Happy reading👙
Dengan langkah pelan, Safa menghampiri keberadaan anak tirinya yang sedang tertawa dengan sosok perempuan yang Safa tidak kenali.
"Nafis?" panggilnya membuat si anak menolehkan kepalanya. Raut wajah Nafis berubah datar.
"Ada apa?"
Safa menggeleng. "Enggak. Tante tadi khawatir aja tinggalin kamu sendirian."
Safa memilih duduk di depan Nafis dan perempuan itu. Orang itu menganggukkan kepalanya ramah pada Safa serta mengulas senyum manisnya.
"Terus sekarang bagaimana keadaan Noni, Tante?" tanya Nafis antusias. Mungkin melanjutkan percakapan yang sempat terhenti karena kedatangan Safa.
"Baik-baik aja sih. Soalnya Tante langsung bawa Noni ke dokter. Sempet diinfus juga," jelasnya.
"Lain kali Tante jangan simpan pewangi pakaian sembarangan lagi, ya? Nanti Noni jadi keracunan lagi. Memangnya Tante mau Noni kenapa-kenapa?"
"Enggaklah. Nanti kalo Noni nggak ada, Nafis nggak main-main lagi ke rumah Tante, dong?"
"Nanti tinggal beli lagi Noni yang baru," canda Nafis dengan tawanya yang belum pernah Safa lihat selepas itu.
Safa hanya diam menyimak perbincangan dua orang berbeda usia di depannya itu. Bahkan Safa tidak bertanya kenapa Nafis mengenal perempuan itu. Ia takut membuat suasana tidak nyaman.
"Papa mana sih? Masih lama, ya?" tanya Nafis seraya kepalanya celingukkan.
"Pa-"
"Barusan chat Tante, katanya Papa udah di parkiran. Tunggu bentar, ya?" jawab perempuan itu memotong ucapan Safa.
Kenapa perempuan ini lebih tahu keberadaan Kendra ketimbang dirinya?
"Tuh, Papa!" tunjuknya membuat Safa tersadar dari lamunannya.
Benar saja, Kendra sudah berjalan menuju mereka. Nafis langsung berlari dan memeluk kaki sang ayah. Kendra membawa putrinya ke dalam gendongannya.
"Sudah lama?" tanya Kendra sesampainya di hadapan mereka.
"Enggak kok. Aku baru datang, terus liat Nafis sendirian di kantin. Jadi aku temenin deh," jawabnya.
"Bukan kamu, tapi istri saya." Mendengar ucapan Kendra, Safa yang semulanya fokus pada ponselnya kini mengangkat kepalanya.
"Lumayan," jawab Safa. "Seperti yang Mbaknya omongin, dia yang temenin Nafis sebelum aku datang," lanjutnya.
Kendra mengangguk. "Ya sudah, sekarang kamu pergi temui Pak Ardi. Tadi mau ketemu beliau, kan?"
"Enggak jadi. Pak Ardi tiba-tiba ada urusan. Katanya besok aja," balasnya lantas kembali menatap layar ponselnya.
"Istri kamu, Ad?" tanya perempuan itu di tengah-tengah perbincangan Kendra dan Safa.
Dahi Safa mengernyit. Ad? Adnan? Apa perempuan ini yang Safa dengar di telepon itu?
"Ya," jawab Kendra singkat.
"Wah ... masih kecil ternyata." Safa hanya diam pura-pura tidak mendengar seraya matanya fokus pada layar ponselnya.
"Muda, bukan kecil," koreksi Kendra.
"Yeah sama saja."
"Safa?" panggil Kendra yang membuat Safa mengalihkan pandangannya. "Kamu ada kelaskan?" Safa mengangguk.
"Ya sudah kalau begitu saya pulang duluan sama Nafis. Kalau ada apa-apa, kabari saya."
Lagi-lagi Safa hanya mengangguk. Setelah itu Kendra menggendong Nafis, meninggalkan kedua perempuan itu.
Tak lama dari kepergian Kendra, entah dari mana Miko datang menghampiri Safa.
"Woy, Saf!" panggil Miko seraya menepuk pundak Safa.
Safa menoleh. "Eh, udah dateng aja." Miko mengangguk.
Safa bangkit dari duduknya. "Mbak, saya duluan, ya?" pamitnya yang hanya dibalas anggukkan singkat oleh perempuan itu.
"Siapa, Saf?" tanya Miko setelah mereka menjauh dari perempuan itu.
Safa mengangkat bahunya. "Enggak tau. Temennya laki gue kali."
Mulut Miko hanya ber'oh' ria saja. Tak bertanya lagi mengenai perempuan tadi.
👙👙👙
"Serius nggak apa-apa nih, Saf?" tanya Sella yang sudah berkali-kali.
Safa menghela napasnya untuk kesekian kalinya. "Iya beneran, Sel. Gue nggak apa-apa kok. Lo balik aja sana. Toh daerah rumah kita juga jauh banget."
Mereka berdua baru saja selesai mengerjakan tugas. Karena larut pada tugas, keduanya tidak sadar jika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dan mereka masih berada di kampus.
"Ya udah. Aku duluan, ya? Kalau ada apa-apa, kabarin." Safa mengangguk.
"Kabarin Miko maksud aku," koreksi Sella terkekeh. Safa hanya memutar bola matanya malas.
"Udah sana hush hush!" usir Safa seraya mengibaskan kedua tangannya.
Setelah Sella pergi dengan motor matic hitamnya, Safa melangkahkan kakinya keluar dari kawasan kampus.
Udara malam yang dingin menembus kulit Safa. Untung saja hari ini ia memakai kaos yang dibalut kemeja serta celana jeans panjangnya.
Safa merogoh ponselnya yang ia simpan di totebag putihnya. Sialan, ternyata ponselnya mati. Karena sibuk mengerjakan tugas ia sampai tidak mengecek ponselnya. Jika begini ia tidak bisa memesan ojol atau taksol. Semoga saja nanti di depan kampus ada taksi yang lewat.
"Safaaaaa!" teriak seseorang di belakang Safa dengan suara kerasnya di malam hari.
"Berisik, Miko." Lelaki itu berlari menghampiri Safa.
"Lo ngapain malem-malem di kampus anjir? Jadi chicken kampus lo?"
"Sialan lo. Gue abis nugas sama Sella. Kelupaan waktu."
Miko ber'oh' ria dengan kepala yang diangguk-anggukkan.
"Sekarang mau balik?"
"Enggak. Mau nyari om-om dulu. Ya iyalah mau balik, ogeb."
"Yeeee, sensi amat, Mbak. Kayak cewek datang bulan."
"Ya lo nanya mulu anjir, udah tahu gue mau balik."
"Ya udah sini gue anterin deh. Kebetulan gue lewat komplek lo," ucap Miko seraya merangkul bahu Safa.
Baru saja Safa akan mengiyakan serta berterima kasih, namun suara seseorang mengagetkannya.
"Dia pulang sama saya."
Tbc👙
Seneng nggak aku update cepet? Semoga masih ada yg suka sama karyaku yg gini2 aja ya hehe
Jangan lupa tinggalkan jejaknya🥰
See u~
-Queen
KAMU SEDANG MEMBACA
Safa [END]
Roman d'amour[FOLLOW SEBELUM BACA!!!] ||Kendra-Safa|| Tentang Safa yang sudah berada di puncak kestress-annya. Dengan rajukan serta rengekkannya, ia meminta pada Mamanya agar menjodohkannya dengan lelaki yang sesuai kriterianya. Tampan, baik, dan cool. Namun yan...