a sincerity.

130 15 0
                                    

Haiii cerita ini dengan senang hati menerima masukan dan saran ya jadi kalian kalo ada saran atau kalo misalnya ada typo atau kalimat yang kurang tepat kalian bisa koreksi ya dikomen tolong dukungan nya!!!!
Selamat membaca ><

****

"Masuk Nak," ujar Ibu Nayla yang berada didepan ruangan Nayla.

Setelah hampir 4 bulan lamanya gadis-nya berada dirumah sakit dan koma, kini telah di diagnosa meninggal setelah malam-malam panjang yang dilalui oleh gadis-nya itu dan berbagai macam sakit kini ia tak perlu merasakan itu lagi.

"Bu—Nay....La gak mungkin kan?" ucap Kavin dengan suara bergetar.

"Kavin baru ninggalin Nayla sebentar Bu—Kenapa bisa? Nayla gak boleh ninggalin Kavin Bu. Tolong bilangin ke Nayla Bu..." ucap Kavin sembari terisak.

"Udah Vin, udah." ucap sang Bunda yang sedari tadi menyaksikan anaknya yang tengah histeris, dan mengelus bahu putranya pelan guna menenangkan sang putra yang tengah kalut pikiran nya.

"Bun—NAYLA BUN GAK, GAK BISA ARGHHHHH!"  ucap Kavin histeris dan sedetik kemudian ia menghantam tembok rumah sakit dengan tangannya sendiri, bahkan tanpa ia sadari telapak tangannya mengeluarkan darah segar.

"ARGHHHHHH!!!" teriak Kavin sambil mengacak-acak rambut nya dengan frustasi.

"Bun, Nayla Bun Kavin mau Naylaaa!" ucapnya sambil terisak memandang tubuh Nayla yang sudah terbalut oleh kain kafan berwarna putih tersebut.

"Kavin gak bisa kalo ga ada Nayla, Bun...." ucapnya sesegukan.

Kini Kavin berlutut dihadapan semua orang, ia berlutut memohon kepada siapa saja yang ada disana agar bisa membiarkan Nayla hidup kembali. Ia memohon dengan sungguh bahkan kini pipi nya sudah dibanjiri oleh air mata.

"Bunnn, Yah, Bu,  Pak, ini permintaan terakhir Kavin, Tolong. " ucapnya sambil terisak dan berlutut didepan orang tuanya dan orang tua Nayla.

Baik keluarga Nayla atau keluarga Kavin, keduanya sama-sama menangis tersedu-sedu melihat pemuda didepan nya ini berlutut dengan keadaan yang kacau sambil memanggil nama gadis yang ia amat sangat  cintai.

"Bangun Nak," ucap Ibu Nayla, sambil membantu Kavin untuk berdiri.

"Buu—" ucap Kavin sesegukan.

"Iya Ibu tau, ini berat. Ibu ngerasain hal yang sama kaya kamu, terlebih Nayla anak perempuan satu-satunya dikeluarga Ibu—kamu berdoa untuk kebaikan Nayla ya nak?" ucap Ibu Nayla sambil menangis.

Kavin masih saja menangis sambil menundukan kepalanya, memikirkan semua yang terjadi semuanya hancur. Kehidupan nya, masa depan nya, gadis yang ia cintai di renggut paksa oleh keadaan. Kavin tak pernah merasakan hancur lebih dari kehancuran hari ini. Hingga tiba saatnya ia harus merelakan semua yang ia punya untuk gadis-nya, mimpi-mimpi hidup bersama gadia yang ia cintai, membangun rumah tangga dari nol. Semua yang ia harapkan seolah-olah tak diberikan restu oleh tuhan.

"Kenapa Tuhan—benci sama Kavin Bun?" tanya Kavin sambil menatap Bundanya dengan mata yang masih sembab.

"Tuhan gak benci sama kamu Nak—Ini udah Takdirnya...." ucap Bunda Kavin sambil meneteskan air matanya.

"Tapi Bunnn—Kavin gak bisaa! Tanpa Nayla, Kavin hancur Bun. Bunda tau kan seberapa hancurnya Kavin?!" ucap Kavin sambil setengah berteriak kepada Bundanya.

