👙Part 3👙

3.6K 214 2
                                    

Happy reading👙

Setelah pertemuan singkat semalam, Safa jadi banyak diam. Pikirannya masih berada di sana. Masalahnya, lelaki itu gampang sekali mengatakan untuk melanjutkan perjodohan mereka.

Pikiran Safa melayang pada kejadian semalam.

"Sebaiknya kita lanjutkan perjodohan ini."

"Hah?"

"Saya pikir kamu tidak tuli."

Safa mencebikkan bibirnya sebal mendengar ucapan menyebalkan dari lelaki yang ada di hadapannya.

"Emang saya nggak tuli. Dan saya datang ke sini buat batalin perjodohannya."

Alis Kendra terangkat. "Kenapa? Bukannya kamu yang memohon-mohon sama Mama kamu agar dijodohkan?"

Sialan. Mamanya serius bicara seperti itu?

"Ya tapi bukan sama Masnya. Lagian Mas kan sudah punya istri, kenapa mau dijodoh-jodohin?"

"Istri?"

Safa mengangguk. "Mas punya anak, kan?"

"Memangnya kalau saya punya anak, saya juga sudah punya istri?"

"Iyalah. Mas pikir anak itu datang dari mana? Dari rahim tetangga?" Safa berbicara dengan nada kesalnya. Bukan karena perjodohannya saja, tapi ia merasa kesal karena lelaki yang ada di hadapannya sudah memiliki keluarga.

"Sudah ngomongnya?" Nada bicara Kendra terdengar lembut di telinga Safa. Namun Safa enggan menjawab.

Kendra mengangguk sejenak. "Pertama, saya memang punya anak. Kedua, saya tidak punya istri. Saya sudah bercerai dengan ibu dari anak saya. Lagipula, kamu tidak terlalu bodoh untuk menganggap saya gila karena menerima perjodohan ini ketika saya sudah menikah."

Safa terdiam mendengar penjelasan dari Kendra. Betul juga sih apa yang dikatakan lelaki di hadapannya ini. Masa udah nikah masih sempet-sempetnya cari pasangan lagi?

"Jadi gimana?" Pertanyaan dari Kendra membuat Safa kembali pada kesadarannya.

"Gimana apanya?" Oke. Kenapa otak lemot Safa harus muncul di situasi seperti ini.

"Perjodohannya. Kamu terima, kan?"

Eh ini orang bener-bener ya. Padahal kan Kendra tidak mengenalnya, tidak tahu bagaimana sifatnya. Tapi kenapa lelaki itu gampang sekali menerima perjodohan ini?

"Gini ya, Mas. Saya-"

"Oke, saya kasih kamu waktu."

Mata Safa mengerjap berkali-kali. Ini beneran dia suka sama lelaki yang ada di depannya ini? Kok bisa-bisanya sih dia suka sama lelaki yang modelannya dingin, datar, dan benar-benar to the point.

Setelah mempertimbangkan lagi, akhirnya Safa setuju dengan Kendra. Bukan setuju menerima perjodohannya, tapi setuju untuk memikirkannya lagi.

"Gimana semalem?" Nyonya Apsa tiba-tiba datang dan mengagetkan Safa yang sedang menyantap sarapannya.

"Ganteng kan orangnya? Tipe kamu banget tuh."

Safa memutar bola matanya. Bukan tipenya lagi, emang dia sudah suka sama lelaki itu.

"Berisik, Ma."

"Dia nggak nolak kamu, kan? Semalem Mama takut kamu ditolak sama dia. Secara kamu kan ...."

"Emang aku gimana?"

"Ya kamu agak bolot, Saf."

Parah ini emak-emak satu. Ngatain anaknya sendiri bolot.

"Udah ah, Safa mau berangkat kuliah dulu. Ada kuis hari ini. Assalamu'alaikum." Setelah berpamitan dan mencium tangan Apsa, Safa langsung keluar dari rumah.

👙👙👙

Safa menggeledah isi tasnya. Ia sudah mengerjakan dan menyimpannya semalam, tapi kenapa tidak ada di dalam tasnya. Padahal itu tugas sebagai syarat agar bisa mengikuti kuis. Terus sekarang gimana dong? Dia pasti tidak bisa ikut kuis. Pasti ini gara-gara kejadian semalam. Kendra benar-benar menyita pikirannya.

"Kenapa kamu, Saf?" Seorang wanita berhijab nude yang duduk di seberang Safa bertanya ketika ia melihat Safa sibuk mengeluarkan isi tasnya.

"Tugas gue nggak ada. Perasaan semalem udah gue masukin tas. Kalo nggak ada tugas itu, gue bakal nggak bisa ikut kuis."

"Tenang saja, Saf. Hari ini nggak jadi kuis kok."

"Serius lo?"

Perempuan berhijab yang bernama Sella itu mengangguk. "Iya. Om aku masuk rumah sakit semalam. Jadi beliau nggak bisa ngajar untuk hari ini."

Dosen yang akan masuk kelas hari ini memang masih keluarga Sella. Jadi wajar jika gadis itu tahu perihal keadaan dosen mereka yang satu itu.

Dalam hati, Safa berucap syukur. Setidaknya ia tidak akan kena omel dosen untuk hari ini.

"Tapi ada dosen baru yang bakal ngegantiin Om aku." Ucapan Sella terdengar bersamaan dengan suara lain yang mengucapkan salam.

Safa memalingkan wajahnya yang tadi menatap Sella, kini menatap ke tempat di mana suara tadi datang.

Dosen pengganti Pak Sony; Om nya Sella itu ternyata masih muda. Lelaki itu mengenakan kemeja berwarna putih dipadukan dengan celana bahan berwarna hitamnya.

Tapi Safa seperti tahu perawakan lelaki itu. Ia tak terlalu jelas melihatnya. Karena posisinya berada di paling belakang dan paling ujung kelas.

"Selamat pagi. Perkenalkan Saya Kendra Adnan Rafardan. Saya yang akan menggantikan Pak Sony untuk sementara ini. Dikarenakan beliau sedang sakit. Dan mari kita doakan agar Pak Sony cepat sembuh."

Mata Safa mengerjap tak percaya dengan apa yang didengarnya. Ini serius Kendra yang sedang berdiri di depan kelas itu adalah Kendra yang sama dengan kemarin malam?

Ya Tuhan ... Safa kira ia tidak akan bertemu lagi dengan lelaki itu. Makanya ia setuju untuk berpikir ulang. Karena mereka mungkin tidak akan bertemu, dan Safa berniat untuk membatalkan rencana Mamanya. Namun ternyata, Tuhan berkata lain.

"Kamu yang dipojok, ada yang mau kamu tanyakan?"

Telunjuk Kendra menunjuk ke arahnya. Safa sontak menunjuk dirinya untuk memastikan.

"Ya, kamu. Sedari tadi kamu terus menatap ke arah saya, ada yang mau ditanyakan?"

Mampus.

Tbc👙

Yay update lagi😘

Aku selalu semangat nulis kalo kalian selalu ninggalin jejak🤗

Jangan lupa vote dan komen ya❤

Safa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang