👙Part 14👙

2.7K 180 15
                                    

Happy reading👙

Pagi-pagi sekali Safa dibuat kesal dengan tingkah anak tirinya. Berkali-kali Safa mengembuskan napasnya kasar. Berkali-kali juga ia merapalkan dalam hatinya agar sabar. Tapi Safa tidak sesabar itu, apalagi menghadapi anak kecil.

"Nafis, udah ya jangan diberantakin terus mainannya. Tante cape beresinnya," ucap Safa masih dengan nada lembutnya.

Namun gadis kecil itu menulikan pendengarannya, tidak ingin mendengar ucapan yang ia anggap orang asing itu. Nafis terus mengeluarkan mainan-mainannya yang tadi sudah Safa bereskan.

Di hari minggu ini, Safa ditinggalkan berdua dengan Nafis di rumah oleh Kendra. Lelaki itu sedang ada pekerjaan di Semarang dan berangkat semalam.

Merasa Nafis yang mengabaikannya, akhirnya Safa mengalah. Bodo amat, ia tidak akan membereskan lagi mainan bocah itu. Lebih baik ia makan saja. Ia belum makan apapun sampai sore ini, karena sejak semalam ia sibuk menyelesaikan tugasnya sampai pagi dan lanjut mengurus rumah serta bocah itu.

Ponsel Safa berdering di atas meja makan. Gadis itu langsung mengangkatnya.

"Halo. Ada apa, Mik?" sapanya dengan mulut yang sibuk mengunyah.

"Lagi makan ya lo?"

Tanpa sadar Safa mengangguk. "Iya. Ada apa?"

"Enggak, tadinya gue mau minta tolong kirimin tugas makalah punya lo. Biasalah mau lihat contohnya. Gue lagi stuck."

"Boleh, nanti gue kirim file-nya ke e-mail lo, ya?"

"Makasih, Cantik."

"Najis lo."

Miko terkekeh. "Ya udah, gue mau futsal dulu bareng anak-anak. Lo mau ikut?"

"Enggak deh. Nafis nggak ada yang jagain."

"Oke. Thanks in advance, Queen."

"Dih, gaya lo ngomong inggris."

"Anj*ng lo!"

Lalu Safa tertawa mendengar Miko yang sepertinya kesal. Biasanya Miko sering merajuk jika di ledek ketika lelaki itu berbicara inggris.

Prang

Safa berjengit kaget mendengar suara keras dari depan.

"Suara apa, Saf?"

"Nggak tahu. Bentar ya, Mik," ucap Safa lantas menutup teleponnya.

Ia langsung melangkahkan kakinya menuju asal suara tadi. Ternyata suara keras itu berasal dari ruang tengah tempat di mana Nafis berada. Anak itu terduduk di lantai dengan baju basah kuyup. Tak lupa juga barang-barang yang berserakan serta air yang melebar ke mana-mana.

Safa mematung di tempat tatkala matanya menangkap keberadaan makalah yang ia kerjakan dengan susah payah itu sudah terkena guyuran air. Bahkan laptop yang ia simpan di atas meja pun keadaannya sudah memprihatinkan.

"Nafis?!" bentak Safa kesal.

"Tante kan udah bilang jangan berantakin mainan kamu! Akhirnya gini, kan? Tugas Tante jadi hancur gara-gara kamu keras kepala!"

Mendengar bentakkan Safa, Nafis langsung menangis. Bahkan anak itu sampai terisak.

"Ada apa ini?"

Suara yang Safa kenali itu tiba-tiba terdengar di telinganya.

"Nafis kenapa?" tanya Kendra seraya menyejajarkan posisinya dengan tubuh sang putri.

Safa mendelik. "Dia berantakin semua mainannya dan rusakin-"

Safa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang