Happy reading👙
Safa mengerang frustasi. Ia benar-benar stress dengan kehidupannya sekarang.
"Kenapa lagi sih, Safa Zahda?" kesal Apsa, ibu dari gadis yang mengerang frustasi itu.
"Ma, Safa pengen nikah aja."
"Ngawur kamu. Nanti Papa denger syukurin," balas Apsa seraya mencubit lengan putri bungsunya.
"Cape, Ma. Tugas kuliah pusing banget."
"Ada apa?" Suara bariton yang tiba-tiba datang itu membuat Safa dan Apsa terkejut.
Apsa menunjuk ke arah Safa dengan matanya. "Tuh anakmu, katanya pengen nikah."
Mata Safa melotot. Emang ya, Mamanya ini lemes sekali. Bukan rahasia umum lagi jika Dito-- papanya itu sangat keras mendidik putri-putrinya. Bahkan Dito sangat membatasi Safa dan Shaima bergaul dengan lawan jenisnya.
"Enggak, Pa. Safa bercanda doang kok, beneran deh." Safa menelan ludahnya, takut Dito mengomel.
Terdengar Apsa berdecak. "Tadi ngotot banget pengen nikah."
Safa tidak habis pikir, tadi Mamanya takut jika Papanya itu mendengar ucapannya. Tapi sekarang malah ngadu.
"Ya sudah, nanti Papa tanya teman Papa. Dia lagi cari istri buat anaknya."
Safa tersedak ludahnya sendiri. Gadis itu sampai terbatuk-batuk mendengar ucapan Dito.
"Kalo udah dapet ijin Papa, mending kamu Mama jodohin aja sama anaknya temen SMA Mama, Saf. Temen Mama sampe pusing nyari istri buat anaknya. Awalnya Mama mau tawarin ke Shai, tapi anak itu kan sudah punya calon."
"Hah? Ini aku tadi cuma bercanda deh, serius."
Mampus. Safa jadi gelagapan sendiri. Ini kenapa orang tuanya malah mendukung ide gilanya sih?
"Ya sudah, biar Safa saja yang pilih."
Apsa mengacungkan kedua jempolnya. "Oke, biar Mama hubungi sekarang ya teman Mamanya."
Safa menghelas napasnya dalam. Ini dia bisa gak sih tarik kata-katanya lagi?
👙👙👙
Di hari minggu yang tenang ini, Safa menyibukkan diri dengan memakan kue-kue buatan Shaima. Mbaknya itu memang pandai sekali membuat aneka kue, tidak seperti dirinya.
"Jangan dimakan semua dong, Saf. Kan belum Mbak pisahin toples," ucap Shaima memperingati Safa yang akan memakan loyang keduanya.
Gadis yang sudah semester 3 itu hanya menunjukkan deretan giginya yang rapi.
"Maaf, Mbak. Terlalu bersemangat. Iya-iya nih aku masukin ke toples."
Shaima hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah adik satu-satunya yang seperti itu. Safa sangat manja karena Dito terlalu memanjakannya.
"Harusnya kamu bantuin Mbak biar kamu bisa bikin juga, bukan malah bantu makan."
"Mbak Shai, kalo ada yang buat harus ada yang makan. Kalo dua-duanya buat, nanti numpuk. Terus yang makan siapa?"
"Alesan aja kamu. Bilang aja pemalas," omel Apsa yang baru datang dan bergabung bersama mereka.
"Oh iya, Saf. Mama tadi telepon temen Mama itu, kebetulan anaknya emang baru pindah ke Yogya. Malam ini kamu langsung temui dia, ya?"
Safa yang sedang meneguk minumannya langsung tersedak mendengar ucapan sang ibunda.
"Cepet banget, Ma," protes Safa.
"Ya kan kamu minta semalem, langsung Mama bantu. Harusnya kamu berterima kasih sama Mama loh. Ini malah nawar."
"Kenapa, Ma?" tanya Shaima, tidak tahu permasalahan yang ada di antara ibu dan adiknya.
"Ini adik kamu minta dijodohin, pengen cepat-cepat nikah katanya."
"Kan kamu masih kuliah, Saf."
"Mbak, serius deh Safa cuma bercanda semalem. Mama sama Papa aja yang menganggap serius."
"Makanya nggak usah bercanda-bercanda. Intinya nanti malam kamu temui dia, ya. Awas aja kalau ngga, Mama malu nanti. Kamu harus ingat perjuangan Mama. Pokoknya kamu nggak akan nyesel deh. Dia ganteng, mapan, pokoknya tipe-tipe kamu banget."
Salah. Omongan Mamanya salah. Ia menyesal karena sudah meminta dijodohkan. Apalagi ketika ia bertemu lelaki yang katanya anak dari teman Apsa. Safa benar-benar menyesalinya.
Ingin menyangkal, tapi lelaki itu duduk di meja yang diinfokan Apsa. Mana lelaki itu memakai warna baju yang sama dengan apa yang Apsa katakan.
"Beneran Mas Kendra anaknya teman Mama saya, kan?"
Lelaki itu mengangguk.
Rasanya Safa ingin menghilang saat itu juga. Kenapa lelaki yang Mamanya jodohkan dengannya ini harus dia? Lelaki yang sampai saat ini masih Safa ingat.
"Langsung saja ya, Mas." Safa menarik napasnya terlebih dahulu untuk berbicara mengenai perjodohan ini.
"Sebaiknya kita lanjutkan perjodohan ini."
Bukan. Bukan Safa yang mengatakan itu. Tapi Kendra. Lelaki itu dengan entengnya mengatakan kalimat yang membuat Safa mematung di tempat.
Ini Safa nggak salah denger, kan? Atau tiba-tiba dia mendadak budek? Siapa pun, tolong cubit Safa dan katakan bahwa ia salah dengar.
Tbc👙
Dikarenakan YMIY udah end, jdi aku lanjut cerita ini. Semoga suka yaaa.
Penasaran sama perjodohan Safa? Makanya tinggalkan jejak😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Safa [END]
عاطفية[FOLLOW SEBELUM BACA!!!] ||Kendra-Safa|| Tentang Safa yang sudah berada di puncak kestress-annya. Dengan rajukan serta rengekkannya, ia meminta pada Mamanya agar menjodohkannya dengan lelaki yang sesuai kriterianya. Tampan, baik, dan cool. Namun yan...