👙Part 8👙

3.1K 173 5
                                    

Happy reading👙

Sudah dua bulan berlalu, tapi tidak ada yang berubah dengan hidup gadis bernama lengkap Safa Zahda itu. Selain dirinya yang berstatus tunangan orang.

Semakin hari, dirinya semakin ragu mengenai kelanjutan hubungannya dengan Kendra. Bahkan selama dua bulan itu, mereka tak pernah berkomunikasi. Safa pun tak ada niatan untuk menghubungi lelaki itu, toh untuk apa juga.

Mereka terakhir bertemu ya dua bulan lalu. Waktu di mana Safa dan Miko pergi menonton dan mereka bertemu di toko buku. Setelah itu, tak ada komunikasi lagi antara Safa dan Kendra.

"Kamu selalu komunikasi kan sama Ken?" tanya Apsa yang sedang mengupas buah apel.

Safa mengangguk dengan mulut penuh karena ia sedang memakan buah mangga yang sudah dikupas ibunya.

"Kok dia nggak pernah main ke rumah?"

"Sibuk, Ma. Mas Ken kan banyak urusan di kampus. Apalagi dia nggak cuma ngajar di angkatan aku aja." Mulut Apsa membulat dengan kepala mengangguk.

"Ya udah, aku berangkat dulu. Miko udah nunggu di depan."

"Kenapa nggak masuk dulu?" tanya Dito.

"Takut sama Papa katanya, suka gigit," jawab Safa seraya tertawa melihat ekspresi datar papanya.

Setelah berpamitan dengan Apsa dan Dito, Safa langsung melangkahkan kakinya menuju keberadaan Miko.

"Yuk langsung aja, gue ada meeting nih sama anak-anak." Safa mengangguk paham lantas naik ke atas motor milik Miko dan duduk di belakang lelaki itu.

👙👙👙

Safa melangkahkan kakinya memasuki kelas dengan dahi berkerut. Anak-anak kelasnya sibuk touch up dan juga ada beberapa yang mempertegas alias mempertebal make up nya. Ada acara apa hingga teman-temannya sesibuk itu? Apa ia ketinggalan berita?

Tapi bodo amatlah. Toh Safa juga tidak terlalu mempedulikan teman-teman sekelasnya.

Tepat setelah Safa duduk, suara anak-anak menjadi ricuh. Tentu saja anak-anak perempuannya. Safa semakin dibuat bingung. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke tempat yang membuat anak-anak berisik.

Napasnya tercekat. Bagaimana lelaki itu kembali hadir di kelasnya? Bukankah sejak 2 bulan lalu ada kabar jika ia berhenti mengantikan Pak Sony? Bahkan lelaki itu sampai berpamitan dengan kelas ini.

Safa menatap Sella yang kebetulan duduk di sebelahnya.

"Sel, bukannya Pak Kendra udah nggak ngajar kelas kita, ya?"

"Waktu itu Pak Kendra pamit nggak ngajar dulu karena hari ini beliau resmi menggantikan Om ku. Nggak pamit selamanya loh. Memangnya kamu enggak nyimak?"

Safa menyengir. "Enggak. Gue kira dia nggak ngajar kelas kita lagi."

Sella hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Safa.

"Kalian berdua yang di belakang, ngobrolin apa sampai tidak memperhatikan kelas saya?" Suara bariton dari depan kelas membuat Safa berdecak.

Gadis itu tahu kalau yang Kendra maksud itu dirinya dengan Sella. Safa memutar bola matanya malas. Sedangkan Sella, ia menyikut lengan Safa.

"Kamu sih, Saf," bisik Sella dengan kepala menunduk.

"Kalau tidak ingin ikut kelas saya, silahkan keluar."

"Maaf, Pak. Saya cuma pinjam bolpoin milik Sella saja," balas Safa dengan wajah datarnya.