Hari ini adalah hari yang paling duka dimana semua orang merasakan kehilangan terutama Kavindra, ia kehilangan gadis-nya yang akan menjadi istri, sosok kekasih-nya, bahkan tunangan nya didalam sosok gadis cantik yang tengah berada di peti mati ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari yang paling duka dimana semua orang merasakan kehilangan terutama Kavindra, ia kehilangan gadis-nya yang akan menjadi istri, sosok kekasih-nya, bahkan tunangan nya didalam sosok gadis cantik yang tengah berada di peti mati ini. Bahkan hari ini cuaca mendung dan hujan seakan ikut merasakan kehilangan Nayla, kini air mata Kavin menjadi satu dengan air hujan sambil memeluk dan mengusap papan nisan milik gadis-nya yang ada dipelukan nya, hari ini Kavin menjadi rapuh serapuh rapuh nya.

Ia berharap semua ini adalah mimpi, tapi pada akhirnya ini semua nyata sampai akhirnya Kavin tak dapat mengeluarkan air mata nya lagi dihari pemakanam Nayla, Kavin masih saja tak rela jika Nayla meninggalkan nya. Seharusnya hari ini dirinya dan Nayla sudah menjadi pasangan suami dan istri membangun kehidupan yang damai dan bahagia bersama namun keadaan dan takdir berkata lain, dirinya dan Nayla harus berpisah dari kehidupan ini.

Kavin berdiri tepat disamping papan nisan milik gadis cantik ini sambil memandang sendu kearah liang kubur yang baru saja ditutup oleh tanah bahkan tak selang beberapa detik tubuh Kavin lemas dan terjatuh kesamping makam Nayla, bertepatan hari ini juga seluruh acara kampus serta rapat-rapat penting ditunda oleh kampus seolah turut merasakan berkabung atas kepergian Nayla.

"Sabar Vin." ucap Anugrah sambil menepuk pundak sahabatnya ini.

"G—gue," ucap Kavin terbata-bata.

"Rasanya sampe gue gak sanggup lagi, Ga.—i m lost, disisi lain gue gak bisa nge-ikhlasin Nayla, tapi disisi lain gue harus—" ucap Kavin sambil menatap papan nisan milik Nayla.

"Gue terlalu cinta—sampai lupa kalo semua orang di dunia ini bisa aja dipanggil tuhan kapan aja—"

Sementara disisi lain pihak keluarga dari Nayla tak dapat menahan tagis melihat putri mereka satu-satunya pergi meninggalkan mereka selamanya.

"Tante...." panggil Ara.

"Gapapa kalo Tante mau nangis lagi—ada Ara sama Bunga ada Kak Kayla juga." ucap Ara sambil tersenyum hangat walau disisi lain dirinya juga turut merasakan kehilangan sosok Nayla di hidupnya yang sudah memberi banyak pelajaran hidup.

"Buu," panggil Kayla.

"Ibu gak mau menangis disini nanti kalo Nayla lihat, Ibu bakalan di omelin." ucap Ibu Nayla sambil menggelengkan pelan kepalanya.

Ketika selesai acara pemakaman Kavin masih setia duduk menemani makam gadis cantik ini sambil sesekali mengusap papan nisan milik gadis-nya ini, dengan senyum hangat dan sesekali memanjatkan beberapa doa untuk calon istri-nya.

"Rasanya aku gak mau pulang—aku mau nemenin kamu aja, kata Bunda, Bunda bakalan masak makanan kesukaan kamu, terus Ibu—" ucapan nya terhenti sesaat lalu Kavin menatap langit menahan air matanya agar tak terjatuh lagi.

"Ibu bakalan ajak Kevin dan Ryan ketemu kamu—" ucap Kavin dengan nada bergetar serta tersenyum.

"Aku berharap kita ketemu lagi, Nay. Aku tau perjalanan hidup aku masih panjang tapi kamu bakalan tetep punya ruang khusus dihati aku—aku sayang kamu Nay, lebih dari pada a—aku sayang diri aku sendiri. Kamu yang terpenting buat aku akan selalu Nay, dan aku masih berharap kamu adalah Ibu dari anak-anak aku nanti Nay.—Semoga suatu saat nanti kita dipertemukan kembali di syurga Nay. Aku ikhlas ngelepas kamu Nay,—" ucap Kavin yang diakhiri oleh air mata.



























End.











-tbc.

Engga deng, masih ada satu sampai dua part lagi yang masih aku kebut eheheh, oh ya!  Cerita tentang Aga sudah aku up jangan lupa dibaca! Terimakasih! Love u all! Babay!

—fuppy

Aku dan Kamu, di Himpunan | Kim Doyoung.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang