Berasa makan malam bareng Mertua

322 33 3
                                    

"Jadi, Kenapa lo boongin gue?" itu pertanyaan yang El lontarkan saat bertemu Damon di halaman belakang sekolah, secara tidak sengaja.

El menelisik penuh curiga. jika memang Damon bukan saudara kembar Ian, mengapa wajah kedua manusia tampan itu bisa begitu mirip. Lagi-lagi itu yang menjadi pertanyaan di otak Elena.

"Jawab!" sentaknya.

Damon tertawa hangat tanpa memedulikan omelan gadis belasan tahun di hadapannya yang menurutnya sangat lucu.

"Gue gak bohong lagi, kan waktu itu lo ngira gue kembaran Ian, So? Emang bukan."

"Udah tau salah malah ketawa. Bohongin orang itu dosa!" El menghentakkan kaki di tanah, belum apa-apa ngomong sama ini orang sudah bikin emosi, gumam El.

Lagi-lagi Damon tertawa menampilkan deretan giginya yang putih bersih. Bahkan senyum nya terlihat semakin menarik jika sedang tertawa. "Gausah ngedumel, orangnya disini, marah aja langsung sama orangnya."

"Bodo! Gue mau masuk kelas terakhir. Males sama lo. NYE-BE-LIN!" Elena berkata sinis sebelum meninggalkan Damon, yang masih tertawa melihat sikap lucu Elena.

Gadis yang beda,

😈😈😈

Selama proses KBM berlangsung, Elena hanya diam tak bergeming di kursinya. Memainkan ujung pena ditangannya, mencoret-coret halaman belakang buku tulis, dan pikirannya berkelana kemana-mana. lebih tepatnya bersarang pada dua kakak beradik itu.

Tuk. Rose melempar penghapus pensil milik teman sebangkunya—Icha ke kepala Elena. Sejak pulang dari rumah Ian beberapa hari lalu, sahabat kecilnya itu nampak seperti orang linglung alias sedikit tidak waras. Rumus matematika yang biasa ia serap dengan senang hati dari ajaran bu Vina seolah mulai menolak masuk kedalam otak cerdasnya, jika ditanya oleh kedua sahabatnya, pasti hanya dijawab dengan gumaman kecil, seperti "hmmm”, ”anuu,” , ”gue fine!”

Ditanya apa, jawab apa dan itu membuat Rose serta Caroline khawatir.

Setelah bel sekolah berdering sangat nyaring, Elena segera menyambar tas menuju parkiran. Ia harus segera pulang, jika tidak Alana akan mengomel padanya. Apalagi, tadi, Alana janji akan pulang lebih awal dari biasanya.

Mampus! Jika El pulang terlambat hari ini.

Gadis itu masih setia berdiri di samping mobil Ferarri merah milik Rose. Sejak dulu Elena tidak memiliki mobil pribadi, Ia hanya akan pergi kemana-mana dengan nebeng salah satu dari kedua sahabatnya—Rose atau Caroline. Untung-untung kalau Alana mau meminjamkan mobilnya pada El, itu pun hanya beberapa saat.

"Agh...!!!" teriak Elena saat merasakan dirinya tertarik keluar dari area sekolah. Bukan tertarik, namun sengaja ditarik oleh pria yang baru saja dikenalnya beberapa hari yang lalu, Damon!

"Apaan sih main tarik-tarik!" Elena meronta tidak terima dengan aksi lelaki itu, "Lo pikir lagi main tarik tambang apa, asal tarik aja!"

"Bener! Lo itu bagi gue kayak permainan tarik tambang. Semakin lo menarik diri dari gue, gue akan semakin berusaha buat menang di hati lo. Karena jauh di dalam hati lo, lo pun tau kalau cuma gue yang berhak buat juara di hati lo," jawab Damon, penuh percaya diri. Ia menepuk dadanya bangga.

"Gila!!" Elena marah, "minggir gue mau pulang! nanti nyokap gue marah!" gadis itu mendorong tubuh kekar Damon,

"Lho? El ngapain sama Ian? Cieeeee," goda Rose saat mendapati sahabatnya bersama Ian, cowok yang sudah Elena incar sejak awal masuk SMA Radana 3.

"Unch..unch.. Uwuwuw deh.." Caroline ikut menimpali candaan Rose, gadis itu memonyong-monyongkan bibirnya gemas sambil mengerucutkan tangannya seperti capit kepiting.

I Love You, Damon! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang