah sering melihat Ian menggenakan hoodie itu saat datang ke sekolah.
Dulu Elena sempat berangan-angan, jika suatu saat ia bisa memakai hoodie itu. Tapi sepertinya, itu hanya sampai pada angan-angan. Tidak untuk menjadi kenyataan.
“Ah, gak usah, gue abis ini juga mau kerkel kok.” Elena menyapukan pandangannya, berharap bisa menemukan seseorang yang dapat dijadikan alasan untuk segera pergi dari hadapan dua sejoli ini. Sekeliling supermarket sudah cukup sepi. Belum lagi langit yang sudah berubah warna menjadi keabuan. Jika tidak segera pulang, Elena akan terjebak di sini hingga hujan tiba.
“Yaudah gue anter.” Elena menggeleng lagi. Akan lebih menyakitkan jika dia melihat langsung kebersamaan dua orang di hadapannya ini. Hatinya belum terlalu ikhlas untuk melihat mereka bersama.
“Udah.” Reina mengusap pelan lengan Ian, “kita udah ngasih bantuan kan, tapi Elena gamau. Yasudah.”
Elena mengangguk membenarkan. Mungkin jika tidak ada Reina, Elena akan dengan senang hati untuk ikut menebeng pada mobil Ian.
“Sorry ya,” setelah itu, mereka lantas berpamitan untuk masuk ke dalam supermarket.
Tidak ingin membuang waktu lagi, Elena segera meninggalkan pelataran supermarket. Ia harus segera pulang sebelum hujan mengguyur tubuhnya.
😈😈😈
Elena berdiri di depan pintu dengan keadaan basah kuyup. Baru saja berjalan beberapa langkah, hujan turus dengan begitu derasnya. Membasahi bumi yang sebelumnya kering dan gersang. Terik panas matahari yang tadinya panas menyengat, kini berganti sangat dingin.
Karena sudah kepalang basah, akhirnya Elena tetap melanjutkan langkahnya agar segera tiba di rumah alih-alih berteduh terlebih dahulu. Untungnya, tas Elena termasuk tas yang anti air, jadi ia tidak perlu khawatir dengan kondisi buku-bukunya.
“Mama,” parau Elena saat tubuh Alana muncul dari balik pintu.
“Astaga, kok hujan-hujan sih El,” omel Ala. Meskipun begitu, Alana menyingkir dari tengah pintu, membiarkan putrinya masuk agar tidak kedinginan di luar.
Tapi sepertinya Alana melupakan satu hal. Alih-alih tidak kedinginan, Elena justru semakin kedinginan saat suhu dari pendingin ruangan mulai menyusup di balik bajunya yang basah. Meresap langsung pada kulit-kulitnya yang sudah pucat.
Sontak saja Alana berlari ke kamarnya, lalu meraih satu set handuk dan bathrobe untuk Elena. Sebagai seorang ibu, tentu saja Alana sangat mengkhawatirkan kondisi anaknya. Meskipun jarang di rumah, Alana tidak pernah berhenti untuk memantau kondisi tubuh dan kesehatan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Damon!
Teen FictionDamon itu pria menyebalkan, pengganggu, dan sedikit Gila. Elena benci Damon. pertemuannya dengan Elena pada saat ulangtahun Caroline juga tanpa unsur kesengajaan. Damon adalah kakak dari Rian Salvazze, cowok yang paling Elena sukai sejak awal masuk...