"Sekali lagi saya lihat kamu mengobrol, saya keluarkan dari kelas saya."

Safa berdecih melihat tingkah menyebalkan Kendra. Lelaki itu bersikap seolah mereka tidak saling mengenal bahkan melupakan status mereka sekarang. Ya bukan Safa ingin diakui, tapi mikirlah.

Selama kelas Kendra berlangsung, Safa tidak memperhatikannya. Matanya menatap malas ke arah depan tapi tidak menyerna apa yang Kendra jelaskan. Bahkan mulutnya itu menguap berkali-kali.

Tanpa Safa sadari, Kendra diam-diam memperhatikannya. Lelaki itu bahkan hanya bisa menggelengkan kepalanya tatkala matanya itu menangkap Safa yang kepalanya hampir terantuk pada meja di depannya.

"Oke sekian untuk kelas hari ini. Terima kasih untuk yang memperhatikan. Bagi yang mengantuk, silahkan cuci wajah kalian." Setelah mengucapkan itu, Kendra keluar dari dalam kelas.

Safa mengumpat dalam hari. Sialan, lelaki itu menyindirnya tadi.

Ponsel yang berada di saku celana gadis itu bergetar membuat sang empunya terkejut. Safa merogoh ponselnya itu. Nama Miko yang terpampang.

"Kenapa?" tanya Safa dengan nada malas.

"Katanya hari ini kita mau ke mall?"

"Mau ngapain, ya?"

"Dih, kata lo kan hari ini mau ambil pesanan albumnya cowok-cowok lo? Jadi gak?"

Safa menepuk jidatnya. "Gue lupa, Mik. Lo di mana sekarang?"

"Gue depan kelas lo." Mendengar ucapan Miko, Safa langsung menatap ke arah pintu. Benar saja, lelaki itu sudah berdiri dengan tangan yang ia lambaikan agar Safa menemukan kehadirannya.

"Bentar gue beresin dulu buku-buku gue." Safa menutup panggilannya.

Setelah selesai memasukan buku-bukunya ke dalam totebag kanvasnya, Safa langsung berlari kecil menghampiri Miko.

"Kelas lo udah kelar emangnya, Mik?" tanya Safa seraya berjalan, diikuti Miko di sampingnya.

"Udah. Matkul hari ini diganti besok."

Safa hanya ber'oh' ria dengan kepala mengangguk.

"Eh, iya," ucap Miko tiba-tiba seraya menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Safa heran, apalagi melihat Miko yang membuka ransel.

Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lantas diberikannya pada Safa yang membuat gadis itu terkejut.

"Buat lo."

"Seriusan buat gue, Mik?"

"Enggak, bohongan." Safa langsung berdecak. "Ya iyalah seriusan. Kalo bukan buat lo, ngapain gue kasih liat ke lo. Ogeb."

Safa refleks langsung memeluk lelaki itu erat. "Makasih banyak, Mik. Gue udah nyari-nyari pc ini susah banget dapetnya."

"Sama-sama," ucap Miko seraya membalas pelukan Safa.

"Kok lo bisa dapet pc rare gini sih?" tanya Safa setelah melepaskan pelukannya.

"Bukan Miko namanya kalo nggak dapet. Jadi sekarang jangan nangis-nangis lagi, ya? Kan pc nya udah dapet."

Safa mengangguk dengan senyum lebar seraya menatap kagum pc yang ada di tangannya.

Tangannya Miko bergerak mengacak pelan rambut Safa. Ia ikut tersenyum dengan wajah bahagia gadis itu.

Tanpa keduanya sadari, sepasang mata menatap datar ke arah mereka. Mengamati setiap interaksi keduanya.

Tbc👙

Kangen, gak? Enggak? Yaudah nggak apa2 wkwkkwk.

Semoga suka deh sama part ini. Dan semoga masih ada yg baca🤣

Jangan lupa tinggalkan jejaknya, okeyyy???

See u~

Safa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang