👙O P E N👙

9.6K 310 6
                                    

Haloooooooo

Aku tahu aku serakah banget, yang YMIY juga belum beres, tapi malah publish cerita baru wkwk. Sebenernya aku lagi stuck banget di ceritanya TiVi. Makanya aku bikin ini.

Biar kalo aku stuck di cerita itu, aku bisa lampiasin dulu ke sini. Kalo stuck dua2nya... BYE PUYENG BANGET.

Btw, ada yang tau enggak ini cerita Safa sama siapa?

Boleh tebak-tebakkan kuyyy!!!

Happy reading👙

Safa benar-benar stress dengan tugas kuliahnya. Ia sungguh ingin menangis. Rasanya semua tugas yang tidak ia kerjakan ini semakin menumpuk. Ya jelas saja menumpuk, ia pun tak mengerjakannya. Bahkan untuk melihat list tugasnya pun ia malas. Tugas itu datang ketika ia tak siap.

Kenapa sesuatu yang tidak ia inginkan selalu hadir? Tapi yang ia tunggu tak kunjung menampakkan kehadirannya?

Like him, lelaki yang benar-benar membuatnya jatuh cinta. Ah... apa itu bisa di sebut cinta pada pandangan pertama?

Pasalnya, mereka hanya bertemu di halte. Halte yang dekat dengan kampusnya.

Saat itu Safa sedang menunggu jemputan di halte. Cuaca yang mendung membuat gadis itu memilih menunggu sopirnya di halte. Jaga-jaga jika hujan tiba-tiba turun. Benar saja tak lama dari ia tiba di halte, hujan turun dengan begitu deras. Lalu seorang lelaki yang lengan kemejanya sudah dilipat sampai siku itu berlari menuju halte. Dengan baju yang sudah terkena air hujan, lelaki itu berdiri di samping Safa.

Ponsel yang berada di genggaman Safa bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Ternyata Papanya yang menelepon.

"Halo, Pa?"

"Pak Ihsan sudah menjemput?"

Tanpa sadar Safa menggeleng. "Belum, Pa. Tadi Pak Ihsan bilang ban mobilnya bocor. Lagipula di sini hujan."

"Mau Papa jemput saja?" Safa terdiam.

"Bisa tolong geser?" Tiba-tiba saja lelaki yang berdiri di samping Safa itu bersuara yang tentu saja membuat Safa terkejut.

"Suara siapa?"

Safa mengumpat dalam hati. Ia lupa jika telepon masih tersambung. Papanya yang protektif itu pasti sudah siaga satu.

"Orang yang berteduh juga, Pa. Kebetulan kita cuma berdua aja di sini," jawab Safa seraya menggeser tubuhnya untuk memberikan tempat pada lelaki itu.

Tanpa mengucapkan terima kasih, lelaki itu langsung duduk di samping Safa.

"Jangan dekat-dekat sama orang itu. Kamu gak tahu kan kalau misal dia ada niatan jahat?"

"Iya, Pa. Safa tutup teleponnya, ya? Banyak petir, kan bahaya kalau teleponan."

Setelah Papanya itu mengiyakan, Safa langsung menutup teleponnya. Papanya dengan sikap protektifnya benar-benar tak bisa dipisahkan.

Mata Safa melirik laki-laki yang duduk di sampingnya. Walau wajahnya terkesan datar dan dingin, tapi tidak menutupi ketampanannya. Tubuh tegapnya yang dibalut kemeja berwarna navy itu benar-benar membuat Safa gagal fokus. Apalagi bisep lelaki itu tercetak jelas lekukannya karena kemejanya yang sudah setengah basah. Safa boleh pegang enggak sih?

Tanpa sadar, Safa menelisik setiap lekuk tubuh lelaki yang mengalihkan fokusnya.

"Sudah puas melihat tubuh saya?"

Suara itu membuat Safa terkejut. Tapi... lelaki itu tidak meliriknya sama sekali, matanya fokus ke jalanan. Namun bagaimana bisa ia tahu kelakuan Safa?

Apakah Safa benar-benar terlihat seperti orang mesum?

Tbc👙

Update lagi kalo sempat dan ada moodnya xixi. Jika ada yang baca cerita ini... terima kasih banyak🤣❤

See u~

-Queen

Safa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang